JPCC Online Service (8 May 2022)
Senang berjumpa setiap Saudara kembali di ibadah daring pada hari ini, 8 Mei 2022. Bagaimana liburan Saudara semua? Kalau masih berlibur dan berada di luar kota, selamat menikmati liburan dengan orang-orang terkasih. Dan bagi Saudara yang memilih untuk liburan di rumah, terutama Saudara yang selama seminggu ini sudah berjuang tanpa asisten rumah tangga, doa dan harapan saya adalah bahwa Anda semua berada di dalam pemeliharaan Tuhan yang sempurna. Amin?
Sebagaimana saya selalu bersukacita dalam setiap kesempatan saya berbagi melalui mimbar ini, hari ini hati saya juga penuh dengan sukacita dan semangat untuk berbagi dengan setiap Saudara.
Saya tentu berharap bahwa Saudara pun sama, penuh semangat untuk bersama-sama belajar dan menyambut firman Tuhan untuk kita semua pada hari yang sangat istimewa ini. Amin? Saudara siap?
Sekadar menyegarkan kembali ingatan kita pada tema kita tahun ini tentang “Devoted”, izinkan saya katakan bahwa: Seseorang yang menjalani hidupnya dengan mengabdi kepada Tuhan pasti akan memiliki perspektif dan sudut pandang yang berbeda dengan seseorang yang menjalani hidupnya tanpa Tuhan.
Tema kita di bulan ini adalah “The Good Steward-Menjadi seorang pengelola yang baik”-di mana kita akan belajar untuk menyelaraskan perspektif, sudut pandang, dan cara hidup kita untuk dapat hidup dengan pengabdian penuh kepada Tuhan Yesus—yaitu sebuah kehidupan yang berpusat kepada Tuhan, mengakui bahwa semua yang ada di tangan kita adalah pemberian dan berasal dari Tuhan, dipercayakan dan dititipkan untuk kita kelola dengan baik.
Saya sengaja menggarisbawahi kata kelola di sini. Untuk memulai pesan saya untuk Saudara semua mengenai perspektif kehidupan yang saya sebutkan tadi— bahwa kehidupan kita berpusat, berasal, dipercayakan, dan dititipkan Tuhan kepada kita—, saya ingin menunjukkan kepada Saudara satu ayat firman Tuhan yang menjadi rhema bagi saya saat pertama kali membacanya, kira-kira 30 tahun yang lalu.
Menurut saya, ayat ini memegang peranan kunci atas keputusan-keputusan besar yang saya buat, sejak hari itu.
Salah satu keputusan terbesar yang saya ambil adalah keputusan untuk kembali dari Jerman pada tahun 1999—setelah berada di sana selama 14 tahun— untuk ikut merintis dan menjadi bagian dari perjalanan kita semua di JPCC.
Saya berdoa agar ayat ini juga berbicara pada Saudara secara pribadi sebagaimana ayat ini sudah memberkati kehidupan saya secara pribadi.
Opening Verse – karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Kolose 1:16 (TB)
Ada tiga kata kunci dalam ayat ini, yang berhasil mengarahkan saya kepada jawaban atas pertanyaan tentang alasan, penyebab, dan tujuan keberadaan saya, sekaligus mengisi sebuah lubang besar yang ada di dalam jiwa saya yang sebelumnya tidak pernah berhasil diisi penuh oleh apa pun juga, baik itu keberhasilan, pencapaian, pengakuan, pujian, kecukupan, bahkan kelimpahan material sekalipun; tak ada yang pernah berhasil mengisi penuh lubang hampa tersebut.
Saya tak tahu apakah ada di antara Saudara yang hari ini juga sedang merasakan atau pernah mengalami pergumulan yang sama.
Segala sesuatu dalam keadaan baik, segala sesuatu berjalan lancar. Kesehatan, kehidupan, keuangan, karir, penikahan, hubungan— semuanya berjalan dengan baik.
Namun, sama seperti saya dulu, Saudara merasakan kehampaan yang luar biasa di dalam jiwa Saudara, yang menyebabkan hidup yang Saudara jalani sehari-hari menjadi tawar, seperti kehilangan rasa dan makna.
Saudara merasa bahwa kepuasan yang Saudara peroleh melalui semua pencapaian selama ini hanya bersifat semu dan sementara saja.
Pengakuan yang datang karena keberhasilan, kebebasan yang datang karena kelimpahan materi, bahkan popularitas pun tidak mampu untuk mengisi lubang hampa di dalam jiwa.
Ketiga kata kunci yang tadi saya sebutkan— “di dalam Dia”, “oleh Dia”, dan “untuk Dia” merupakan kunci yang menolong saya untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang saya cari selama ini.
