How to Read the Bible By Ps. Johannes Thelee

JPCC Online Service (26 Maret 2023)

Kita masih mengikut seri pengajaran tentang “Latihan Rohani“. Saya percaya kalau kita mendengar dan memerhatikan, akan ada banyak informasi yang Saudara terima hari ini. Jadi, selain berkonsentrasi, kalau bisa juga dicatat. Kalau Saudara benar-benar memerhatikan, akan menjadi informasi yang sangat berguna. Kita coba lihat terlebih dahulu ayat landasan kita untuk seri pengajaran ini yaitu di 1 Timotius 4:8 (BIMK).

Opening Verse – Latihan jasmani sedikit saja gunanya… — jadi bukan tidak ada gunanya, Saudara,melainkan lebih sedikit gunanya. Ini bukan ayat yang bisa kita pakai menjadi alasan untuk tidak berolahraga; bukan.Latihan fisik, memang lebih sedikit gunanya… tetapi latihan rohani berguna dalam segala hal,—Kenapa berguna dalam segala hal? ...sebab mengandung janji untuk hidup pada masa kini dan masa yang akan datang. 1 Timotius 4:8 (BIMK)

Latihan rohani lebih besar gunanya karena mengandung janji baik untuk hidup di masa sekarang— sama, tapi tidak terbatas, seperti latihan jasmani—maupun di masa-masa yang akan datang, bahkan sampai pada kekekalan. Kalau Saudara mengikuti seri pengajaran ini sejak awal, Saudara pasti belajar bahwa latihan rohani itu lebih berguna atau bermanfaat daripada latihan jasmani.

Kegunaan latihan jasmani bukannya tidak ada, melainkan tidak sebesar kegunaan latihan rohani. Dari minggu atau bagian pertama seri pengajaran “Latihan Rohani”—saya akan coba rangkum sedikit— kita belajar bahwa pertumbuhan rohani terjadi melalui latihan, bukan coba-coba. Mari sama-sama katakan, “latihan, bukan coba-coba.”

Jadi, pertumbuhan rohani terjadi bukan melalui coba-coba, Saudara. Bukan dengan main gereja-gerejaan; sama sekali bukan. Pertumbuhan rohani sangat penting supaya kita bisa hidup sebagaimana seharusnya kita diciptakan. Pertumbuhan rohani terjadi melalui latihan. Kita membangun kehidupan rohani melalui latihan-latihan, sama seperti ketika kita membangun kesehatan; biasanya kita latihan, memakan makanan yang sehat dan beristirahat dengan cukup.

Demikian juga kalau kita mau bertumbuh secara rohani, maka kita perlu melakukan latihan. Kalau Saudara ingat, Pastor Ary waktu itu di bagian pertama ini sempat mengajarkan bahwa ada beberapa menu latihan rohani.

Yang pertama adalah membangun keintiman dengan Tuhan. Kita dapat melatih rohani kita dengan cara membangun keintiman dengan Tuhan. Kalau kita intim dengan Tuhan, maka akibat atau dampaknya adalah kita akan bertumbuh secara rohani. Sama seperti tema yang kita usung di sepanjang tahun ini, kita mau menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Itu sebabnya kita tidak ingin melandaskan iman kita pada iman kerumunan. Kita mau membangun iman pribadi di mana kita mengenal Tuhan secara personal, secara pribadi, sehingga dalam keadaan apa pun kita tidak kehilangan arah maupun identitas, dan tetap tahu tujuan kita di dalam dunia ini.

Latihan rohani yang kedua, mengenal kehendak-Nya supaya kita mampu melakukan kehendak-Nya. Memampukan kita untuk melakukan kehendak Tuhan. Bagaimana mungkin kita bisa melakukan kehendak Tuhan kalau kita tidak mengetahui dan mengenal kehendak-Nya, bukan?

Untuk bisa mengetahui dan mengenal kehendakNya, Kita perlu menjadi dekat dengan Tuhan, dengan membaca dan merenungkan firman-Nya, dengan berdoa supaya kita bisa menjadi saksi Kristus di mana pun kita berada.

Lalu di minggu atau bagian yang kedua, kita lebih mendalami menu latihan pertama yang tadi saya sebutkan. Kalau Saudara belum menyaksikan khotbahnya, Saudara bisa saksikan ibadah daring di situs jpcc.org, di mana Pastor Kenny Goh menyampaikan bahwa mencintai Yesus—kalau kita bilang bahwa kita “mencintai Tuhan Yesus”—itu sama artinya dengan mencintai firman Tuhan.

