JPCC Online Service (14 Mei 2023)
Selamat pagi, selamat datang di JPCC kepada saudara semua yang hadir tempat ini dan juga yang menyaksikan secara online tentunya. Shalom dan salam damai sejahtera buat saudara semua! Berikan terima kasih kepada teman-teman yang sudah melayani kita dengan luar biasa. Saudara boleh duduk, Selamat pagi. Masih dalam tema kita membahas soal keuangan, money matters, dan saya beri judul khotbah saya hari ini adalah “Perhatikanlah keadaanmu”.
Saya membahas minggu lalu, ada beberapa hal yang kita pelajari yang saya mau ulang secara cepat saja. Ada 5 poin yang saya sampaikan minggu lalu kepada jemaat.
Pertama, tidak ada hubungan yang pasti antara punya uang banyak dan hidup bahagia.
Kedua, Uang menyingkapkan karakter seseorang, Tidak ada yang lebih cepat daripada uang untuk bisa menyingkapkan karakter seseorang. Pada saat seseorang tidak punya uang, apalagi pada saat seseorang mulai berkelimpahan hidupnya. Di tangan orang baik, Uang dipakai untuk hal-hal yang baik sementara di tangan orang yang jahat, Uang dipakai untuk hal-hal yang jahat.
Sebaliknya di tangan orangyang murah hati, uang bisa dipakai untuk memberkati banyak orang. Di tangan orang pelit, uang terkekang, dan tidak bisa kemana-mana.
Ketiga, berkat Tuhan tidak dalam bentuk kekayaan atau uang tetapi berkat Tuhan itu dalam bentuk kemampuan.
Supporting Verse – Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan , dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini. Ulangan 8:18 TB
Yang Dia berikan adalah kemampuan, dan di dalam bahasa Inggris dikatakan “The ability to produce wealth”. Jadi yang Dia berikan adalah kemampuan, talenta, dan potensi.
Keempat, Rencana Tuhan tidak tergantung dari seberapa besar uang yang ada di tangan kita.
Kalau saya menunggu seberapa besar uang yang ada di tangan saya, baru saya kemudian bisa membangun jemaat ini, maka Jemaat ini tidak akan pernah ada.
Kelima, bukan kemampuan menerima yang menyebabkan mukjizat Tuhan terjadi tetapi kemampuan kita untuk memberilah yang menyebabkan mukjizat itu bisa terjadi.
Itu 5 poin yang sangat sederhana yang saya bisa sampaikan kepada saudara tapi mengandung kebenaran yang sangat luar biasa.
In life we don’t own anything but we are the steward of everything. Dalam hidup ini, Kita tidak mempunyai apa-apa tetapi kitalah pengelola dari segala sesuatu yang ada di tangan kita.
Kita datang ke dunia ini tidak bawa apa-apa, kita keluar dari dunia ini juga tidak bawa apa-apa, firman Tuhan katakan. Jadi segala sesuatu yang saudara pikir saudara punya bukan punya saudara, tetapi saudara diberikan kepercayaan untuk mengelolanya.
Air yang memberikan kesegaran dalam hidup kita adalah air yang sama yang dapat menenggelamkan kita. Betul apa tidak? air yang bisa memberikan kesegaran pada kita adalah air yang sama yang bisa menenggelamkan kita.
Demikian juga uang yang kita miliki, apabila kita tidak bisa tidak berhasil mengendalikan uang tersebut, maka kita yang dikendalikan oleh uang. Banyak orang yang tidak bisa mengendalikan kartu plastik kecil namanya kartu kredit dan akibat mereka tidak bisa mengendalikan itu, mereka dikendalikan oleh kartu kredit dan dicari-cari sama debt collector.
You can own money but it does not have to own you. Anda dapat memiliki uang tetapi uang tidak harus memiliki anda.
Saudara bisa punya uang tapi uang tidak perlu menguasai saudara. Mari kita lanjutkan pembahasan kita ini dimulai dari Matius pasal yang ke-25, ayat yang ke-14 sampai ayat yang ke-15.
Supporting Verse – ”Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Matius 15:14-15 TB
Jadi, bukan uang per hamba tersebut, Tapi hamba tersebut dipercayakan uang, masing-masing 5 talenta, 2 talenta dan satu talenta menurut kesanggupannya. Jadi, tidak bisa iri satu dengan yang lain karena masing-masing punya kesanggupan yang berbeda.