Ketika saya menyadari bahwa seluruh eksistensi saya—baik itu nafas, pekerjaan, pernikahan, atau apa pun di tangan saya yang ada untuk saya kelola—semuanya ada di dalam Dia, oleh karena Dia, dan hanya untuk Dia, sejak saat itulah, lubang hampa yang belum pernah penuh terisi— baik itu oleh keberhasilan, pencapaian, tingginya pendidikan, dan kekayaan materi yang pernah saya kelola, atau pengakuan dan popularitas yang mungkin dunia tawarkan dan berikan— sekarang bisa penuh diisi oleh alasan, penyebab, dan tujuan yang saya temukan di dalam Tuhan melalui ayat ini.
Saya sadar bahwa segala sesuatu di dalam hidup ini dipercayakan Tuhan kepada kita untuk dikelola. Omong-omong, saya beri judul khotbah saya hari ini “Rahasia Kepuasan Hidup”.
Saya tak tahu apakah Saudara sedang mencari makna dan rasa dan rahasia kepuasan dalam kehidupan Saudara. Rahasia kepuasan hidup datang pada saat perspektif kita dalam menjalankan kehidupan berubah, sehingga alasan, penyebab, dan tujuan hidup kita ikut berubah.
Pada saat kita menyadari bahwa segala sesuatu di dalam hidup ini berpusat pada Tuhan dan hanya berasal dari Tuhan, dan bahwa semuanya dipercayakan dan dititipkan untuk kita kelola dengan baik, maka kepuasan akan segera hadir dalam hidup kita.
Kepuasaan hidup bukan hadir saat kita meraih semua yang kita inginkan, melainkan saat kita mengerti dan menghidupi alasan, sebab, dan tujuan atas segala sesuatu yang ada di dalam tangan kita.
Mengutip perkataan manusia terbijak dan terkaya yang pernah hidup, Raja Salomo di ayat berikut :
Supporting Verse – Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, Dia katakan— lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari. Pengkhotbah 2:11 (TB)
Demikian dikatakan dalam Pengkhotbah 2:11. Tanpa pewahyuan akan alasan, penyebab, dan tujuan keberadaan kita dan apa yang kita lakukan, segala sesuatu dalam hidup di bumi ini, akan terasa seperti usaha menjaring angin dan terasa seperti sebuah kesia-siaan.
Sejak JPCC dimulai di tahun 1999, kita mengerti dengan jelas alasan dan tujuan keberadaan kita, dan mengapa Tuhan menempatkan kita hanya di Jakarta dan sekitarnya saja.
Ada alasan, sebab, dan tujuan yang sangat jelas yang menjadi landasan dari keberadaan kita. Saya ingin mengutip sebuah ayat yang melandasi alasan dan tujuan keberadaan kita di JPCC, atau yang sering kita sebut sebagai Visi dan Misi JPCC yaitu dari Filipi 2:14-17 (TB) yang berbunyi seperti ini.
Supporting Verse – Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah. Filipi 2:14-17 (TB)
Ayat ini, selain menjelaskan alasan, sebab, dan tujuan bagi kita di JPCC, juga memberi pelajaran yang sangat berharga untuk mendapat rahasia kepuasan hidup yang mungkin Saudara butuhkan.
Ayat ini mengatakan bahwa untuk menjadi generasi bintang yang dapat bercahaya dan bersinar di tengah-tengah dunia yang gelap, kita perlu membangun dan menjalani hidup yang tiada beraib dan bernoda, yaitu dengan tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.
Kata “bersungut-sungut dan berbantah-bantahan“, dalam terjemahan New Living Translation adalah “complaining and arguing”.
Terjemahan NIV memakai kata “grumbling” [bersungut-sungut]. Saya suka sekali terjemahan The Message Bible.
Supporting Verse – Do everything readily and cheerfully—lakukan segala sesuatu dengan sigap, dengan penuh sukacita. no bickering,—tidak bersungut-sungut, tidak marah-marah –no second-guessing allowed!— juga tidak mempertanyakan, tidak menentang. Filipi 2:14 (The Message)
Lawan kata dari “bersungut-sungut” adalah “puas” atau contentment“. Ayat tadi berkata, bila Saudara hidup tiada beraib, tiada bercela, dan Saudara hidup tidak bersungut-sungut, maka Saudara bisa menikmati kehidupan yang penuh dengan rasa puas.
Selain mengerti alasan, sebab, dan tujuan kehidupan, rahasia kedua untuk kita dapat menemukan kepuasan hidup dan membangun kehidupan yang tidak bersungut-sungut atau berbantah-bantahan adalah hidup berpegang kepada firman Tuhan— seperti dikatakan dalam Filipi 2:16.
Apa tanda kita berpegang pada firman kehidupan? Ada empat pelajaran berharga yang saya ingin bagikan buat Saudara.
Yang pertama adalah, kita tak lagi hidup dengan kekuatan kita sendiri.
Kita tidak hidup dengan mengandalkan diri sendiri, tidak bergantung pada usaha kita sendiri untuk mendapat hasil terbaik. Di Filipi 1:6 (TB) dikatakan.
Supporting Verse – Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia,—Tuhan, Elohim—yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. Filipi 1:6 (TB)
Artinya bukan kita sendiri yang harus menyelesaikan pekerjaan kita. Saudara akan bebas dari semua rasa tidak aman atau rasa tidak percaya diri— yang selama ini Saudara gumuli,— perasaan takut gagal, tidak mampu, tidak layak, sebab Saudara sekarang menjalani dan melakukan semuanya, bukan lagi dengan kekuatan sendiri, melainkan di dalam Tuhan, bersama Dia, dan untuk Dia.
Pada saat Saudara mengerti bahwa Tuhan ada di pihak Saudara dan ada di dalam hidup Saudara, serta berjalan bersama Saudara, dan bahwa semua yang Saudara jalani bukanlah untuk diri sendiri, maka Saudara bisa mendapatkan kekuatan karena Dia melakukannya bersama dan untuk Saudara.
Supporting Verse – dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Filipi 3:9 (TB)
Kebenaran kita bukan tentang perbuatan atau kekuatan kita. Kebenaran kita adalah bahwa Dia ada di dalam kita. Setelah sepanjang bulan April kita belajar mengenai “Kenal dan Taat” akan suara Tuhan, belajar untuk mengenal dan taat mengikuti suara Tuhan Yesus, Gembala kita yang Agung, maka bulan ini adalah saatnya untuk kita melangkah, untuk berani mengambil tindakan dan melangkah, menaati apa yang Dia katakan kepada kita.
Saya merasa ada banyak di antara Saudara yang belum berani melangkah dan mengambil keputusan yang sebenarnya dapat menjadi titik tolak perubahan yang sangat besar di dalam hidup Saudara.
Semua karena perhitungan, pertimbangan yang Saudara lakukan di dalam hati dan pikiran Saudara selama ini didasari oleh alasan, sebab, dan tujuan yang mengacu kepada diri sendiri, kemampuan diri sendiri, sehingga Saudara merasa perlu menyelesaikan dan menjalaninya sendiri.
Namun, apabila saat ini, acuan dan perspektif pengambilan keputusan Saudara mengacu kepada Tuhan, sang Gembala yang Agung, saya yakin Dia yang memulai pekerjaan yang baik di dalam Saudara juga akan meneruskannya sampai pada akhirnya. Amin?
Jadi Saudara tidak lagi mengandalkan kekuatan Saudara sendiri. Itu yang pertama.
Yang kedua, apa yang akan terjadi saat kita berpegang pada firman kehidupan?
Rahasia yang kedua adalah perubahan nilai dalam kehidupan.
Saudara, bila Saudara perhatikan, semua acuan saya diambil dari surat Filipi. Saya memulai dengan membaca dari Filipi pasal 2 dan saya akan mengutip seluruh surat Filipi untuk membagikan pada Saudara semua hal yang saya temukan di dalamnya agar Saudara pun bisa menemukan rahasia kepuasan hidup.
Supporting Verse – Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Ada perubahan nilai di dalam kehidupan—apa yang dulu dipertahankan mati-matian, apa yang dulu dikejar habis-habisan, apa yang dulu dianggap sangat berharga, sekarang berubah nilainya di dalam kehidupan kita.
Dikatakan bahwa, [Tetapi] apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Dikatakan, Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus Filipi 3:7-8 (TB)
Terlalu sering saya temukan orang-orang yang rela mengorbankan hal-hal yang menurut saya lebih bernilai di dalam hidup, demi hal-hal lain yang jauh lebih kecil nilainya.
Perbedaan ini terjadi tentunya karena adanya perbedaan paradigma hidup. Ada perubahan nilai yang juga mengubah sudut pandang dalam menjalani hidup.
Ada orang yang rela mengorbankan pernikahan demi karir atau pekerjaan. Ada yang rela mengorbankan iman dan hubungan dengan Tuhan demi uang dan posisi. Ada yang mengorbankan hubungan demi ambisi dan kepentingan pribadi.