Sama seperti kalau Saudara bilang mengasihi anak Saudara; tidak mungkin Saudara bilang mengasihi anak tapi tidak menyukai atau mencintai perkataannya. Untuk Saudara bisa mengasihi anak dengan benar, Saudara perlu mengenal dan mengerti dia, perlu mencari tahu dia suka apa, kekuatannya apa, maunya apa, yang tak bagus buat dia apa dan seterusnya.

Demikian juga kalau kita bilang bahwa kita mencintai Yesus, seharusnya masuk akal kalau kita juga mencintai firman-Nya. Di dalam bagian kedua seri pembelajaran ini Pastor Kenny Goh menyampaikan—dengan mengutip “The Bible Project”—bahwa Alkitab berisi rangkaian cerita yang berujung pada Yesus.

Alkitab isinya adalah berbagai macam kisah dan tulisan berdasarkan naskah-naskah, di mana semua kisah, tulisan, termasuk lagu-lagu dan amsal tersebut, semuanya adalah tulisan yang dikumpulkan untuk menuntun kita menuju kepada satu Pribadi yang luar biasa yang kita sembah, namanya Yesus Kristus, Tuhan kita.

Bayangkan Saudara, di dalam Alkitab ada 66 buku atau tulisan— 66 kitab. Alkitab bukan cuma satu buku saja sebenarnya. Ada 66 kitab atau buku di dalamnya, yang ditulis oleh lebih dari 40 orang penulis dalam kurun waktu 1.500 tahun.

Jangan lupa, Saudara juga bisa menonton khotbahnya di rekaman ibadah daring, di mana Pastor Kenny dengan sangat bagus membantu kita untuk melihat, mengapa Alkitab bisa dipercaya. Ada begitu banyak penemuan-penemuan akurat yang membuktikan bahwa semua tulisan di dalam Alkitab sangat dapat dipercaya.

Jadi, kita belajar di dalam bagian kedua dari seri pembelajaran ini bahwa karena isinya dapat dipercaya, Alkitab adalah katalisator utama. Kalau Saudara bingung apa maksudnya, katalisator adalah penyebab atau pemicu utama. Alkitab adalah katalisator utama terjadinya pertumbuhan rohani.

Saya percaya, alasan kita semua di tempat ini datang ke gereja adalah—tapi kalau Saudara datang ke gereja dengan maksud lain, saya harap Saudara bisa bertobat dan juga menyadari bahwa alasan kenapa kita datang ke gereja— supaya kita bisa saling menguatkan satu sama lain, merayakan kebaikan Tuhan, sehingga kita juga bisa bertumbuh secara rohani.

Ketika kita membaca dan merenungkan firman Tuhan, juga taat melakukan firman Tuhan, maka secara rohani kita akan bertumbuh. Hari ini, kita memasuki bagian ketiga. Kita sudah melihat bahwa Alkitab dapat dipercaya, dan begitu penting di dalam proses latihan rohani kita.

Hari ini kita akan membahas bagaimana cara membaca Alkitab dengan benar, supaya kita juga bisa melakukan latihan rohani dengan benar. Namun, sebelum kita membahas bagaimana caranya, sangat baik kalau kita terlebih dahulu mengetahui target tujuannya.

Kalau kita mau melakukan sesuatu, kita perlu tahu apa target atau tujuannya; sangat penting untuk mengetahui keduanya. Tujuan kita membaca Alkitab adalah membangun pengertian, bukan hanya pengetahuan. Jangan menjadikan Alkitab cuma sekadar pengetahuan, cuma sekadar informasi yang kita terima.

Kita perlu membaca Alkitab untuk membangun pengertian sehingga melalui pengertian itu kita dapat mengenal siapa Pribadi yang diceritakan di dalam Alkitab tersebut. Coba katakan ke kiri kanan Saudara, ”Pengertian, bukan hanya pengetahuan.”

Kenapa ini penting?

Karena kita semua mungkin pernah mengalami—saya sendiri pernah mengalami di waktu-waktu tertentu—di mana tanpa kita sadari, karena kita melihat Alkitab hanya sebagai pengetahuan yang kita perlu gali atau dapatkan lalu kita membaca dan menggunakan ayat tertentu untuk kepentingan diri kita sendiri.