Tahukah saudara bahwa Tuhan tidak akan memberikan kepada kita melebihi yang kita sanggup. Hal ini berlaku baik untuk berkat dan juga berlaku untuk pencobaan atau ujian.
Kita tahu ayat firman Tuhan yang katakan bahwa dalam 1 Korintus 10 ayat 13.
Supporting Verse – Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. 1 Korintus 10:13 TB
Dan seringkali kita percaya ayat ini, kita aminkan ayat ini, tetapi tahukah saudara bahwa prinsip yang sama juga terjadi untuk berkat Tuhan. Kita perlu tahu bahwa Tuhan tidak akan memberkati kita melebihi batas kemampuan kita. Lalu kalau kita lanjutkan Matius 25 ayat 16-18 dikatakan sbb.
Supporting Verse – Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Matius 25:16-18 TB
Saudara lihat dimana perbedaannya? Yang dua orang menjalankan uang tersebut dan yang satu orang menyembunyikan uangnya. Pengelola yang baik bukan hanya menyimpan apa yang dipercayakan di tangannya tetapi sebagai pengelola yang baik, ia berusaha menumbuhkan, mengusahakan pertumbuhan atau multiplikasi dari apa yang dipercayakan di tangannya.
We are not assigned to preserve wealth but to invest or cause growth. Kita tidak ditugaskan untuk memelihara kekayaan tetapi untuk menginvestasikannya dan untuk menumbuhkannya.
Nah, bagian dari menjadi seorang pengelola yang baik adalah menjalankan uang tersebut. Dalam bahasa Inggris diteremahkan, “Put the money to work”, dan itu dilakukan oleh hamba yang menerima dua talenta dan hamba yang menerima lima talenta sedangkan yang menerima satu talenta hanya memelihara saja.
Apakah saudara mau taruh uang di bank, Katakanlah saudara punya uang 5 miliar dan kemudian saudara taruh di bank. Setelah 5 tahun, saudara datang ke bank tersebut, meminta uang saudara dan maka bank tersebut hanya kembalikan 5 miliar saja.
Maukah saudara kira-kira? Ngapain juga ditaruh situ, Betul apa tidak? Saudara tentu berharap pada saat saudara mau datang ke bank mau ambil uang saudara setelah sekian lama uang tersebut dikembalikan beserta dengan bunganya. Kita semua mengerti hal tersebut.
Sudah sering saya katakan bahwa “The best way to keep something is to work”, cara yang terbaik untuk menerima atau memelihara sesuatu adalah dengan cara mengusahakannya, dan prinsip yang sama diperkenalkan Tuhan sejak di taman eden.
Dalam kitab kejadian pasal yang kedua, ayat ke-15 pada saat dia berbicara kepada Adam, untuk mengusahakan dan untuk memelihara Taman tersebut, dan pada saat kita mengusahakannya, maka kapasitas kita diperbesar.
Pada saat kita mengusahakannya, kapasitas kita diperbesar. Ingat, hamba yang punya lima talenta itu diberikan lima karena kapasitasnya cuman lima. Hamba yang punya dua dikasih dua pada awalnya karena kapasitasnya cuman dua, tetapi pada saat dia menjalankannya, dia beroleh laba lima lagi dan yang satu beroleh laba dua lagi, berarti kapasitasnya menjadi semakin besar ketika dia mencoba untuk menjalankannya.
Seperti ada ilustrasi yang saya berikan kepada saudara, sederhana sekali ilustrasi mengangkay barbel ini. Pada saat saudara mencoba untuk latihan mengangkatnya pertama kali, mungkin saudara pikir ini berat banget ya. Tetapi pada saat saudara terus menjalankannya, dan terus melatih diri saudara. Pada saat saudara terus rajin melakukannya maka setelah beberapa lama saudara akan menemukan bahwa “hey, enteng juga ini”.
Saya mau tanya. apakah barbelnya yang berubah? Barbelnya tetap sama tetapi kekuatan saudara, kemampuan saudara, kapasitas udara untuk mengangkatnya, itulah yang berubah akibat saudara rajin untuk menjalankannya dan sekarang saudara bisa menjalankan yang lebih berat lagi, mengangkat yang lebih berat lagi karena kapasitas saudara yang berkembang.
Minggu lalu saya sudah menerangkan bahwa dari sejak awal Tuhan menciptakan manusia, Tuhan sudah memberikan perintah yang sangat jelas, Be fruitful and multiply! Ini bukan secara lahiriah saja untuk kita punya anak cucu, bukan!
Fruitful itu artinya supaya kita menjadi produktif, kita bukan cuman diam saja menunggu orang untuk mengasihani kita atau untuk memberikan kita sesuatu tetapi kita perlu menjadi produktif. Kita perlu untuk menghasilkan produk dan yang Tuhan sudah berikan kepada kita itu adalah kemampuan seperti yang tadi saya sudah katakan, talenta dan bakat kebisaan, itu yang Tuhan sudah berikan kepada kita.
Plus, yang dia berikan lagi kepada kita adalah bahan baku. Bahan baku, tugas kita untuk mengubah bahan baku tersebut menjadi satu barang atau menjadi satu makanan, menjadi satu bahan produk yang bisa untuk menjawab kebutuhan banyak orang. Semakin apa yang kita produksi menjawab kebutuhan lebih banyak orang, semakin kita menjadi berkelimpahan.
Karena apayang kita produksi, itu dibeli orang dan ditukar dengan uang. Semakin yang kita produksi menjawab kebutuhan banyak orang, semakin banyak orang yang beli produk kita maka semakin banyak uang yang kita punya. Dan ada perbedaan besar antara mendapatkan uang dan mengelola uang.
Ada orang-orang yang pandai untuk mendapatkan uang tetapi kalau mereka tidak pandai mengelola uang, maka apa yang mereka dapatkan hilang begitu saja. Jadi Tuhan sudah berikan sebelum tuhan berfirman, Tuhan sudah berikan kepada manusia kemampuan, talenta, karunia. Bakatnya Dia sudah berikan kepada kita, jadi tugas kita adalah untuk melihat ke dalam apa yang kita bisa lakukan, bukan apa yang tidak bisa kita lakukan.
Look inside and not outside, apa yang kita bisa lakukan, bukan melihat keluar kepada kehidupan orang lain, Kenapa rumput tetangga lebih hijau. Problem kita adalah, kita terlalu sering melihat apa yang orang lain buat, apa yang orang lain produksi, apa yang orang lain kerjakan, apalagi dengan social media yang ada sekarang ini kita dengan mudah mengintip hidup orang lain, maka kita sibuk ngeliatin dan memperhatikan apa yang orang lain kerjakan dibandingkan dengan kita melihat ke dalam dan sibuk untuk kemudian memproduksi apa yang kita bisa produksi dengan semua yang sudah dipercayakan kepada kita.
Apalagi kalau kita sibuk membandingkan hidup kita dengan orang lain. Pencapaian kita dengan pencapaian orang lain, tidak semua perbandingan jelek tetapi sering kali kita mempersulit diri kita sendiri pada saat kita membandingkan pencapaian orang lain dengan pencapaian kita.
Supporting Verse – Aku tahu juga bahwa manusia bekerja begitu keras, hanya karena iri hati melihat hasil usaha tetangganya. Semua itu sia-sia belaka seperti usaha mengejar angin. Pengkotbah 4:4 BIS
Then I observed that most people are motivated to success because they envy their neighbors. But this, too, is meaningless—like chasing the wind. Ecclesiastes 4:4 NLT
Apa motivasi saudara untuk mencapai sukses?
Apakah karena iri hati atau ingin pamer? atau ingin punya status tertentu? dan biasanya saudara bisa melihat apa motivasi seseorang pada saat mereka sampai. Sama juga seperti tadi saya katakan, saudara bisa melihat karakter seseorang pada saat mereka punya.
Lalu pada saat mereka sampai pada saat mereka punya, sampai dan sukses, kemudian mereka sibuk pamer ini dan itu, dan bangga dengan itu, berarti motivasinya untuk mencapai adalah mau pamer, mau status.
Apa yang menjadi motivasi kita untuk berhasil?
Tuhan mau kita berhasil, sebagai seorang Bapa, tentu dia mau anak-anakNya berhasil tetapi apa yang memotivasi kita untuk berhasil?
Seharusnya motivasi kita untuk berhasil adalah karena kita mau setia dengan apa yang Tuhan sudah percayakan di tangan kita. Untuk menjadi seorang pengelola yang bertanggung jawab bukan karena iri kepada Apa yang dicapai oleh orang lain. Yang menarik adalah apa yang diucapkan oleh Tuannya kepada hamba yang menerima satu talenta.
Supporting Verse – Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Matius 25:27-28 TB
Artinya kalau kita merasa kita tidak tahu atau kita tidak pandai mengusahakan apa yang ada di tangan kita, sudah seharusnya kita minta pertolongan pada orang yang tahu bagaimana caranya. Kalau saudara tidak pandai mengatur keuangan maka saudara harus minta tolong sama orang yang lebih pandai untuk mengaturnya, untuk menolong saudara untuk mengatur itu.
Karena diharapkan oleh si empuNya adalah pertumbuhan. Pada akhirnya talenta itu diambil daripadanya karena apa? Karena dia menyimpannya saja, enggak buat apa-apa. Dan untuk meminta pertolongan dibutuhkan kerendahan hati. Untuk minta tolong sama orang, “Hey, can you help me? I don’t know what to do with this”.
You will lose what you cannot manage.
Prinsipnya adalah saudara akan kehilangan apa yang saudara tidak bisa kelola. Sekarang kita lihat kita Kitab Hagai.
Supporting Verse – Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Hagai 1:5-7 TB
Firman Tuhan ini disampaikan dengan perantara nabi Hagai, karena apa?
Karena pada waktu itu umat Tuhan hanya sibuk membangun rumah mereka sendiri sedangkan rumah Tuhan mereka biarkan menjadi reruntuhan dan tidak mereka bangun sama sekali. Bukan mau mengambil firman Tuhan ini diluar konteks, tetapi ada yang kita bisa pelajari dari keadaan mereka ini.
Bayangkan, mereka sudah menabur banyak tetapi hasilnya sedikit. Mereka bisa makan tetapi tidak kenyang-kenyang, Mereka bisa minum, tetapi nggak sampai puas, mereka berpakaian tetapi tidak merasakan kehangatan, mereka bekerja untuk mendapatkan upah tetapi nggak jelas kemana uang yang mereka hasilkan dan semuanya itu terjadi karena mereka tidak mengutamakan kepentingan Tuhan lebih dahulu di atas kepentingan mereka.
Mereka hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri, keadaan mereka tentu berbeda kalau mereka mengutamakan Tuhan dalam hidup mereka lebih dahulu, dan itu yang seharusnya kita lakukan. Mengutamakan Tuhan lebih dahulu dalam hidup kita, termasuk dalam area keuangan.
Ada berapa banyak orang yang saya temui, mereka berani berserah tentang banyak tapi soal keuangan, mereka nggak berani menyerahkan kepada Tuhan, seolah-olah mereka lebih pandai daripada Tuhan dalam soal keuangan.
Salah satu tanda bahwa kita ini mengutamakan Tuhan dalam area keuangan adalah berani mengembalikan apa yang menjadi bagianNya Tuhan, yang namanya persepuluhan. Banyak orang berdebat tentang persepuluhan dan membuat teori macam-macam tentang perpuluhan.
Kita mesti mengerti the spirit behind it. Buat saya sederhana sekali, persepuluhan mengingatkan saya bahwa yang ada di tangan saya ini bukan milik saya. Semua yang ada di tangan saya ini bukan milik saya, adalah miliknya Tuhan. Dan saya bersyukur bahwa saya dikasih kesempatan untuk mengelolanya.
Kalau yang punya bilang begini, Saya mau kamu kembalikan 10% kepada saya dari apa yang saya beri, saya minta kamu kembalikan 10% kepada saya”.
Kalau yang punya minta, siapa saya untuk bilang tidak. Lah, itu kan punya Dia. Kalau saya mengakui bahwa semua yang saya punya punya Tuhan, terus Dia minta saya untuk kembalikan 10%, siapa saya untuk bilang tidak?
Kalau saya bilang tidak, perhatikan saya akui mau itu bukan punya dia, tetapi punya saya!
Supporting Verse – ”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Lukas 16:10 TB
Nah, mana yang lebih besar? 10% atau 90%? Tentu 90%!
Kalau engkau setia dengan yang 10%, yang kecil itu, setia dengan yang itu, kau kembalikan kepada yang punya, Kalau engkau setia dengan yang kecil maka engkau akan setia juga dengan yang besar. Kalau engkau benar dengan yang kecil kau akan benar juga dalam yang besar tetapi kalau kau tidak benar dengan yang kecil maka kau juga nggak akan benar juga dalam perkara-perkara yang besar.