Doa saya, hari ini Saudara mengalami intervensi dari kebenaran firman Tuhan agar sudut pandang Saudara mengenai nilai kehidupan menjadi selaras dengan firman itu sendiri, agar Saudara tidak kehilangan apa yang paling berharga yang telah Tuhan tempatkan di dalam hidup Saudara, dan Saudara dapat mengelolanya dengan baik, sehingga Tuhan juga dapat melipatgandakannya untuk memberkati bukan hanya Saudara melainkan juga orang-orang di sekitar Saudara. Amin?
Yang kedua tadi, perubahan nilai dalam kehidupan.
Yang ketiga, rahasia yang dapat kita pelajari adalah bila kita berpegang pada firman kehidupan, kita akan bebas dari persaingan. Kita berlari dalam lintasan kita sendiri.
Supporting Verse – Itu sebabnya saya berlari terus menuju tujuan akhir untuk mendapatkan kemenangan, yaitu hidup di surga; untuk itulah Allah memanggil kita melalui Kristus Yesus. Filipi 3:14 (BIMK)
Selalu akan ada orang yang lebih dari Saudara. Kata “lebih” itu melekat [dengan kata sifat]. Lebih apa?
Lebih pintar, lebih hebat, lebih berpendidikan, lebih kaya, lebih cantik, lebih ganteng, lebih langsing, posturnya lebih tinggi, lebih putih, lebih mancung, apa lagi? Saudara, daftarnya akan terus berlanjut dan tidak akan pernah berhenti.
Kepuasan tidak akan pernah kita temukan kalaupun kita dapatkan semua yang kita pikir kita butuhkan.
Contohnya, kita ingin lebih kurus. Setelah kita kurus, kita belum juga puas karena kita ingin mendapat yang lain. Selalu akan ada kata “lebih” yang lain yang belum kita miliki.
Bila kita berusaha untuk mengejar itu semua—Pengkhotbah tadi katakan— akan menjadi usaha yang sia-sia. Saya tidak berkata bahwa kita tidak boleh atau tidak perlu untuk berusaha menjadi lebih baik, lebih pintar, berpendidikan lebih lanjut, berusaha untuk lebih langsing, hidup lebih sehat, atau apa pun yang kita pikir kita ingin “lebih” lakukan.
Boleh-boleh saja. Namun, sadarilah bahwa keberhasilan mencapai itu semua tak akan pernah membebaskan diri kita dari rasa butuh untuk mendapat lebih lagi yang akan membuat kita senantiasa terjebak di dalam ketidakpuasan.
Kita hanya akan bebas dan merdeka saat kita mampu berkata “Cukup!” dan menjalani kehidupan seperti kita sedang berlari di lintasan kita sendiri, sehingga kita pun dapat dengan tulus merayakan keberhasilan orang lain dan dengan tulus ikut merasakan penderitaan orang lain.
Jadi, kalau kita berpegang pada firman kehidupan, maka kita akan bebas dari persaingan, bebas dari rasa iri, dan kita akan menjalani kehidupan kita sendiri seperti kita berlari di lintasan kita masing-masing.
Saat itu terjadi, kita akan temukan kepuasan dalam hidup, dalam mengelola apa pun yang Tuhan percayakan di dalam kita. Amin
Yang terakhir, pada saat kita berpegang pada firman kehidupan, kita akan senang untuk hidup, tapi tidak takut untuk mati.
Supporting Verse – Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Filipi 1:21 (TB)
Pada saat Saudara memahami bahwa pekerjaan Saudara tidak lagi sekadar aktivitas untuk mendapat upah demi membayar tagihan bulanan, bahwa kekayaan yang Saudara coba kumpulkan bukan untuk memberi jaminan di hari tua saja, bahwa Saudara menikah bukan hanya supaya tidak sendirian, bahwa semua pencapaian dan keberhasilan yang dikejar bukan untuk sekadar menemukan rasa puas, melainkan, seluruh hidup Saudara ada di dalam Dia, oleh sebab Dia, dan untuk kemuliaan Dia, maka setiap pagi Saudara akan bersemangat untuk bangun, siap untuk menghadapi badai dan tantangan apa pun juga.
Karena sekarang, Saudara tahu bahwa Saudara melakukannya bukan lagi untuk diri sendiri, bukan hanya untuk keluarga dan orang tua, atau apapun alasan lain yang selama ini Saudara pegang, melainkan untuk Tuhan.
Yang tidak kalah pentingnya adalah sekarang Saudara melakukannya bersama Tuhan, Saudara tidak lagi sendirian, dan Saudara tidak perlu mengandalkan kekuatan diri sendiri. Tuhan Yesus memberkati an sampai bertemu kembali.