Kita sembarangan klaim, misalnya klaim mobil orang mungkin. Kita menggunakan ayat-ayat untuk mengkritik orang lain. Kita menggunakan ayat-ayat tertentu untuk menyerang orang lain, karena kita merasa kita lebih berpengetahuan daripada mereka. Itu adalah tujuan yang salah dan tidak benar pada saat kita membaca Alkitab. Tujuan yang benar adalah untuk mencoba membangun pengertian supaya kita tidak sembarangan menggunakan isi Alkitab.

Supporting Verse – Mengapakah engkau melihat selumbar (serpihan kayu) di mata saudaramu,—ini ilustrasi, Saudara, bukan benar-benar ada serpihan kayu apalagi balok—tapi dikatakan begitu: “Mengapa engkau melihat serpihan kayu kecil di mata saudaramu,” sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?— yang lebih besar menghalangi mata kita malah tidak kita hiraukan.Di ayat keempat dikatakan: Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar (serpihan kayu) itu dari matamu—dikeluarkan dari mata Saudara kita, orang lain, atau teman kita— padahal ada balok di dalam matamu.— Mana mungkin, karena tidak kelihatan.Di dalam ayat kelima dikatakan: Hai orang munafik,— Ini Yesus yang bilang, Saudara, bukan saya,sebab ini juga ditujukan kepada saya. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu…—jadi kita perlu memperhatikan kondisi kita lebih dahulu …maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar (serpihan kayu) itu dari mata saudaramu.” Matius 7:3-5 (TB)

Prinsip ini sangat baik dan tepat untuk kita pakai sebagai pendekatan pada saat membaca firman Tuhan. Akan jauh lebih baik kalau kita terlebih dahulu memberikan diri kita untuk dikuasai firman Tuhan, sebelum kita bisa menguasai firman Tuhan. Sebab pada akhirnya tidak akan ada satu pun orang di muka bumi yang dapat sepenuhnya atau 100% menguasai firman Tuhan.

Itu sebabnya, kita butuh Roh Kudus. Kita juga butuh satu sama lain untuk berdiskusi sehingga kita bisa saling menguatkan dan memperlengkapi satu sama lain. Namun, prinsipnya sama: lebih baik kita dikuasai firman Tuhan terlebih dahulu daripada buru-buru mencoba untuk menguasai firman Tuhan dan akhirnya cuma sekadar menjadi pengetahuan.

Kita cuma menjadi orang yang merasa pintar Alkitab, padahal sebenarnya tidak mengenal Pribadi yang diceritakan dalam Alkitab. Rasul Paulus dengan sangat baik mengatakan— sampai saya pun merasa tertampar— dia berkata: “Begitu kamu berpikir bahwa kamu tahu semuanya , sebenarnya kamu tidak tahu apa-apa,” katanya.

Itu sebabnya, kalau kita mengizinkan diri kita dikuasai firman Tuhan, kita akan bertumbuh menjadi orang yang rendah hati. Namun, kalau kita buru-buru mencoba untuk menguasai firman Tuhan dan mencoba untuk sok pintar sendiri, kita malah bertumbuh menjadi tinggi hati. Saya yakin tidak ada orang yang suka dengan orang yang tinggi hati, tapi semua orang bisa menerima dan suka dengan orang yang rendah hati.

Supporting Verse – Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya,— ingat waktu itu kita pernah belajar bahwa memang kita semua sekarang sedang mendengar firman Tuhan,tapi yang akan membedakan kualitas pertumbuhan rohani kita adalah siapa yang setelah mendengar kemudian melakukannya,dan siapa yang setelah mendengar, tidak melakukannya. Dalam ayat ini, Yakobus sedang bilang:  …jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Yakobus 1:23 (TB)

Jadi memang waktu kita membaca firman Tuhan,di dalam firman Tuhan kita dapat menemukan identitas kita yang sesungguhnya. Di dalam firman Tuhan kita dapat menemukan tujuan hidup kita. Di dalam firman Tuhan kita dapat menemukan alasan mengapa kita diciptakan. Melalui firman Tuhan kita mengenal bahwa kita memang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah.

