Memikul Salib By Ps. Alvi Radjagukguk

JPCC Sutera Hall 2nd Service (3 November 2025)

Bagi kita yang mengaku dengan mulut, percaya dalam hati untuk mengundang Yesus masuk ke dalam hidup kita sebagai Juru Selamat, itu adalah permulaan saja. Adalah naif untuk kita memilih untuk percaya dan setelah itu berpikir bahwa semua perjalanan kita akan aman dan baik.

Karena ternyata ada panggilan atau bahkan tuntutan lebih yang diperlukan kalau kita mau menjadi pengikut Kristus

Opening Verse – [24] Kemudian Yesus berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, “Orang yang mau mengikuti Aku, harus melupakan kepentingannya sendiri, memikul salibnya, dan terus mengikuti Aku. Matius 16:24 BIMK

[24] Kemudian Yesus berkata kepada para murid, “Jika seseorang ingin menjadi pengikut-Ku, harus mengesampingkan kesenangan pribadi, memikul salib, dan mengikut Aku. Matius 16:24 FAYH

[24] Kemudian Yesus berkata kepada kami, “Siapa yang mau mengikut Aku, dia harus melupakan kepentingan diri sendiri dan terus mengikut Aku dengan bertekad, ‘Sekalipun harus mati, bahkan mati disalibkan, aku tidak akan mundur.’ Matius 16:24 TSI

Perhatian frase “mau” disana, kita tidak dipaksa atau di-intimidasi untuk mengikut Yesus, bukan? Sewaktu kita lahir baru, kita tidak dalam keadaan mabuk, bukan? Semua dimulai dengan sebuah ajakan, kalau kita mau maka ini disclaimernya, tetapi kalau tidak, abaikan. Disclaimer dan kondisi atau syaratnya adalah kita “harus” menyangkal diri.

Menyangkal diri artinya melupakan kepentingan dan kemauan dirinya sendiri.

Tantangannya sekarang di berbagai media, kita dibombardir dengan berbagai pesan di media-media yang porosnya adalah “aku” dan “saya” sebagai pribadi paling utama dan dijunjung tinggi. Algoritma HP kita juga membuktikan bahwa apa yang kita inginkan, selalu muncul iklannya dengan begitu cepat, bahkan sampai ke prinsip kebenaran yang kita pilih untuk percayai.

Semakin digaungkan tentang “aku” dan “saya”, maka yang meningkat adalah tingkat kecemasan, anxiety atau depression, dan perasaan kosong atau hampa. Alasan Yesus mengajak kita semua untuk menyangkal diri kita agar kita bebas dari penderitaan yang berakar yaitu obsesi atas diri sendiri.

Supporting Verse – [1] Anakku, sadarilah bahwa pada zaman terakhir sekarang ini, kita pasti mengalami banyak kesulitan. [2] Banyak orang akan mengasihi dirinya sendiri, cinta uang, sombong, suka memuji diri, suka menghina orang lain, durhaka kepada orangtua, tidak tahu berterima kasih, mengabaikan Allah, [3] tidak mengasihi orang lain, tidak mau memaafkan, suka menjelek-jelekkan orang, tidak bisa menguasai diri, bersifat kasar dan kejam, serta membenci segala sesuatu yang baik. [4] Orang-orang pada zaman terakhir ini suka berkhianat, tidak berpikir panjang, tinggi hati dan menganggap diri lebih penting daripada orang lain, juga lebih mencintai kesenangan duniawi daripada Allah. [5] Memang, di depan orang mereka berlagak saleh, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh ingin mengenal Allah ataupun diubahkan oleh kuasa-Nya! Jauhkanlah dirimu dari orang-orang seperti itu. 2 Timotius 3:1-5 TSI

Ps. Kenny mengajar di minggu lalu bahwa untuk kita untuk menaruh keyakinan penuh hanya kepada Kristus dan mulai menyangkal diri kita. Hidup akan tujuan dan agendaNya Kristus dan bukan lagi untuk pencapaian atau preferensi Pribadi, tetapi menjadikan Tuhan dan bukan lagi diri sendiri sebagai pusat dari segalanya, dan saat itulah kita mulai hidup sebagai Murid Kristus.

Prinsipnya adalah Menyangkal diri demi Yesus adalah jalan hidup yang sejati.

Minggu lalu saya berkotbah di Sutera Hall tentang analogi “Bayi rohani”, Bayi Rohani, karena sudah terbiasa dengan kenyamanan, menjadi mudah terusik dengan penderitaan yang bisa membuat meragukan Karakter Tuhan atau bahkan membuat dia meninggalkan imannya.

Anak kecil harus dijaga agar tidak tantrum, fokus dengan diri sendiri, “spoon-fed mentality”. Tetapi orang yang dewasa rohani bisa berdamai dengan ketidaknyamanan apalagi penderitaan, karena keduanya dibutuhkan agar bisa bertumbuh dewasa, bisa makan sendiri atau “self feeder”. Orang yang dewasa rohani jago dalam menjaga hatinya dengan menjaga ekspektasi akan orang lain dan juga keadaan di sekelilingnya.

Hanya karena doa kita belum dijawab bukan berarti Tuhan tidak akan menjawab doa kita, bukan? Orang yang dewasa rohani piawai dalam mengatur dan menjaga ekspektasi, tahu bahwa ujungnya perjalanan kedewasaan adalah “Christ centered”, bukan “self-centered”.

Hari ini kita akan membahas bagian kedua dari Matius 16 yaitu tentang memikul salibnya, salib kita sendiri. Setiap dari kita harus memikul salib kita sendiri.

Supporting Verse – [24] Then Jesus said to His disciples, “If anyone wishes to follow Me [as My disciple],he must deny himself [set aside selfish interests], and take up his cross [expressing a willingness to endure whatever may come] and follow Me [believing in Me, conforming to My example in living and, if need be, suffering or perhaps dying because of faith in Me]. Matthew 16:24 AMP

Memikul salib dielaborasi dengan menunjukkan kesediaan dan kerelaan untuk bertahan dan menanggung apapun yang mungkin terjadi. Apapun artinya Kita tidak bisa mengendalikan itu, apa yang boleh datang atau tidak, dan kapan serta bagaimana dia akan datang.

Mengapa memikul Salib adalah bagian dari mengikut Tuhan dan perlu dilakukan sebagai Pengikut Kristus?

Pertama, Salib adalah lambang penundukkan diri kita kepada Kristus.

Supporting Verse – Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Matius 10:38 TB

Adalah ketidakmungkinan untuk Mengikut Yesus tapi tidak mau atau tanpa memikul salib kita masing-masing, itu adalah satu paket dengan mengikut Yesus. Salib Kristus adalah bukti bahwa Dia sendiri belajar untuk tunduk kepada kehendak BapaNya.

Supporting Verse – Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Matius 16:21 TB

[3] Ia dihina dan dihindari orang, orang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. [4] Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. [5] Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. [6] Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Yesaya 53:3-6 TB

[10] Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana olehnya. Yesaya 53:10 TB

Yesus harus pergi ke Yerusalem karena itu kehendak Bapa untuk Dia menanggung banyak penderitaan seperti yang sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya.

Di Jaman Yesus, di bangsa romawi, hukuman salib adalah aspek utama dari sistem penghukuman mereka kepada budak dan musuh negara, dengan tujuan untuk menunjukkan secara publik akan sebuah konsekuensi bagi orang yang menentang otoritas romawi. Secara teknis, orang yang dihukum harus memikul salibnya sendiri sampai ke tempat eksekusi.

Sebagai murid Kristus, kita semua dipanggil untuk menundukkan diri kita atas Ke-Tuhanan Kristus atas hidup kita.

Supporting Verse – [28] Kalian harus mengikuti teladan-Ku. Biarpun Aku, Sang Anak Adam, Aku datang ke dunia ini bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan hidup-Ku sebagai kurban untuk menebus banyak orang dari dosa-dosa mereka.” Matius 20:28 TSI

Sebagai Murid Kristus, kita dipanggil untuk menyatakan penunjukkan diri kepada sang pemilik Otoritas kehidupan kita yaitu Yesus, dimana dulu kita memberontak dan sekarang menundukkan diri kepada Ke-TuhanNya.

Apa yang bisa kita pelajari sejauh ini?

Memikul Salib adalah ekspresi penundukkan diri kita kepada Ke-Tuhanan Kristus dan ekspresi penentangan kita kepada Ketuhanan dunia.

Jangan kaget kalau kita jadi pengikut Kristus dan membuat kita menjadi “lain” dari dunia, seperti misalnya menjaga kekudusan sebelum menikah, menghabiskan waktu dan sumber daya untuk melayani orang lain, atau fokus kepada integritas yang akan menghabiskan banyak waktu kita.

Ini pentingnya mengapa kita perlu dikelilingi oleh orang-orang “lain”, komunitas yang sepaham dengan kita dan mempunyai nilai-nilai yang sama.

Supporting Verse – [22] Karena itu jauhkanlah dirimu dari segala hal yang menimbulkan hawa nafsu dan keinginan orang muda. Berusahalah keras untuk terus hidup benar, tetap percaya kepada Kristus, berbuat kasih, dan hidup damai dengan sesamamu. Lakukanlah semua itu bersama-sama dalam persekutuan dengan saudara-saudari yang— seperti kamu sendiri— setiap hari berdoa kepada Tuhan dengan tulus hati. 2 Timotius 2:22 TSI

Memang susah untuk melakukan semua ini dalam kesendirian, kita perlu komunitas orang-orang percaya.

Kedua, Penyaliban adalah jalan menuju kebangkitan.

Syarat untuk kita mengalami kesembuhan adalah “sakit”, dan syarat untuk mengalami kebangkitan adalah “mati”.

Supporting Verse – [21] Sejak saat itu, Yesus mulai menyatakan kepada kami murid-murid-Nya bahwa Dia sudah ditetapkan Allah untuk pergi ke Yerusalem. Dia menjelaskan, “Di sana, para pemimpin Yahudi, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat akan membuat Aku sangat menderita. Lalu Aku akan dibunuh, dan pada hari ketiga Aku akan dihidupkan kembali oleh Allah.” [22] Tetapi Petrus berpikir bahwa Raja Penyelamat tidak mungkin menderita. Maka dia menarik Yesus menjauh sedikit dari kami dan menegur-Nya, “Tuhan, tidak mungkin Allah mengizinkan itu terjadi. Jangan berpikir bahwa Engkau akan mengalami hal-hal itu.” [23] Yesus berpaling memandang Petrus dan berkata kepadanya, “Pergilah dari hadapan-Ku, hai Satanas! Kamu menjadi penghalang bagi-Ku, karena kamu mengikuti pikiran manusia, bukan pikiran Allah!” Matius 16:21-23 TSI

Ini yang membuat Yesus berbeda dengan tokoh agama lain karena Dia tidak hanya mati tetapi juga dibangkitkan.

Supporting Verse – [22] Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: ”Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” [23] Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ”Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Matius 16:22-23 TB

Sebelumnya, padahal Petrus baru saja dipuji oleh Yesus dan dibilang sebagai batu karang yang kuat, tetapi kita baca selanjutnya Petrus disebut sebagai batu sandungan karena memakai pikiran manusia dan bukan pikiran Tuhan. Itu yang ditawarkan kepada Yesus oleh Iblis di Matius 4, agar dia tidak perlu menderita.

Supporting Verse – [1] Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. [2] Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. [3] Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” [4] Tetapi Yesus menjawab: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” [5] Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, [6] lalu berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” [7] Yesus berkata kepadanya: ”Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” [8] Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, [9] dan berkata kepada-Nya: ”Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” [10] Maka berkatalah Yesus kepadanya: ”Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” [11] Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. Matius 4:1-11 TB

[16] Maka jawab Simon Petrus: ”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
[18] Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. [19] Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Matius 16:16, 18-19 TB

Kalau kita punya teman seperti Petrus yang sepertinya begitu peduli dengan kita, tetapi sayangnya dia lebih peduli terhadap kenyamanan Yesus daripada karakterNya. Hati-hati dengan orang seperti itu. Orang-orang yang sebaliknya adalah orang yang perlu kita jaga dan pertahankan dalam hidup kita.

Supporting Verse – [25] Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. [26] Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Matius 16:25-26 TB

Hidup yang kekal dan tersambung dengan Tuhan adalah hidup yang layak kita hidupi, dan agar kita bisa mendapatkan itu maka kita perlu belajar mengalami kematian terlebih dahulu. Hanya ketika kita rela untuk mati, maka kita akan mengalami kehidupan. Kata kuncinya di “rela”.

Hanya ketika kita belajar untuk “mati”, baru kita akan mengalami kehidupan dalam hubungan suami istri, belajarlah untuk mati. Untuk anak muda, belajarlah menderita dari sekarang. Salib Terbesar kita bukanlah wifi yang jelek, atau saldo e-wallet yang menipis, kalau mau hubungan dan bisnis atau karir kita bangkit, belajarlah untuk membagikan ambisi untuk sekedar mencari “cuan”.

Mulai pertanyakan mengapa kita lakukan ini di awal? Mulai lihat cara kita berbisnis, dan lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Belajarlah untuk rela mematikan kenyamanan demi melakukan Kehendak Tuhan. Hanya ketika kita rela untuk “mati”, baru kita akan bisa mengalami kehidupan.

Ketiga, Kesempatan kita dan orang lain untuk mengalami kekuatan Tuhan.

Supporting Verse – [5] Karena seperti Kristus menderita di dunia ini, kita yang melayani Dia juga menderita. Dan semakin besar penderitaan kita, semakin besar pula kekuatan yang Dia berikan sehingga kita bisa menguatkan orang lain. [6-7] Bila kami dibuat menderita, itu untuk menguatkan kalian dan demi keselamatan kalian, supaya kalian bertahan dengan sabar waktu mengalami penderitaan seperti kami. Sebaliknya, bila kami dikuatkan, itu juga supaya kalian dikuatkan dan diselamatkan. Dan kami sama sekali tidak kuatir tentang kalian, sebab kami tahu bahwa kalau kita sama-sama mengalami penderitaan, pasti kalian juga akan dikuatkan oleh Allah Bapa kita, sama seperti yang kami alami. 2 Korintus 1:5-7 TSI

Ada tujuan dari penderitaan kita. Jika kita belum mengerti kenapa ini diijinkan saat ini, teruslah maju karena cerita kita belum selesai. Ternyata Salib yang kita pikul itu bukan tentang kita, bukan seperti hukuman seperti di jaman romawi.

Tetapi sekarang Salib adalah sebuah hak istimewa atau kesempatan untuk menderita bagi Kristus, karena kita bisa semakin dikuatkan untuk menguatkan orang lain, dan membawa pengharapan dan kesembuhan bagi orang lain. Semakin kita menderita, Kristus semakin menguatkan kita.

Pertanyaan refleksi

  1. Seberapa sadarkah saya bahwa kerelaan untuk menanggung penderitaan apapun yang mungkin terjadi adalah ekspresi penundukkan diri saya atas kedaulatan Kristus?
  2. Seberapa disiplinkah saya memberi diri untuk tertanam dalam komunitas orang percaya dan dimuridkan, sehingga saya bisa terus hidup benar di mata Tuhan dan menentang Ketuhanan dunia ini?
  3. Seberapa bersediakah saya untuk mati bagi diri sendiri dan semakin menderita bagi Kristus?

Bersyukurlah jika gereja memandang penting komunitas karena itu adalah gaya hidup orang percaya. Saya tahu bahwa seringkali berada di komunitas bisa cukup “messy”, tetapi tanpa komunitas, hidup kita akan menjadi lebih “Messier” atau berantakan.

Sewaktu kita bertemu komunitas Tuhan, kita akan bilang “if they can do it, so can I”. Kalau pernikahan mereka yang diujung perceraian bisa dipulihkan, maka ada harapan juga untuk saya.