Coba deh, setia dan benar dulu dengan hal yang kecil dan utamakan Tuhan terlebih dahulu. Firman Tuhan kepada bangsa ini dikatakan, “perhatikanlah keadaanmu”, sampai dua kali Dia katakan. Dalam hal ini sebetulnya, kalau apa yang sedang kita bahas ini gampang sekali, “Perhatikanlah pengeluaranmu”.
Kemana saja itu uang keluar? Kemana saja uang mau pergi? perhatikanlah kemana uangmu pergi! Perhatikan kebiasaanmu dan perhatikan akhirnya seperti apa. Bulan belum tetapi habis gaji sudah habis dan kalau itu terulang terus, hasil akhirnya selalu minus terus dan tidak pernah plus maka berarti ada yang harus diatur ulang, supaya jangan lebih besar pasak daripada tiang.
Reflection turns experience into insight. Perenungan mengubah pengalaman menjadi Hikmat atau menjadi wawasan.
Nah, berikut ini adalah tiga hal yang praktis, yang saudara bisa perhatikan untuk menjadi pengelola dari 90% yang ada di tangan saudara.
Pertama, Bedakan antara kebutuhan dengan keinginan.
Antara yang primer dan yang sekunder. Perhatikan simple saja, tetapi kalau saya saudara bilang gini “Oh, tapi Pak, saya itu ya, semua butuh itu!” Nah, kalau itu artinya anda perlu bantuan orang lain untuk menentukan buat anda, karena nggak mungkin semuanya saudara butuh.
Dan biasanya kita ini disulitkan oleh hal-hal yang kecil dan bukan yang besar. Mana yang saudara benar-benar butuh yang kalau saudara nggak lakukan atau dapatkan itu, saudara mati. Yang lain berupa keinginan, kalau saudara punya uang saudara bisa dapatkan apa yang saudara inginkan.
Tetapi kalau saudara nggak punya uangnya, saudara bisa tunda lebih dahulu dan tidak perlu mendapatkannya. Ambil keputusan bukan berdasarkan ego, bukan berdasarkan iri hati, bukan berdasarkan “Waduh tetangga kita sudah punya, teman saya sudah punya, anak-anak teman saya sudah punya dan maka saya juga harus punya”, tetapi ambil keputusan berdasarkan “Apakah saudara butuh apa tidak”.
Supporting Verse – Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Filipi 4:19 TB
Banyak yang sebenarnya ad adi tangan kita adalah sesuatu yang tidak kita butuhkan, tetapi karena sudah terlanjur ada di tangan kita, maka mau tidak mau kita butuh biaya ekstra untuk mempertahankannya.
Coba tanya sekarang, yang punya dua handphone. Saudara butuh 2 handphone nggak sih? telinga cuman dua, mulut satu, dan kalau dua-duanya pas bunyi, piye? Karena sudah terlanjur punya untuk mempertahankannya harus bayar uang lebih.
Punya bayi satu, tetapi ada dua babysitter, bingung kan? Perlukah saudara punya dua mobil? masalahnya bukan cuma belinya saja, mungkin saudara bisa membelinya tetapi ada ekstra bersama dengan mobil tersebut yaitu pajaknya, bensin, asuransi, dan maintenancenya. Saudara juga perlu Supir untuk mobil yang satu lagi.
Atau misalnya anak berumur 2 tahun, disuruh sekolah, bener nggak dia perlu sekolah? yang perlu sekolah itu bapaknya atau anaknya? hanya karena anak teman kita disekolah minggu, anaknya umur 2 setengah udah bisa menghitung. Langsung panik dan menyuruh anaknya untuk ikut sekolah. Kamu mau ngambil keputusan berdasarkan apa? berdasarkan kebutuhan anak tersebut atau berdasarkan gengsi saja?
Kedua, buatlah perencanaan dengan baik.
Buat Budgeting sesuai dengan urutan keperluan dan dengan kapasitas yang kita punya. Setiap orang berbeda-beda, apalagi kalau saudara punya hutang. Buatlah rencana untuk bebaskan diri saudara dari hutang saudara. Punyailah rencana dan buat rencana, salah satunya bisa dengan mengurangi gaya hidup anda, gaya hidup saudara harus saudara turunkan, lower your standard of life to pay your debt.
Saya bingung melihat orang yang hutangnya banyak tapi gaya hidupnya terus sama. Turunkan gaya hidup saudara untuk sementara sampai saudara bebas dari hutang.
Buat rencana, kalau pergi ke supermarket, catatlah mau beli apa, supaya nggak setiap yang bagus, saudara beli dan terus kemudian saudara pulang dan sudah kebanyakan beli.
Buat rencana untuk masa depan, kalau saudara punya anak, buat dan nabung dari sekarang agar anda bisa menyiapkan sekolah untuk anak anda.
Supporting Verse – Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan. Amsal 21:5 TB
Tahukah saudara, beli tiket pesawat tergesa-gesa, artinya satu dua hari sebelum saudara berangkat, jauh lebih mahal daripada kalau saudara beli beberapa waktu sebelumnya. Jadi rencanakan jauh-jauh hari untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Ada banyak cara kalau memang saudara butuh, bukan karena gengsi.
Ketiga, punyailah margin dan cadangan.
Kita perlu punya cadangan, entah itu dalam bentuk tabungan atau dalam bentuk investasi ,untuk hal-hal yang diluar dugaan dan untuk mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan atau untuk mengantisipasi sebuah kesempatan baik.
Saya mau pinjam perumpamaan yang Yesus berikan dalam Matius 25 ayat 1 sampai 10.
Supporting Verse – “Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Matius 25:1-10 TB
Hidup dalam iman bukan berarti kita menghabiskan apa yang ada pada kita. Hidup dalam iman adalah seperti yang dilakukan oleh lima gadis bijaksana itu yaitu punya persediaan untuk hal-hal yang tidak terduga.
Persediaan untuk hal-hal yang di luar dugaan, karena akan ada hal-hal di luar dugaan, tidak ada seorangpun yang diantara kita yang menduga kita akan ketemu pandemi. Sebelum pandemi, semua keadaan kelihatannya fine-fine aja tapi begitu pandemi datang, banyak perusahaan dan juga gereja yang collapse. Karena mereka tidak punya reserve, mereka nggak punya cadangan sama sekali, dan menyalahkan pandemi.
Yusuf mengusulkan kepada Firaun untuk menyisihkan cadangan 20% untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan. Saya bisa baca kejadian 41 ayat 34 sampai 38.
Supporting Verse – Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu.” Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: ”Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?” Kejadian 41:34-38 TB
Siapa yang menginspirasi Yusuf untuk melakukan hal ini? Roh Allah sendiri, dan pada saat masa sulit datang, pada saat masa sengsara datang, pada saat masa kelaparan datang, Yusuf jadi “The Go to person”, semua orang datang ke Mesir untuk beli gandum dari dia. Siapa yang percaya di masa kelaparan? Yusuf, karena dia punya reserve, berapa persen? 20%.
Nah, Alkitab sudah memberikan contoh kepada kita, tetapi berapa banyak diantara kita yang melakukannya? Coba ya, Mulai mulai dari hari ini, dari apa yang kita pelajari ini. Kalau 10% kita kembalikan kepada yang punya, kembalikan kepada Tuhan.. sisa berapa? 90%.
Kita mau benar dengan perkara kecil, mau setia dengan perkara kecil. Kita kelola yang 90%, tetapi kalau dari 90% ini, kita reserved dan kita cadangkan 20% untuk hal yang tidak terduga, untuk masa depan ke dalam bentuk apapun juga yang saudara mau, seperti investasi dan lain sebagainya.
Coba kelola yang 70% yang ada di tangan saudara. Kalau saudara berhasil, maka hidup saudara sudah pasti ada diatas rata-rata semua orang, dan semakin saudara pandai melakukannya, semakin saudara pintar ngaturnya, saudara mungkin akan bilang, Kayaknya saya bisa rendahkan lagi, nggak perlu sampai 70%.
Mungkin dalam keseharian saya, Saya cuman perlu 60% atau 50%. That’s even better! Saudara bisa sisihkan lebih dari 20%, saudara bisa sisihkan 30% sampai 40% dan berarti saudara punya cadangan untuk apa? untuk masa depan sekolah anak? untuk saudara pergi liburan? saudara bisa cadangan untuk masa depan saudara sendiri dan lain sebagainya. But Start with 70% dan cukupkan dirimu dengan 70% saja.
Closing Verse – Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Ibrani 13:5 TB
Itu Janjinya kepada kita, tetapi kita perlu menjadi pengelola yang baik dari apa yang Dia percayakan kepada kita. Amin.
P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes