More Than Anything By Ps. Jose Carol

JPCC Online Service (6 February 2022)

Hai, salam damai sejahtera bagi Saudara semuadi mana pun Saudara berada hari ini, di minggu pertama bulan Februari 2022. Saya percaya bahwa Saudara berada dalam pemeliharaan Tuhan yang tak berkesudahan. Di tengah-tengah lonjakan kasus COVID-19, minggu lalu kita harus membatalkan rencana penambahan ibadah tatap muka, di semua lokasi gereja kita, sebagai partisipasi kita dalam upaya menekan lonjakan angka penularan.

Kita akan terus berdoa bersama, supaya keadaan bukan akan semakin memburuk melainkan semakin membaik, agar jumlah ibadah tatap muka dapat ditambah seperti rencana kita semula. Untuk melanjutkan tema kita tahun ini, “DEVOTED“—atau pengabdian kita kepada Tuhan—di bulan Februari ini judul topik kita adalah “AKAR YANG DALAM, CINTA YANG SEJATI“.

Terkait topik ini, kita akan membahas tentang “Hubungan“, terutama tentang satu hubungan, yaitu bagaimana kehidupan kita semua terhubung dengan Pokok Anggur yang benar. Kekuatan akar sebuah pohon, dapat menggambarkan beberapa fakta mengenai pohon tersebut, seperti kekuatannya, kesehatannya, pertumbuhannya, serta kemampuan pohon itu untuk berbuah atau potensinya untuk bertambah banyak.

Sebagaimana kedalaman akar sebuah pohon sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup pohon tersebut, demikian pula kualitas hubungan yang kita miliki sangat menentukan kelangsungan hidup kita, terutama dalam hal kekuatan, kesehatan, pertumbuhan, serta potensi kita untuk berbuah dan bermultiplikasi di dalam hidup kita.

Setiap hubungan yang kita bina dalam hidup kita, sesungguhnya mempengaruhi semua aspek tadi, yaitu kekuatan, kesehatan, pertumbuhan,serta potensi kita untuk berbuah selama kita hidup. Namun, hubungan yang paling utama dan paling berpengaruh adalah hubungan kita dengan Sang Pokok Anggur Kehidupan, yaitu Tuhan Yesus.

“Devoted” artinya kesetiaan, loyalitas kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, melalui keputusan serta tindakan yang konsisten menunjukkan kekuatan di dalam segala situasi dan kesulitan yang kita alami, selalu teguh bertahan dan berada di arah yang tetap.

Seseorang dapat mempelajari dan hafal Alkitab dari depan sampai belakang, bahkan meraih gelar tinggi di bidang teologi karena menguasai isi Alkitab, tetapi ia tidak memiliki hubungan atau pengenalan akan Tuhan secara pribadi dan mendalam. Saya memberi judul khotbah saya hari ini, “More than Anything atau Lebih dari Segala-galanya”.

Saya ingin mengajak setiap Saudara untuk membangun hubungan dan pengenalan pribadi akan Kristus yang lebih dalam, serta keyakinan kuat akan cinta kasih-Nya yang tanpa syarat kepada kita semua.

Bagaimana cara kita menilai hubungan kita dengan Tuhan, serta cara mengukur kedalaman pengenalan kita akan Tuhan?

Saya senang Saudara bertanya. Banyak di antara kita tidak tahu keadaan hubungan kita dengan Tuhan, tidak tahu bagaimana menilai atau mengukur kedalaman hubungan itu. Di JPCC Next Generation Ministry, kami memakai beberapa indikator untuk mendeteksi pengenalan seorang anak akan Tuhan, misalnya: Apakah si anak mampu untuk berbicara dengan Tuhan, mendengar dari Tuhan, bersaksi tentang Tuhan, serta bersedia untuk hidup bagi Tuhan.

Walaupun semua tolok ukur ini tampaknya sangat sederhana, tetapi menurut saya, tolok ukur ini cukup efektif untuk kita pakai dalam proses refleksi dan evaluasi diri kita masing-masing, saat hendak mengukur kedalaman pengenalan dan hubungan pribadi kita dengan Tuhan.

  • Apakah Saudara mampu berbicara dengan Tuhan secara pribadi serta yakin bahwa Tuhan mendengarkan Saudara? Ataukah Saudara perlu orang lain untuk menyampaikan pesan kepada Tuhan, meminta mereka berdoa atas nama Saudara?
  • Apakah Saudara bisa mendengar Tuhandan mengenali suara-Nya dalam hidup Saudara?
  • Apakah Saudara tak dapat menahan diri, untuk terus bercerita tentang perbuatan Tuhan dalam hidup Saudara? Ataukah Saudara tak punya cerita apa pun, tidak ada kesaksian yang dapat Saudara ceritakan, karena Saudara tidak punya pengalaman pribadi bersama Tuhan?
  • Apakah di titik kehidupan saat ini Saudara menyadari bahwa Yesus adalah segala-galanya yang Saudara perlukan dalam hidup, sehingga Saudara pun menetapkan hati untuk hidup bagi Dia?

Di mana pun Saudara berada saat ini dalam hubungan Saudara dengan Tuhan, saya berharap bisa membawa Saudara berjalan selangkah lebih dalam, lebih maju, dalam pengenalan Saudara akan Yesus serta dalam hubungan Saudara dengan-Nya.

Empat hal yang akan saya bagikan berikut ini akan menolong Saudarauntuk membangun pengenalan dan memperdalam hubungan Anda dengan Tuhan.

Pertama adalah, ketaatan yang timbul karena pengenalan.

Ketaatan yang kita bangun berdasarkan pengenalan kita akan Tuhan. Ketaatan agamawi yang semata bertumpu pada kepatuhan mengikuti hukum dan aturan agama, hanya akan melahirkan radikalisme agamawi. Di dalam sejarah kita bisa melihat di berbagai belahan dunia, bagaimana radikalisme berbagai agama mengakibatkan perpecahan bahkan perang saudara yang membawa kehancuran.

Ketaatan kita kepada Tuhan Yesus harus bertumpu pada pengenalan dan pengertian kita akan pribadi Tuhan; kita perlu mengetahui dan mengenali apa yang menjadi keinginan-Nya. Saya ingin memberi Saudara sebuah contoh mengenai ketaatan tanpa pengenalan atau pengertian.

Selama musim pandemi ini, banyak orang tua yang memiliki anak-anak yang masih kecil, merasa dipusingkan sebab anak-anak mereka belum bisa sekolah tatap muka dan harus terus ada di rumah. Selain kesibukan pekerjaan yang menumpukyang orang tua harus kerjakan di rumah, mereka juga harus mengasuh anak-anak yang masih kecil yang selalu punya kekuatan atau energi lebih untuk disalurkan, setiap hari.

Tantangan ini dialami oleh teman saya yang punya tiga orang anak laki-laki, berusia antara tiga sampai tujuh tahun. Sama seperti semua anak laki-laki yang sehat, teman saya kerepotan menghadapi energi atau tenaga berlebih yang dimiliki oleh ketiga putranya di rumah. Keributan yang dihasilkan ketiga anaknya, sering kali menembus dinding apartemen mereka yang kecil, sehingga terdengar bukan hanya oleh tetangga mereka di lantai yang sama, tetapi juga oleh tetangga tepat di bawah lantai apartemen mereka.

Komplain dari tetangga sudah menjadi makanan mereka sehari-hari. Namun, pada suatu hari seperti ada sesuatu di luar kebiasaan, terjadi di unit apartemen teman saya. Tidak ada terdengar kebisingan, hingar bingar, dan keributan seperti biasanya. Para tetangga bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi? Apakah anak-anak teman saya sakit? Atau mungkin pergi menginap di rumah kakek nenek mereka, sehingga unit apartemen mereka begitu senyap?

Pada saat ada kesempatan bertemu, para tetangga menumpahkan keingintahuan mereka kepada teman saya, dan langsung bertanya tentang anak-anak mereka. “Apakah mereka sakit? Apakah mereka sedang pergi ke rumah kakek nenek mereka, sehingga suara mereka tidak kedengaran sama sekali?”

Seolah para tetangga itu merasa kangen dan kehilangan kebisingan tersebut! Mereka semua kaget, saat diberitahukan bahwa anak-anak itu sehat dan masih ada di rumah, tidak ke mana-mana sama sekali!

“Jadi, apa yang terjadi dengan anak-anak sehat itu,” tanya para tetangga.

Teman saya menjelaskan bahwa dia menemukan sebuah permainan sederhana yang berhasil membuat ketiga anak itu menjadi tenang, tak lagi menyebabkan hingar bingar dan kebisingan seperti selama ini. Para tetangga segera berpikir bahwa “Ah, pasti ada permainan elektronik yang berhasil menarik perhatian anak-anak itu dan membuat mereka tenang!”

Tetapi teman saya segera menyanggah, karena memang bukan permainan elektronik yang mereka maksud. Teman saya menjelaskan bahwa dia mengajak ketiga putranya untuk bertanding. Masing-masing harus menempelkan kening ke tembok sambil menekan uang 20 ribu rupiah di kening. Siapa yang paling lama berhasil menjaga uang tidak jatuh, dialah yang menang dan boleh menyimpan uang 20 ribu rupiah tersebut. Sejak mereka menemukan permainan ini, apartemen mereka dipenuhi dengan ketenangan dan ketenteraman.

Saudara tentu segera memahami bahwa ketaatan yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita bukanlah “ketaatan” seperti yang ditunjukkan ketiga anak laki-laki teman saya. Tuhan menginginkan ketaatan yang lahir dari pengenalan dan pengertian kita akan keinginan Tuhan dalam hidup kita masing-masing.

Supporting Verse – Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya. Yeremia 24:7 (TB) 

And I will give them a heart to know (recognize, understand, and be acquainted with) Me, that I am the Lord; and they will be My people, and I will be their God, for they will return to Me with their whole heart. Jeremiah 24:7 (AMP)

Tuhan ingin kita mengenali Dia, mengetahui dan mengerti apa yang Tuhan pikirkan untuk kehidupan kita masing-masing.J adi yang pertama adalah ketaatan yang lahir dan dibangun dari pengertian dan pengenalan.

Kedua adalah, kesetiaan dengan keberanian membayar harga.

Dalam hubungan dan pengabdian kita kepada Tuhan, agar dapat terus terhubung dan dapat sungguh mengenal Tuhan, dibutuhkan kesetiaan yang mencakup keberanian untuk membayar harga dalam segala aspek kehidupan kita.

Untuk poin ini, saya ingin mengutip kejadian yang dialami oleh ketiga sahabat Daniel, yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego, di Babilonia. Pada saat itu, Raja Nebukadnezar mengharuskan semua orang untuk menyembah patung emas yang dia buat. Siapa pun yang menolak akan dicampakkan ke dalam perapian.

Saudara tentu tahu kisahnya, mereka tetap menolak untuk menyembah patung emas yang dibuat oleh raja, dan sebagai konsekuensinya mereka dilempar ke dalam perapian. Walaupun mereka memilih untuk setia dalam iman percaya kepada Tuhan, mereka tak diluputkan dari api. Namun, Tuhan menyertai mereka melalui api.

Supporting Verse – berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: “Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Daniel 3:14-18 (TB) 

If we are thrown into the blazing furnace, the God we serve can save us. He will rescue us from your power, Your Majesty. Daniel 3:17 (NLT)

Dengan kata lain mereka tidak ragu bahwa Tuhan mampu untuk menyelamatkan mereka. Mereka mengungkapkan keyakinan akan kekuatan Allah yang mereka sembah; yang mereka yakini mampu untuk membebaskan mereka. Namun, mereka memilih untuk berserah penuh kepada Allah, bahwa jika Allah tidak memutuskan untuk menyelamatkan mereka, mereka akan tetap setia dan loyal kepada Allah dan tak akan mengubah keputusan mereka.

Saya ingin Saudara mengerti nilai kesetiaan mereka dengan lebih dalam. Saudara perlu mengerti bahwa mereka tadinya adalah orang Yahudi tawanan, yang termasuk ke dalam tingkat masyarakat yang paling bawah, sebagai orang tawanan dan buangan yang sedang berada di negeri asing, Babilonia.

Namun, karena kecerdasan dan keterampilan mereka, mereka akhirnya mendapat promosi. Kalau Saudara baca Alkitab, mereka kemudian mendapat posisi menjadi gubernur; artinya di sebuah negeri asing, mereka dipercayakan posisi yang sangat tinggi. Mereka berada di tingkat masyarakat atau eselon yang tertinggi, berada di puncak pemerintahan negeri baru mereka, Babilonia.

Sebagai tawanan atau budak mungkin tak banyak yang dipertaruhkan saat loyalitas atau kesetiaan mereka harus diuji. Tetapi keadaannya sungguh berbeda saat mereka ada di posisi puncak pemerintahan. Mereka punya posisi, serta banyak fasilitas, keuntungan, kemewahan, kenyamanan, dan kesenangan yang bisa mereka nikmati, dan sekarang, semua itu dipertaruhkan.

Saya menemukan bahwa justru pada saat ada begitu banyak yang harus mereka pertaruhkan, kesetiaan yang mereka tunjukkan menjadi bernilai amat tinggi di mata Tuhan. Segala sesuatu yang Saudara cintai, utamakan, andalkan untuk memenuhi kebutuhan Saudara, selain Tuhan, dapat menjadi ilah di dalam hati dan hidupmu.

Apa definisi daripada ilah? “Sebuah ilah adalah apa pun yang bagi Anda lebih penting daripada Allah.Apa pun yang menyita hati dan pikiran Anda lebih daripada Allah. Apa pun yang Anda harap bisa memberi apa yang hanya Allah bisa berikan. Apa pun yang begitu utama dan penting bagi hidup Anda, sehingga jika Anda kehilangan hal itu, hidup Anda menjadi tak berarti,”kata Timothy Keller.

Segala sesuatu yang mengambil perhatian dalam hidupmu,mencuri hatimu, yang kau andalkan untuk mendapatkan sesuatu atau menjadi sumber kehidupanmu, sehingga kalau kau kehilangan hal itu hidupmu sepertinya tidak lagi berarti, segala sesuatu itu bisa menjadi ilah dalam hidup Saudara dan saya.

A.R. Bernard mengatakan: “Apa pun yang Anda enggan lepaskan demi Allah adalah ilah dalam hidupmu!” Segala sesuatu yang Saudara tidak mau lepaskan untuk Tuhan, akan menjadi ilah di dalam hidup kita. Selain itu, A.R. Bernard mengatakan ini,”Ilah artinya mencari aman dan makna dalam apa pun dan siapa pun selain Allah.” Dia mengatakan bahwa pada saat kita mencari makna dan keamanan, di dalam seseorang atau sesuatu yang bukan Tuhan, sesuatu itu menjadi ilah dalam hidup kita.

Saya suka juga yang Kenny Goh katakan, tentang definisi ‘ilah’.

“Idols are good things turned into ultimate things.” 一Kenny Goh

Ilah adalah segala sesuatu yang mungkin tadinya baik, tetapi saat hal baik itu berubah menjadi sesuatu yang utama, sampai mengambil posisi Tuhan dalam hidup kita, saat itulah segala sesuatu yang baik itu, berubah menjadi ilah.

Pertanyaan saya kepada Anda adalah, apakah Yesus lebih dari segala-galanya dalam hidup Saudara? Adakah sesuatu yang engkau pertahankan yang bernilai lebih daripada Yesus, di dalam hidupmu, sehingga engkau berani membayar apa pun demi mempertahankan hal itu? Itu yang kedua yang ingin saya sampaikan.

Ketiga adalah, kegigihan yang melahirkan pengharapan.

Dibutuhkan kegigihan untuk memiliki pengharapan untuk menjalani kehidupan dan hubungan kita dengan Tuhan.

Supporting Verse – Akan terjadi pada hari-hari terakhir —demikianlah firman Allah— bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu[18] dan mereka akan bernubuat. Kisah Para Rasul 2:17-18 (TB)

Ucapan Yesus ini menyingkapkan bahwa tanda bahwa seseorang dipenuhi oleh Roh Allah yang hidup adalah bahwa mereka akan mendapatkan visi (penglihatan) atau mimpi, dan mereka akan bernubuat; memperkatakan dengan iman yang mereka telah lihat atau impikan.

Visi, mimpi, dan nubuat, berbicara tentang masa depan. Salah satu tanda kehidupan adalah kemampuan untuk melihat ke masa depan. Pengharapan adalah tanda kehidupan dan bagian daripada masa depan.

Ciri-ciri dari semua yang hidup adalah adanya pengharapan di dalamnya. Di dalam sebuah pernikahan yang hidup, perusahaan yang hidup, gereja yang hidup, maupun sebuah generasi yang hidup, Saudara akan menemukan ada pengharapan di dalamnya.

Supporting Verse – Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati. Pengkhotbah 9:4 (TB)

Singa memang hewan yang jauh lebih kuat, lebih gagah perkasa daripada anjing, tetapi apa gunanya kekuatan dan keperkasaan itu, kalau ia sudah mati? Anjing mungkin tidak seperkasa singa; jauh lebih lemah, tidak segalak dan sekuat singa. Tapi, jauh lebih baik anjing yang hidup, karena anjing yang hidup punya kemampuan lebih daripada seekor singa yang mati.

Itu yang dikatakan Alkitab. Pengharapan yang tak mengecewakan akan timbul melalui kegigihan kita melewati ujian di dalam kehidupan.

Supporting Verse – Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Roma 5:2-5 (TB) 

Saudara, Alkitab mengatakan bahwa pengharapan tidak akan mengecewakan apabila kita melewati kesengsaraan dan ujian dan tidak menyerah! Saudara, dengan mengetahui, bukan berarti akan mudah menjalani.

Walau kita tahu akan mendatangkan kebaikan, bukan berarti kita mudah melewati dan menikmati perjalanannya. Pertanyaannya adalah, apakah Saudara gigih dan tidak mudah untuk menyerah atau kehilangan pengharapan, dalam perjalanan Saudara bersama Tuhan?

Ini adalah tantangan bagi kita semua. Apabila kita mampu memelihara kegigihan kita dan terus mempertahankan pengharapan kepada Tuhan, saya percaya, kualitas perjalanan Saudara bersama dengan Tuhan, pengenalan Saudara akan pribadi Tuhan, pengenalan Saudara akan kehendak Tuhan, akan menjadi lebih dalam lagi, sehingga Saudara bisa berkata, “Yesus adalah segala-galanya bagiku.”

Pelajaran yang keempat dan yang terakhir adalah, kasih yang sejati lahir dari kedewasaan dalam hidup.

Supporting Verse –  Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”—‘mereka’ di sini merujuk pada murid-murid yang lain— Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau. “Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Yohanes 21:15-17 (TB)

Pertanyaan Yesus kepada Simon Petrus, ”Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka (murid-murid yang lain)?”menyingkapkan bahwa ada tingkatan kasih yang berbeda-beda yang dapat kita miliki, di dalam perjalanan iman kita bersama Tuhan.

Setiap dari kita mengasihi Tuhan dengan berbeda-beda “Apakah engkau mengasihi Aku melebihi mereka?” pertanyaan Yesus kepada Simon Petrus. Tiga kali Petrus berusaha untuk meyakinkan Yesusakan kedalaman cintanya kepada Yesus dengan jawabannya, sampai akhirnya, ayat yang kita baca tadi mencatat bahwa Petrus sedih hatinya.

Saya kira, bukan saja sedih, tetapi mungkin saja Petrus juga kesal. Mari kita mempelajari jawaban Yesus setiap kali Dia bertanya kepada Petrus, apakah Petrus mengasihi Dia melebihi [murid-murid] yang lain, dan Petrus selalu berusaha meyakinkan bahwa dia mencintai Yesus, lalu Yesus kembali memberi jawaban yang sama yaitu, “Gembalakanlah domba-domba-Ku,” Sepertinya Yesus ingin berkata pada Petrus— menurut saya— “Kalau engkau sungguh mencintai Aku, pastilah kamu mengetahui, “Kalau engkau sungguh mencintai Aku, pastilah kamu mengetahui, apa yang Aku kasihi dan apa yang Aku inginkan.”

Pertanyaan yang sama saya berikan kepada Saudara dan saya pribadi: apakah cinta kita pada Tuhan cukup dalam untuk peduli dengan apa yang Dia kasihi dan inginkan? Apakah Saudara mencintai Yesus cukup dalam sehingga Saudara peduli pada apa yang Dia inginkan dan apa yang Dia harapkan dalam kehidupan kita?

Tiga kali Petrus berusaha meyakinkan Yesus, bahwa dia mencintai Yesus.Namun, sepertinya Petrus tidak menangkap apa yang Yesus inginkan dan apa yang Yesus maksudkan, sehingga Yesus harus tiga kali memberitahukan kepada dia, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

Mari ambil beberapa saat untuk melakukan refleksi pribadi tentang hubungan kita dengan Tuhan, Sang Pokok Anggur yang benar. Karena di luar Dia, kita tidak dapat melakukan apa-apa.

  • Tanyakan kepada dirimu sendiri, apakah selama ini ketaatan Saudara lahir dari pengenalan pribadi yang mendalam akan Tuhan, atau ketaatan Saudara hanyalah ketaatan secara agawami, taat kepada hukum dan aturan saja, tanpa pengenalan pribadi akan Tuhan?
  • Apakah Anda selama ini berani bayar harga untuk mempertahankan kesetiaan kepada Tuhan? Di mana saja, kapan saja, dalam kondisi apa pun, Saudara mempertahankan kesetiaan dan berani membayar harganya?
  • Apakah Saudara selama ini gigih menghadapi tantangan dalam kehidupan Saudara dan tidak kehilangan harapan kepada Tuhan?
  • Apakah Saudara mengasihi Dia sedemikian rupa,sehingga Saudara peduli pada apa yang ada di pikiran-Nyauntuk Saudara, melalui kehidupan Saudara?

P.S: Dear Friends, I am open to freelance copywriting work. My experience varies from content creation, creative writing for an established magazine such as Pride and PuriMagz, web copywriting, fast translating (web, mobile, and tablet), social media, marketing materials, and company profile. Click here to see some of my freelancing portfolios – links.

If your organization needs a Freelance Copywriters or Social Media Specialist, Please contact me and see how I can free up your time and relieve your stress over your copy/content needs and deadlines. My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com. Sharing is caring, so any support is very much appreciated. Thanks, much and God Bless!