Di dalam firman Tuhan kita dapat memperbaiki perilaku kita yang salah. Waktu kita mendengar firman Tuhan, kita sebenarnya seperti sedang mengamati-ngamati muka kita yang sebenarnya, tapi kalau kita tidak melakukannya maka dikatakan bahwa kita seperti:

Supporting Verse – Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Yakobus 1:24 (TB)

Jadi, walau sudah bercermin dan melihat, “Oh, harusnya begini!” tapi kalau dia tidak melakukan (firman), begitu dia pergi dia lupa, “Eh, tadi bagaimana ya?” Lalu mulai mendengar apa kata orang atau kata dunia ini: “Ah, kamu jelek!” ”Kamu begini begitu…” dan sebagainya, lalu lupa lagi identitas dan tujuan hidupnya. Lalu ayatnya berlanjutkan:

Supporting Verse – Tetapi barangsiapa meneliti— jadi bukan cuma membaca, Saudara.”Melakukan” bisa kita terjemahkan sebagai “bukan cuma sekadar membaca” atau “menghafal; tidak ada yang salah dengan menghafal, Saudara. Namun, jangan cuma sekedar menghafal, tapi harus meneliti: …hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya…Jadi membaca, mungkin menghafal, merenungkan, meneliti dan bertekun. Kemudian dibaca lagi, diulangi lagi, dibaca lagi, dan seterusnya. Kalau kita melakukan itu maka kita …bukan hanya mendengar untuk melupakannya tetapi sungguh-sungguh melakukannya— menelitinya, bertekun di dalamnya— maka kita akan apa?  …berbahagia oleh perbuatannya. Yakobus 1:25 (TB)

Jadi, kalau Saudara mau berbahagia, bacalah, renungkanlah, telitilah, bertekunlah di dalam firman Tuhan, karena di dalam firman Tuhan Saudara akan menemukan identitas Saudara yang sebenarnya, tujuan dan panggilan Saudara, mengenal Saudara milik siapa, dan seterusnya.

Dalam 2 Timotius 3:16 (TB2), kalau Saudara belum tahu, sudah ada edisi kedua—dikatakan, seluruh kitab suci dilhamkan siapa? Allah.

Supporting Verse – Seluruh isi Alkitab atau kitab suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan— perlu diketahui, semua ayat ini ditujukan untuk diri kita sendiri terlebih dahulu. Dikuasai firman Tuhan, supaya kita mengerti bahwa seluruh isi Alkitab kitab suci diilhamkan Allah, dan bermanfaat untuk mengajar kita, bermanfaat juga untuk menyatakan kesalahan yang sudah kita lakukan. Kalau orang lain yang menyatakan (kesalahan kita), kita mungkin jadi kesal. Namun, kalau firman Tuhan yang menyatakan, kita jadi sadar bahwa ada kesalahan.…untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 2 Timotius 3:16 (TB2

Jadi, dilhamkan oleh Allah untuk mengajar kita, untuk menyatakan apa yang perlu kita perbaiki dari kesalahan kita, dan untuk mendidik serta memberitahu kita apa yang benar yang harus kita lakukan, pahami, dan kerjakan di dalam kehidupan kita.

Motivasi lainnya yang seringkali menjebak kita waktu membaca Alkitab adalah kita sering tanpa disadari membacanya hanya sebagai checklist, hanya sebagai rutinitas belaka, hanya sebagai kewajiban agamawi yang kita merasa perlu lakukan, karena secara KTP, kita beragama Kristen.

Kita sudah membahas membahas dan belajar di awal tahun ini bahwa untuk menjadi dekat dengan Kristus adalah tentang menetapkan prioritas yang tepat di dalam hati kita. Menjadi dekat dengan Kristus itu berbicara tentang menentukan prioritas-prioritas yang benar di dalam hati kita lebih daripada tentang kewajiban agawami; lebih daripada sekadar melakukan kewajiban-kewajiban agamawi.

Berarti sekarang pertanyaannya : apakah Saudara membaca Alkitab karena kewajiban atau karena merasa harus dan terpaksa, atau Saudara membaca Alkitab karena Saudara mencintai Yesus; karena kecintaan Saudara kepada Pribadi yang bernama Yesus?

Dampaknya berbeda, Saudara. Kalau kita membaca Alkitab atau firman Tuhan karena kecintaan kita terhadap pribadi Yesus, maka kecintaan itu akan melahirkan pengenalan; pengenalan akan Pribadi yang kita cintai. Bukan cuma sekadar hafal saja, kemudian lupa rupanya seperti apa, seperti yang tadi kita baca.

Membaca yang lahir dari kecintaan, akan membuat kita semakin mengenal. Pengenalan akan membawa kita kepada keintiman. Semakin dekat dengan Dia, semakin mengenal Dia, semakin mengerti apa yang menyenangkan maupun melukai hati Tuhan.

Bukan cuma sekedar mengetahui, kita pun semakin ingin menyenangkan Dia. Kalau kita intim dengan seseorang, biasanya apa pun yang kita lakukan, kita ingin menyenangkan dia, membuat dia bahagia. Sama halnya ketika kita intim dengan Tuhan. Melalui pengenalan dan kecintaan kita akan pribadi-Nya, maka firman Tuhan akan membuat kita menjadi intim dengan Tuhan.

Sekarang kita akan coba bahas tentang bagaimana caranya. Ayat yang tadi kita baca sebagai ayat renungan minggu ini, di dalamnya kita dapat menemukan bagaimana cara yang benar untuk membaca firman Tuhan.

Supporting Verse – Berbahagialah— seperti Yakobus 1:25 tadi, berbahagia. Berbahagialah— dalam terjemahan bahasa Inggris disebut dengan “blessed be” (diberkati). Orang yang diberkati biasanya berbahagia, bukan? Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,—Sederhananya, jangan dengarkan suara-suara yang salah, karena ada suara dan perkataan yang lebih benar yang perlu direnungkan … tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN,— firman Tuhan—dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Kita akan kembali ke ayat ini tapi kita teruskan dulu dengan ayat ketiga:  Ia seperti pohon,—Saudara dan saya seperti pohon, mahluk hidup—yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya... Jadi kalau Saudara mau hidup yang berbuah, mau produktif, maka tak ada cara lain! Baca dan renungkan, bertekun di dalam firman Tuhan, supaya bisa menjadikan kita seperti pohon:  …yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Mazmur 1:1-3 (TB) 

Berapa banyak dari Saudara yang ingin hidupnya berhasil? Masih ada yang tidak mau ternyata. Tidak apa-apa. Namun, kalau Saudara mau hidup yang berhasil ini caranya. Kita kembali baca ayat kedua tadi, tapi dalam terjemahan Alkitab Amplified Bible, karena di situ kita akan menemukan lapisan demi lapisan dari kata ‘merenungkan’.

Supporting Verse – But his delight is in the law of the Lord,… Delight artinya kesukaan, kecintaan. And on His law [His precepts and teachings] hukum-Nya, ketetapan-ketetapan-Nya atau pengajaran-Nya …he [habitually] meditates day and night. Psalm 1:3 (AMP)

Dia merenungkannya secara rutin dan terus-menerus, menjadi kebiasaan, bahkan menjadi gaya hidup. Saudara bisa bayangkan apa yang akan terjadi, kalau merenungkan firman Tuhan menjadi kebiasaan dan gaya hidup kita? Tentu akan mengubah seluruh perspektif hidup kita, sehingga membuat kita menjadi orang yang berbuah.

Supporting Verse – Instead you thrill to God’s Word,—Saudara dan saya bersemangat akan firman Tuhan. Dengan memiliki semangat itu maka kita akan: you chew on Scripture day and night. Psalm 1:3 MSG

Jadi kata ‘merenungkan’ juga bermakna ‘chew’, bukan ‘cuih’ ya. ‘Chew’ yang artinya mengunyah. Biasanya kalau makanan Saudara kunyah, makanan itu jadi personal buat Saudara. Buat saya mungkin pedas, buat Pastor Ary mungkin tidak pedas. Buat Pastor Sidney manis, buat saya mungkin tidak manis.

Setelah dikunyah jadi sangat personal, dan dengan cara itulah seharusnya kita baca firman Tuhan; mengunyahnya, merasakannya, bahkan mengalaminya di dalam kehidupan kita.

Untuk bisa melakukan itu semua, sebagai satu gereja di JPCC, kita mau memperkenalkan sebuah metode kepada Saudara, yang dapat Saudara dan saya pakai untuk merenungkan firman Tuhan. Metode yang bernama O-I-A, gampangnya bisa disebut, “Oh iya!”Coba sebutkan, satu, dua, tiga: “Oh iya!”

Gampang sekali, kan? Jadi tidak bisa lupa ya. O-I-A adalah singkatan dari tiga kata, yaitu “O” untuk Observasi, “I” untuk Interpretasi, dan “A” untuk Aplikasi. Observasi – Interpretasi – dan Aplikasi.

Kita akan lihat satu per satu. Apa yang dimaksudkan dengan— waktu kita membaca firman Tuhan—melakukan langkah pertama yaitu observasi?

Observasi adalah tentang menyelidiki atau mengamati fakta-fakta yang ada di dalam teks firman Tuhan yang kita baca. Jadi, jangan cuma sekadar baca lalu lupa,“Tadi baca apa?” ”Uhm, apa ya?” Tidak begitu. Waktu kita membaca, kita coba melakukan penyelidikan.

Kita coba mengamati fakta-fakta yang ada di dalam firman Tuhan yang kita baca. Teks firman Tuhan itu seharusnya tidak dibaca cuma sekadar satu ayat saja. Sangat berbeda waktu Saudara membaca satu ayat dengan Saudara membaca satu buku— satu buku maksudnya satu kitab—karena membaca satu buku akan memberikan kita konteks.

Cara apa yang dapat kita pakai untuk melakukan observasi?

Ada cara yang kita sudah pelajari sebenarnya waktu sekolah, baik itu dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai “5W-1H“.

5W-1H adalah what, where, when, who, why, lalu how. Dalam bahasa Indonesianya: Ada apa? Di mana? Kapan? Siapa? Mengapa? Dan Bagaimana?

Contohnya, waktu Saudara membaca sebuah teks firman Tuhan, setelah membaca beberapa perikop, Saudara bisa mencari fakta-fakta seperti, “Apa yang sebenarnya terjadi dalam teks firman Tuhan ini? Apa yang sebenarnya sedang diceritakan di dalam teks firman Tuhan ini?”

Lalu, Saudara bertanya lagi: “Di mana kejadiannya?” Apakah di ruangan UpperRoom ini atau di The Kasablanka atau di Sutera Hall? Bukan ya.” Apakah di Getsemani? Di mana Di mana kejadiannya?”

Lalu, “Kapan kejadiannya? Apakah kejadiannya setelah atau sebelum Yesus disalibkan? Kapan waktunya? Lalu, setelah bertanya ‘kapan’, kita tanya siapa saja yang ada dalam teks firman Tuhan itu. “Siapa saja peran utama maupun peran pembantunya. Siapa saja yang terlibat dalam kejadian itu?”

Lalu, kita mulai mencari fakta tentang ‘mengapa’, yang biasanya jawabannya kita dapat melalui kata-kata ‘karena’, ‘oleh sebab itu’, dan seterusnya.” Mengapa? Mengapa hal ini terjadi?” Jadi tanyakanlah, apa yang terjadi, di mana kejadiannya, kapan kejadiannya, siapa saja yang ada di situ, mengapa bisa terjadi, lalu bagaimana terjadinya.

Ini adalah fakta-fakta yang kita bisa temukan melalui semua pertanyaan ini. Kalau Saudara tahu 5W-1H, mungkin sebagian Saudara—ini intermezzo aja—sebagian Saudara mungkin kurang tahu dalam bahasa Indonesianya apa. Dalam bahasa Indonesianya saya juga baru tahu, waktu saya coba untuk bantu anak saya coba belajar bahasa Indonesia, ternyata ada istilahnya “A-di-k Si-m-ba” (“Adik Simba“).

Disingkat “Adik Simba” ternyata; bukan Anak Simba seperti di Lion King. “A-di-k Si-m-ba”. Jadi, Saudara bisa pakai cara ini untuk melakukan observasi. Ingat, jangan mencomot satu ayat lalu dipakai dengan kurang tepat. Konteks adalah segalanya. Konteks sangat penting. Kita bisa mengerti konteks dengan cara mencari fakta-fakta yang ada didalam teks.

Lalu yang kedua, interpretasi. Interpretasi adalah tentang menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari hasil penyelidikan. Interpretasi adalah tentang menarik kesimpulan. Setelah menemukan fakta-fakta, kita harus menarik kesimpulan, bukan?

Menarik kesimpulan adalah bagian dari interpretasi. Ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu Saudara untuk melakukan interpretasi.

Yang pertama adalah coba tanyakan kepada diri kita sendiri setelah menemukan fakta-fakta yang ada, apa yang penulis coba untuk komunikasikan kepada orang-orang yang membaca.

Tanyakan, berdasar semua fakta yang ada sebenarnya penulis sedang mencoba menyampaikan apa kepada kita yang membaca surat yang ditulisnya.

Yang kedua, tanyakan apakah ada fakta-fakta lain yang mendukung penemuan kita.

Contohnya, apakah teks ini berhubungan dengan teks sebelum dan sesudahnya?

Jadi, jangan cuma membaca satu teks lalu langsung cepat-cepat menarik kseimpulan. Coba lihat hubungan dan kaitannya satu sama lain.

Contohnya, waktu Saudara membaca Efesus 5, dikatakan di situ: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu!” Lalu kita bilang, “Lihat! Harus tunduk ya!” Kita lupa bahwa ayat itu belum selesai.

Lanjutannya ada tertulis, “Hai suami, kasihilah istrimu sama seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya.” Bahkan di ayat sebelumnya, di atasnya lagi ada kalimat: “Hendaklah kamu saling menghormati dan tunduk satu sama lain.”

Begitulah cara untuk mencoba mencari fakta-fakta lain yang mendukung sehingga kita bisa menarik kesimpulan yang lebih tepat.

Lalu yang ketiga adalah pertanyaan tentang pelajaran apa yang kita dapat simpulkan dari semua fakta yang saling terkait satu sama lain.

Setelah kita mencoba menyimpulkan apa yang ingin dikomunikasikan oleh penulis, kita lalu coba untuk mempersonalisasi kira-kira, “Apa artinya buat saya? Apa pelajarannya buat saya?” dan sealanjutnya pertanyaan ini, membawa kita kepada langkah yang terakhir yaitu langkah aplikasi.

Aplikasi adalah tentang menentukan apa yang akan kita terapkan dalam kehidupan kita setelah mempelajari teks firman Tuhan. Sesudah kita menarik kesimpulan, kita sekarang perlu coba menentukan tindakan yang perlu kita lakukan.

Mungkin Saudara bisa terbantu dengan memakai cara “S-P-A-C-E“.

  • S : Sin to Confess, Apakah di dalam teks firman Tuhan yang sudah kita baca, baik yang diceritakan tentang Tuhan, maupun yang diceritakan tentang perspektif kita sebagai manusia, ada dosa yang perlu diakui atau dihindari?
  • P : Promise to Claim, Adakah janji yang perlu kita perkatakan atas hidup kita? Karena itu merupakan rencana Tuhan bagi hidup kita. 
  • A : Attitude to Change,  Adakah sikap atau perilaku yang perlu kita ubah; sikap yang salah dan perlu kita ubah? Sebab kalau kita tidak ubah akan membawa kita menuju jalan yang salah?
  • C : Command to Obey, Adakah perintah yang perlu untuk kita taati dan kerjakan? 
  • E : Examples to Follow, Yang terakhir, adakah teladan hidup yang perlu kita ikuti?

Kelima hal ini dapat membantu kita untuk menentukan tindakan atau aplikasi seperti apa yang perlu kita kerjakan dalam kehidupan kita berdasarkan teks firman Tuhan yang kita pelajari.

Ingat, tujuan kita membaca Alkitab adalah untuk membangun pengertian bukan hanya pengetahuan. Jadi mari kita membaca, merenungkan, mempelajari, dan menaati firman Tuhan.

Apa yang Saudara bisa gunakan? Saudara bisa gunakan metode O-I-A tadi, di dalam saat teduh pribadi Saudara atau saat bersama komunitas Saudara, di dalam keluarga maupun di dalam DATE Saudara. Dalam pertemanan pun Saudara bisa melakukan observasi, interpretasi, aplikasi.

Jadi tidak sembarangan mencomot ayat Alkitab. Saudara bisa gunakan 15-minutes Bible Study di learning.myjpcc.org yang akan membantu untuk mempelajari Alkitab dengan benar.

Saudara mau melakukan itu? Mari kita bertumbuh bersama-sama, menjadi lebih dekat. Bertumbuh secara rohani, menjadi intim dengan Tuhan. Saya berdoa supaya yang disampaikan hari ini membantu kita semua. Tuhan Yesus memberkati Saudara.

P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes