JPCC Online Service (12 December 2021)
Salam damai sejahtera kepada kalian semua yang di JPCC, apa kabar? Kita sudah semakin mendekat kepada Natal dan Tahun Baru, dan tidak lama lagi kita akan menyambut hadirnya tahun yang baru 2022. Seberapapun seringnya Saudara sudah mendengar, tentunya tidak akan menghalangi saya untuk mengulanginya kembali bahwa sesungguhnya harapan kita semua adalah bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik, terjadi di dalam segala aspek kehidupan kita ke depan, Amin?
Nah, sebagaimana Saudara juga sudah ketahui bahwa sudah beberapa minggu ini kita memulai kebaktian on-site, walaupun masih sangat terbatas jumlahnya, di Sutera Hall maupun di The Kasablanka. Di mana kita ingin memberikan kesempatan kepada para Leaders kita—termasuk Key Volunteers— untuk dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang baru yang sedang kita terapkan.
Jadi, sebelumnya nanti, pada tanggal 9 Januari yang akan datang di mana Saudara semua— DATE Members—bisa juga mulai hadir secara on-site di kedua lokasi tersebut. Tentunya membutuhkan pendaftaran melalui aplikasi MyJPCC, dan patuh kepada semua protokol kesehatan yang akan berlaku. Jadi, mohon dimaklumi bahwa kapasitas yang akan tersedia masih sangat terbatas, dan untuk kita bisa kembali seperti keadaan sebelum pandemi, masih diperlukan waktu yang lebih panjang dengan harapan bahwa keadaan tidak memburuk, tentunya, sehingga kita dapat menambah jumlah ibadah yang ada sehingga kapasitas ibadah yang akan tersedia dapat bertambah.
Semoga kalian semua bisa maklumakan kondisi di mana kita saat ini sedang berada. Sementara kita semua akan terus hadir secara online, di tempat di mana Saudara berada masing-masin agar kita semua bisa tetap dapat menikmati hadirat Tuhan dan menerima kebenaran Firman Tuhan di mana pun juga anda berada.
Saudara tentunya sudah tahu bahwa di awal bulan Desember ini, kita mulai sedang membahas topik mengenai damai sejahtera, “shalom“,dengan tema “Peace has Come” (“Damai Itu Sudah Datang”), sekaligus kita akan memperingati kelahiran The Prince of Peace (Sang Raja Damai), yaitu Tuhan Yesus Kristus, Sang Raja Damai, dalam kehidupan kita umat manusia di dunia ini.
“Shalom” merupakan nama Tuhan sendiri, nama Allah itu sendiri. Dialah Jehovah Shalom. Kita sudah belajar bahwa “shalom”adalah sebuah kata yang mempunyai arti dasar “lengkap” atau “utuh”,dalam arti, tidak ada yang kurang, tidak ada yang hilang atau cacat, complete, whole (lengkap dan utuh). Di dalam Strong’s Concordance minggu lalu kita belajar bahwa kata “shalom” diterjemahkan dengan arti keutuhan, kelengkapan, kesehatan, tetapi juga kata kesejahteraan, kemakmuran.
Ada harmoni, ada damai, di dalam kata “shalom”. Kita juga belajar bahwa peace is not the absence of problems but the presence of God. Damai bukan berarti hidup kita bebas dari tantangan, bukan berarti kita bebas dari badai, bukan berarti kita bebas dari kesulitan. Tapi justru kehadiran Tuhanlah yang menghadirkan “shalom” dan damai itu, di tengah-tengah badai, di tengah-tengah tantangan, dan bahkan di tengah-tengah penderitaan.
Damai sifatnya internal, bukan eksternal. Damai adalah kata yang menggambarkan apa yang terjadi di dalam diri kita dan bukan apa yang sedang terjadi terhadap kita. Damai juga tidak berarti, bahagia senantiasa. Oleh sebab itu, damai di dalam diri kita akan menolong kita sesungguhnya untuk kita bisa, pertama-tama, dapat fokus, menjadi peka terhadap apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita.
Berapa banyak di antara kita, karena tantangan kehidupan, kita kehilangan damai sejahtera tersebut? Sehingga di tengah-tengah kesulitan dan tantangan itu, kita kehilangan fokus dan kepekaan kita untuk mendengarkan dan menerima tuntunan Tuhan di tengah-tengah badai yang kita hadapi.
Kedua, damai juga bisa menghadirkan kesehatan, karena tidur kita lebih pulas, kita bisa tidur lebih dalam, dan istirahat dengan lebih baik. Selain itu damai juga bisa membuat kita menjadi pribadi yang produktif, karena keputusan-keputusan yang kita tidak ambil di dalam ketergesaan maupun di dalam kepanikan, apalagi di bawah tekanan.
Damai akan membuat pemikiran kita bisa menjadi semakin produktif. Nah, selama pandemi ini ada begitu banyak di antara kita dan orang-orang di sekitar kita yang sedang bergumul karena apa yang mereka sedang alami. Ada banyak penderitaan dan pergumulan yang terjadi. Mereka yang harus berhadapan dengan rasa kehilangan yang sangat mendalam, karena kehilangan orang-orang yang mereka kasihi.
Di jemaat kita sendiri, ada yang kehilangan kedua orang tuanya dalam jangka waktu yang begitu singkat. Banyak yang kehilangan pekerjaan, bisnis mereka, perusahaan yang sudah dibangun dengan susah payah, hilang begitu saja. Kehilangan investasi mereka, maupun mereka yang merasakan kehilangan kesempatan, baik itu kesempatan untuk kuliah, untuk pergi keluar negeri, kesempatan untuk ekspansi, dan lain sebagainya.
Banyak yang bergumul menghadapi kekuatiran akan masa depan, karena kesulitan untuk melihat apa yang akan terjadi di depan mereka, sehingga mereka senantiasa dihinggapi rasa cemas. Banyak di antara mereka yang menghadapi depresi. Sangat dapat dimengerti apabila isu kesehatan mental menjadi salah satu topik sorotan beberapa tahun terakhir ini.
Banyak yang depresi dan memerlukan bantuan medis untuk kondisi mereka. Alkitab memberikan janji dan kebenaran mengenai “shalom”, yang kita butuhkan untuk menghadapi keberadaan kita sehari-hari. Hari ini, saya ingin mengutip dari kisah yang dihadapi oleh Ayub. Minggu lalu Pastor Jeffrey telah mengutip ayat ini.
Opening Verse – Engkau akan mengalami, bahwa kemahmu aman dan apabila engkau memeriksa tempat kediamanmu, engkau tidak akan kehilangan apa-apa. Ayub 5:24 (TB)
You shall know that your tent is at peace, and you shall inspect your fold and miss nothing. Job 5:24 ESV
Ayat tadi memang berkata bahwa damai itu terjadi pada saat kita tidak kekurangan sesuatu apa pun juga; sebagaimana definisi yang tadi kita pelajari di awal. ‘Shalom’ bicara soal kelengkapan, kesempurnaan. ‘Damai’ bicara soal utuh, sempurna. Nah, pada saat ayat ini dikatakan bahwa Ayub merasa damai karena dia tidak kehilangan sesuatu apa pun juga, kita mengetahui bahwa itu bukan terjadi begitu saja.
Bahkan, pada saat Ayub tiba, di dalam catatan, di pasal kelima ini, sesungguhnya Ayub telah kehilangan semua kekayaan, investasinya, harta bendanya,termasuk kesepuluh anak-anaknya. Bahkan di pasal kelima ini sebenarnya dibuka dengan pertanyaan Ayub.
Supporting Verse – Berserulah– adakah orang yang menjawab engkau? Dan kepada siapa di antara orang-orang yang kudus engkau akan berpaling? Ayub 5:1 (TB)
Ayat ini menggambarkan, sesungguhnya, seluruh kondisi Ayub, baik secara jasmani, emosional, maupun spiritual. Di mana Ayub bahkan kehilangan istrinya yang gagal paham terhadap apa yang Tuhan lakukan dan karena apa yang mereka harus hadapi. Pada saat Ayub sendiri sakit, istrinya yang sudah sedemikian pahitnya terhadap Tuhan, berkata seperti ini.
Supporting Verse – Maka berkatalah isterinya kepadanya: ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Ayub 2:9 (TB)
Nah, pada saat ini, kita akan belajar mengenai ‘shalom’. Mari kita periksa ulang beberapa perspektif kita mengenai kehidupan dan hubungan kita dengan Tuhan, agar damai yang seperti sungai itu dapat mengalir di dalam kehidupan kita dan bahkan melalui kehidupan kita. Ayub mampu menghidupi apa yang dia alami, namun istrinya gagal memahami apa yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari berkenaan dengan persepsi kita dan perspektif kita terhadap apa yang terjadi di dalam kehidupan kita, dari apa yang Ayub dan istrinya alami.
Hal pertama yang perlu kita selaraskan di sini adalah bahwa anak-anak Tuhan yang saleh sekalipun, tidak terlepas dari realita penderitaan.
Saudara, Alkitab mencatat bahwa Ayub adalah orang yang saleh hidupnya, dia benar hidupnya. Namun kita membaca bahwa apa yang dia alami bukan sesuatu yang mudah. Tragedi dan penderitaan yang dia hadapi, bukan perkara yang kecil. Mengenai penderitaan yang dialami oleh orang-orang percaya hari-hari ini, Ayub dapat menjadi sebuah contoh panutan, sesungguhnya, atau prototip mengenai seseorang yang beriman yang mengalami problema kehidupan yang tidak dapat dijelaskan.
Kita sering kali berkata, “Kenapa hal buruk terjadi pada orang baik?” Allah mengizinkan orang-orang yang takut akan Allah sekalipun dan orang yang tidak bersalah dan tidak berdosa untuk mengalami penderitaan, dan punya kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan iman mereka.
Supporting Verse – Di mana ada kebenaran, di situ akan tumbuh damai sejahtera. dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Yesaya 32:17 (TB)
Betul, kebenaran dalam kehidupan kita akan menghadirkan ketentraman. Tetapi bukan berarti pada saat kita hidup dalam kebenaran selalu ketentraman itu datang, bebas dari tantangan dan kesulitan. Namun apabila kita hidup dalam kebenaran maka badai dan tantangan yang kita hadapi sekalipun akan disertai oleh shalom, damai dan ketentraman yang datang dari pada Tuhan.
Sharing Ps. Jose – Saya ingat betul pada saat menerima vonis mengenai kondisi retina mata kanan saya yang robek, dan sebagaimana mungkin Saudara tahu bahwa retina robek berisiko untuk mengalami kebutaan total apabila tidak tertangani dengan baik.
Dan juga detik-detik di mana saya sedang menjalani operasi mata ini yang robek dalam kondisi bius lokal, di mana saya harus ikut mendengarkan semua komunikasi dokter dengan semua tim yang melakukan operasi pada saat itu.
Percayalah, Saudara pada saya itu bukanlah jenis komunikasi yang Saudara ingin dengarkan sebenarnya sebagai seorang awam. Ada banyak kata-kata yang tidak meneduhkan. Bayangkan Saudara saat mereka berkata “Eh, ini bocor. Tolong ini disumbat dulu.” “Tolong ini dijahit,” dan lain sebagainya.
Saudara, tentunya sebagai pasien yang ada di meja operasi, yang sedang sadar mendengarkan semua komunikasi itu tidak semudah itu saya bisa meneduhkan hati dan pikiran saya. Namun saya bisa bersaksi pada Saudara akan shalom yang menyertai saya. Baik pada saat saya menerima vonis, maupun menjalani operasi tersebut.
Kalau bukan karena hadirat Allah, saya yakin saya tidak akan bisa dengan tenangnya diam membiarkan mata saya untuk dioperasi dan teduh di situ untuk tidak melakukan apa-apa.
Supporting Verse – Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. 2 Timotius 1:7 (TB)
Bahkan pada saat Saudara harus menerima kabar buruk sekalipun, atau maupun Saudara sedang menjalani penderitaan Tuhan berjanji akan memberikan shalom kepada Saudara. Bahkan berita buruk yang datang dalam kehidupan Saudara pun akan datang dengan damai sejahtera apabila Tuhan bekerja dalam kehidupan kita.
Tuhan Yesus datang untuk memberikan pada kita kedamaian, bukan kepanikan. Dia datang untuk menunjukkan kepada kita cara hidup yang lebih baik. Kesempurnaan-Nya menutupi kegagalan kita. Kesalahan kita ditutupi oleh kesempurnaan Tuhan. Rahmat-Nya melebihi kekurangan kita. Kasih karunia-Nya memberikan kekuatan kepada kita.
Saudara, hari ini Saudara bisa datang kepada Tuhan apa pun kondisi Saudara—apa pun kebutuhan Saudara apa pun keberadaan Saudara—apabila Saudara menyelaraskan perspektif Saudara dengan apa yang Tuhan kerjakan. Dia adalah Tuhan yang baik. Dia tidak menginginkan Saudara menghadapi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Oleh sebab itu, hari ini Saudara bisa menikmati shalom yang datang daripada Dia, apa pun kondisi yang Saudara hadapi.
Hal yang kedua yang perlu kita selaraskan adalah bahwa Tuhan adalah Tuhan yang Maha Adil, dan iman kita sebagai orang percaya akan diuji dan pasti diuji.
Ayub sangat menderita baik secara fisik maupun psikisnya. Dia tentunya mengharapkan penghiburan, tetapi justru sebaliknya dia dituduh, seolah-olah dia telah berbuat kejahatan di hadapan Tuhan. Ketiga sahabatnya yang mengatakan penderitaan yang dialami tentunya adalah akibat daripada dosa yang telah diperbuatnya.
Sesungguhnya, ujian iman yang dialami oleh anak-anak Tuhan adalah untuk memurnikan dan untuk meningkatkan tingkat kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Kemarin saya sempat membaca sebuah pernyataan yang sangat menginspirasi saya. Dia berkata kata-kata seperti ini.
“Tough times create strong men. Strong men create easy time. And easy time create weak men. Weak men create tough times.”
Seperti lingkaran yang akan terus berputar. Dikatakan, masa-masa sulitlah yang akan membentuk orang-orang yang kuat, sementara orang-orang kuat yang sudah terbentuk ini akan bisa menghadirkan masa-masa yang lebih mudah untuk dijalani buat keluarga dan anak-anaknya.tapi konsekuensinya adalah masa yang mudah ini, yang dihidupi oleh anak-anaknya akan menjadikan mereka generasi yang lebih lemah yang mana konsekuensinya orang-orang lemah akan menghadirkan kembali masa-masa sulit. Tidakkah betul kebenaran ini?
Oleh sebab itu, sebagai orang tua dan juga sebagai seorang gembala, saya senantiasa berusaha untuk tidak mencoba mengangkat dan meringankan ujian yang anak-anak saya hadapi, atau setiap Saudara hadapi, tapi saya berusaha untuk membantu Saudara untuk melihat Tuhan dan berusaha untuk memfasilitasi kehadiran Tuhan dalam kehidupan Saudara ci dalam setiap ujian yang sedang kita hadapi.
Supporting Verse – Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku. Mazmur 94:19 (TB)
Pada saat bertambah pikiran dan beban di dalam batin kita penghiburan dan shalom daripada Tuhanlah yang akan melegakan jiwa kita. Amin?
Hal yang ketiga yang perlu kita selaraskan adalah bahwa penderitaan yang kita alami masih berada dalam batas dan pengawasan Tuhan, sehingga tidak ada satu pribadi maupun kuasa apa pun yang dapat menjamah orang percaya jika tidak mendapatkan izinnya Tuhan.
Ada banyak sekali kecemasan dan rasa takut yang berkepanjangan yang banyak Saudara alami dikarenakan pertanyaan “what if”, “bagaimana seandainya”yang Saudara izinkan ada dalam hati dan pikiran Saudara yang membebani Saudara.
Coba pertimbangkan hal ini. Di tangan saya ada sebotol air minum. Pertanyaan saya pada Saudara adalah seberapa beratnya botol air minum ini? Dapatkah Saudara mengangkatnya? Saya yakin seorang anak kecil pun tidak akan kesulitan mengangkat botol air ini, bukan? Tidak ada seorang pun di antara kita yang akan menganggap ini sebagai masalah besar untuk dapat mengangkat botol ini.
Namun kalau saya harus mengangkatnya selama satu jam, maka saya mulai akan merasakan rasa sakit di sekitar tangan saya karena beban yang walaupun sepertinya kecil, tetapi mulai akan menunjukkan dampak terhadap diri saya. Kondisi ini tentunya akan sepenuhnya berbeda apabila Saudara membayangkan bahwa saya harus selamanya mengangkat botol ini.
Yang walaupun sepertinya beban tidak seberapa namun akan mampu untuk memberikan dampak yang sangat besar bukan hanya kepada fisik saya, tapi juga secara psikis dan bahkan spiritualitas saya. Nah, saya hari ini tidak tahu “what if” apa yang membebani pikiran Anda, yang telah sekian lama Saudara pikul, maka itu mulai membebani Saudara dan Saudara mulai merasakan dampak negatif, yang diakibatkan oleh mungkin cuma pertanyaan dan pemikiran dan kekhawatiran yang kecil saja.
Mungkin kecil, makanya Saudara izinkan itu ada dalam pikiran Saudara. “Bagaimana kalau-kalau…?” Nasihat saya hanya satu, bawa dan serahkan ini kepada Yesus. Shalom atau damainya Tuhan, artinya Tuhan dapat membuat bahkan apa pun yang telah rusak menjadi pulih kembali, membuat apa yang kurang menjadi utuh, dan kembali membuat apa yang tidak harmonis menjadi harmonis.
Doa saya pada saat Anda mengambil keputusan untuk meletakkan bebanmu di kaki Kristus adalah bahwa Tuhan melakukan apa yang Dia janjikan terutama dalam Filipi 4:7 (TB) yang berbunyi seperti ini.
Supporting Verse – Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Filipi 4:7 (TB)
Nah, biarlah ayat ini digenapi di dalam keberadaanmu dan kehidupanmu saat ini juga, pada saat Saudara mengambil keputusan untuk melepaskan beban yang ada dalam pikiranmu di bawah kaki Kristus. Di penghujung kisah yang Ayub alami dicatat di Ayub 42:5 (TB), Ayub mengatakan bahwa :
Supporting Verse – “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Ayub 42:5 (TB)
Dengan kata lain, terlepas dari semua tantangan, penderitaan, ujian, pertanyaan yang ada dalam diri Ayub, dia percaya bahwa Tuhan itu adil. Dia tidak membandingkan keberadaan dia, ujian yang dia hadapi dengan orang lain. Karena memang ujian kita selalu berbeda-beda. Ada saatnya di mana kita ujian, orang lain sedang menikmati liburan.
Jangan pernah bandingkan hidupmu dengan orang lain, karena setiap kita sedang berlari di lintasan kita masing-masing. Oleh sebab itu di penghujung daripada kehidupan Ayub, Ayub tidak lagi hanya tahu tentang Tuhan tetapi Ayub menjadi mengenal Tuhan.
Sebagai penutup atas pemberitaan firman Tuhan pada hari ini, saya ingin mengutip lirik dan kisah latar belakang salah satu lagu hymne yang sangat terkenal yang berjudul “It Is Well With My Soul”. Lagu ini ditulis sekitar tahun 1873 oleh Horatio G. Spafford. Horatio Spafford mengerti tentang tantangan hidup yang tidak terduga.
Dia adalah seorang pengacara sukses dan investor real estate yang kehilangan banyak uang dalam kebakaran hebat yang terjadi di Chicago tahun 1871. Sekitar waktu yang sama, putra kesayangannya yang berusia empat tahun meninggal karena demam berdarah. Berpikir bahwa liburan akan membawa kebaikan bagi keluarganya, dia mengirim istri dan keempat putrinya dengan kapal ke Inggris, berencana untuk bergabung dengan mereka, setelah dia menyelesaikan beberapa urusan mendesak di rumah.
Namun, pada saat melintasi Samudra Atlantik, kapal itu terlibat dalam tabrakan yang mengerikan dan tenggelam. Lebih dari 200 orang kehilangan nyawa mereka, termasuk keempat putri Horatio Spafford yang amat sangat berharga itu. Istrinya, Anna, selamat dari tragedi itu. Setibanya di Inggris, dia mengirimkan telegram kepada suaminya yang dimulai dengan kata-kata,“Hanya saya yang selamat sendirian. Apa yang harus saya lakukan?”
Horatio segera bergegas berlayar ke Inggris. Dan pada suatu saat selama pelayarannya, kapten kapal yang mengetahui tragedi yang telah menimpa keluarga Spafford, memanggil Horatio, untuk memberitahukan kepadanya bahwa mereka saat itu sedang melintasi tempat di mana kapal karam itu terjadi.
Pada saat Horatio memikirkan, membayangkan putri-putrinya yang dia sangat kasihi, kata-kata penghiburan dan pengharapan memenuhi hati dan pikirannya. Maka dia menuliskannya dan sejak itu, kata-kata itu menjadi himne yang sangat amat terkenal: Dia mengatakan di tempat di mana dia kehilangan putrinya.
“When peace like a river, attendeth my way, When sorrows like sea billows roll—Whatever my lot, thou hast taught me to say It is well with my soul.”
Pada saat damai itu mengalir seperti sungai, walaupun ada kepedihan dan kesedihan yang menggulung seperti ombak, apa pun yang saya harus pikul dan alami, Engkau telah mengajarkan aku untuk berkata, damailah jiwaku.
Mungkin kita tidak akan bisa selalu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja dalam semua aspek kehidupan kita. Akan selalu ada badai yang harus kita hadapi, dan terkadang akan ada tragedi yang terjadi. Tetapi dengan iman kepada Tuhan yang pengasih dan dengan kepercayaan pada bantuan ilahi-Nya, kita semua akan dapat dengan yakin mengatakan, it is well with my soul. Damailah jiwaku. Amin.
When peace like a river attendeth my way, When sorrows like sea billows roll, Whatever my lot, Thou hast taught me to say It is well, it is well with my soul.. It is well With my soul.. It is well, it is well with my soul.. It is well With my soul.. It is well, it is well with my soul.
Doa saya adalah hadirat Tuhan, the presence of God, hadir di mana pun engkau berada, terlepas dari tantangan apa pun yang sedang engkau hadapi. Hari ini engkau tahu bahwa Tuhan itu adil, dan Dia tidak membiarkan engkau, mengalami ujian melampui kekuatanmu.
Oleh sebab itu, biarlah hadirat Tuhan yang datang meneduhkan badai dan meneduhkan hati dan pikiranmu. Engkau tidak perlu lagi membandingkan dirimu dengan siapa pun juga karena engkau tahu ujian yang engkau hadapi akan membentuk engkau menjadi pribadi yang lebih kuat.
Apabila kehidupanmu dalam keadaan baik-baik saja, biarlah damai sejahtera yang melebihi akal ini juga memenuhi hati dan pikiranmu. Tuhan, terima kasih untuk anugerah-Mu. Terima kasih untuk berkat-Mu. Terima kasih untuk kehadiran-Mu,di dalam rumah dan tempat di mana kami berada masing-masing. Biarlah ‘shalom’ ini, menghadirkan keutuhan, kelimpahan, keselarasan dalam hati dan hidup kami, menyertai kami di mana pun kami berada. Dan bahkan ‘shalom’ ini, bukan hanya mengalir kepada kami semua ,tetapi dapat mengalir melalui kami, memberkati banyak orang di sekitar kami.
P.S : Aside than my daily working hours activities, I also have passion and interest in writing article for both traditional and modern media. My experience varies from content creation, creative writing for established magazine such as Pride and PuriMagz, web copywriting, fast translating (web,mobile, and tablet), social media, marketing materials and company profile. Click here to see some of my freelancing portfolios – links
If your organization need a Freelance Copywriters or Social Media Specialist, Feel free to contact me, and see how I can free up your time and relieve your stress over your copy/content needs and deadlines. My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com. Sharing is caring so any support is very much appreciated. Thanks much and God Bless!



