JPCC Alam Sutera 2nd Service (12 January 2025)
Selamat Tahun Baru Saudara Semua! Berdoa agar di tahun yang baru ini, semua dari kita bisa semakin dekat dan mengenal Tuhan sehingga RancanganNya yang indah bisa digenapi dalam kehidupan kita semua. Tahun yang baru, semangat yang baru. Seperti yang telah disampaikan minggu lalu bahwa tema besar kita di sepanjang tahun 2025 ini adalah “Musim yang Baru” atau “The new Season“. Tahun lalu kita sama-sama belajar tentang tema “Stronger“, menjadi lebih kuat bersama Tuhan di dalam Firman, dan juga Komunitas orang percaya. Di sepanjang tahun ini, kita akan sama-sama belajar untuk memasuki musim yang baru di dalam hidup kita. Apa saja yang perlu diperhatikan, dihindari dan dipersiapkan agar kita bisa menghidupi musim yang baru ini dengan maksimal bersama dengan Tuhan.
Tahun 2024 begitu bersejarah bagi negara-negara yang mengatakan Pemilihan Umum (PEMILU), dimana ada total 74 negara yang melakukan ini, dan di tahun 2025 ada sekitar 60 negara yang sedang melakukan transisi kepmimpinan dalam negara tersebut, seperti yang sedang kita alami di Indonesia dan juga dalam gereja kita sendiri. Kurang lebih 1/3 dari seluruh negara di dunia ini sedang memasuki musim yang baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tidak terasa, Kita sendiri sudah memasuki minggu yang kedua di January 2025, waktu dan hari begitu cepat berlalu, mungkin ada sebagian yang sudah membuat goal dan resolusi yang mau dicapai untuk tahun ini tetapi saya yakin tidak sedikit dari kita yang sedang diperhadapkan untuk mengambil momen dan keputusan penting di dalam musim yang baru dan perlu diambil tahun ini, suatu persimpangan dan begitu menjanjikan, tetapi pada saat bersamaan juga merupakan sesuatu yang belum jelas untuk dijalani, karena di dalam musim yang baru, memang seperti ini yang harus dihadapi.
Minggu lalu kita sudah belajar tentang Kisah 12 pengintai yang diutus dari Bangsa Israel untuk mengamati Tanah Perjanjian sebelum mereka memasuki ya di Bilangan 13 dan 14. Berapa banyak dari saudara yang diberkati dengan apa yang sudah disampaikan oleh Ps. Erwin minggu lalu?
Kembali kepada kisah 12 pengintai ini, kita dibawa untuk melihat bahwa sebenarnya kisah ini bukan sekedar kisah bangsa Israel saja, tetapi kisah ini juga sadar atau tidak sadar terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari, karena disaat memasuki musim yang baru, kita seringkali diperhadapkan dengan pilihan bagaimana kita meresponi musim yang baru itu. Setiap musim memang memiliki kekuatan dan kelemahan ya masing-masing, dan kemampuan kita untuk meresponi dengan baik akan menentukan apakah kita menemukan keindahan dan menikmati musim tersebut.
Apakah kita akan memiliki respon seperti dari 3 pihak yang disebutkan minggu lalu? Ada 3 respon dari kisah tersebut, pertama adalah respon dari 10 pengintai yang melihat satu hal baik, tetapi fokus akan melihat masalahnya menjadi terlalu besar sehingga membuat mereka takut dan menyebarkan ketakutan tersebut kepada seluruh bangsa Israel.
Respon kedua dari Bangsa Israel, dimana ketika mereka mendengar berita yang kurang enak itu, dan selanjutnya membuat mereka menjadi bersungut-sungut, mengeluh seperti yang sering mereka lakukan sebelumnya dan selalu melihat serta membandingkan kondisi mereka dengan masa lalu kehidupan mereka.
Atau kita bisa memilih Respon Ketiga dari Yosua dan Kaleb yang melihat tantangan yang ada justru sebagai sebuah peluang untuk melihat kebesaran Tuhan dengan Kacamata Iman dan juga dengan percaya penuh akan penyertaan Tuhan. Minggu lalu, Ps. Erwin mengingatkan kita untuk memilih respon yang benar, supaya kita “Don’t focus on what you cant control, choose your response”, pilihlah respon dengan bijaksana, melihat tantangan dari Kacamata Iman dan keyakinan bahwa Tuhan menyertai kita.
Minggu ini kita akan belajar lebih dalam lagi tentang apa artinya dalam memilih respon tersebut, bagaimana kelihatannya disaat kita melangkah maju kepada masa depan yang Tuhan sudah sediakan until kita, itu sebabnya judul kotbah hari ini adalah “Stepping into your Future“.
Kalau kita amati kisah diatas, perbedaan respon antara kesepuluh pengintai dan juga bangsa Israel, dengan respon yang diberikan oleh Yosua dan Kaleb sebenarnya terletak kepada cara pandang atau perspektif mereka. 10 pengintai pertamanya memberikan laporan yang awalnya cenderung mengintimidasi dan menjatuhkan semangat orang Israel pada saat itu, sehingga respon dari mereka adalah bersungut-sungut dan membandingkan keadaan mereka dengan masa lalu mereka.
Sebaliknya laporan dari Yosua dan Kaleb malah membangkitkan semangat karena mereka melihat masalah ini sebagai sebuah peluang untuk mengalami kebesaran dan Janji Tuhan tentang tanah perjanjian dan mereka begitu yakin bahwa Tuhan akan membawa mereka masuk kesana terlepas dari semua keadaan yang ada. Mereka melihat hal yang sama tetapi punya cara pandang yang berbeda-beda.
Sama halnya ketika kita memasuki musim dan tahun yang baru, tetapi kita punya pola pikir dan cara pandang yang berbeda-beda. Ada yang melihat tantangan sebagai peluang untuk mengalami kebesaran Tuhan, tetapi yang lain melihat tantangan hanya dari sudut pandang masalah saja. Sama halnya ketika kita memasuki musim yang baru, setiap musim pasti ada tantagannya, baik itu berupa masalah atau Berkat dan kelimpahan, karena semua itu mendatangkan tantangan tersendiri dalam hidup kita. Disaat kita memasuki musim yang baru dan diberkati dengan lebih besar dan melimpah dari sebelumnya, maka gaya hidup yang lama harus kita tinggalkan, kita harus berubah dan menjadi pengelola yang lebih baik dan tidak bermalas-malasan agar tidak kehilangan berkat tersebut.
Mari kita pelajari keluhan dan respon orang Israel terhadap tantangan yang berpotensi menjadi penghalang ketika kita masuk dalam musim yang baru dalam kehidupan kita.
Opening Verse – [2] Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: ”Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! [3] Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” Bilangan 14:2-3 TB
Pertama, Kita bisa pelajari respon mereka bahwa di dalam musim yang baru, tantangan bisa menjadi penghalang, dan penghalang pertama adalah “Letting Go of the Past“, atau kemampuan kita untuk melepaskan masa lalu.
Umat Israel selalu merasa lebih baik untuk pulang ke mesir. Mereka lupa bahwa sekarang mereka sudah menjadi orang merdeka dan sebenarnya di mesir, mereka itu adalah seorang budak. Tetapi disaat seseorang sudah menjadi orang merdeka, ada tanggung jawab dan kebiasaan yang baru yang perlu dipelajari supaya menjalani musim yang baru dengan sebaik mungkin.
Menarik karena Tuhan hanya butuh satu hari untuk membebaskan Bangsa Israel keluar dari Mesir tetapi Tuhan butuh 40 tahun untuk “mengeluarkan” Mesir dari Bangsa Israel.
Secara fisik mereka sudah keluar dan menjadi orang merdeka, tetapi secara mental dan di dalam hati, mereka masih menjadi budak. Berapa banyak dari kita yang sudah ada di musim yang baru tetapi masih mempunyai mental di musim yang lama sehingga kita ingin selalu kembali dari kenangan masa lalu baik itu kegagalan atau kemenangan.
Masa lalu bagi sebagian besar orang merupakan zona nyaman, karena kita lebih tahu tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan kita. Itu sebabnya penghalang yang kedua juga berhubungan dengan ini.
Kedua, Penghalang kedua adalah “Fear of Uncertainty”, rasa takut yang muncul karena ketidakpastian.
Supporting Verse – [3] Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” Bilangan 14:3 TB
Orang-orang Israel ini menjadi orang-orang yang suka “sok tahu” akan masa depan mereka. Tahu dari mana mereka akan hal ini, padahal mereka sendiri belum masuk kesana? Kenapa kita harus percaya akan sesuatu yang belum tentu terjadi.
Mereka mencoba untuk menceritakan ketidakpastian masa depan mereka dengan rasa takut dan kuatir, sikap mereka ini seolah-olah Tuhan tidak ada dan tidak pernah menyertai mereka, padahal dari sewaktu dan juga saat keluar dari Mesir, Tuhan sudah berkali-kali melakukan mukjizat dalam kehidupan mereka.
Mereka begitu pesimis akan masa depan yang belum jelas, mereka begitu yakin di negeri yang baru ini bahwa mereka seakan-akan bakal tewas dan menjadi tawanan. Mereka lupa bahwa sebenarnya Mereka itu dibunuh dan ditindas lebih berat lagi sewaktu di Mesir. Mereka mendambakan pulang kembali ke Mesir karena mereka merasa terbiasa dengan penindasan yang mereka alami di masa lalunya, dibandingkan dengan nasib masa depan yang belum mereka ketahui.
Most people prefer the problems they are familiar with than the promises they are unfamiliar with.
Ketiga, Penghalang yang Ketiga adalah “Discouragements and Distractions“, hal ini muncul secara external, dan tidak internal seperti kedua Penghalang sebelumnya.
Sesuatu yang mematahkan semangat kita dan menganggu kita. Minggu lalu kita melihat bahwa 10 pengintai membawa kabar yang buruk bagi umat Israel dan laporan positifnya hanya satu, yaitu negeri yang ingin dikunjungi itu penuh susu dan madunya. Sumber kekayaan alamnya luar biasa, tetapi hanya itu yang disampaikan dan sisanya berita buruk. Sesuatu yang menjadi gangguan untuk oleh orang Israel sehingga itu mengalihkan mata mereka dari Janji Tuhan kepada fakta dan berita yang belum tentu benar dan melemahkan mereka, seperti “semua orang itu seperti raksasa”, “menganggap diri mereka seperti belalang”, dan mereka juga berpikir bahwa penduduk disana juga berpikir demikian tentang mereka..
Kadang, untuk menyikapi penghalang ini kita perlu menutup diri dari semua kebisingan, suara-suara yang melemahkan kita di di dunia ini, ada begitu banyak di dunia ini tetapi tidak semuanya perlu didengarkan, apalagi suara yang membuat kita tidak kuat dan membuat kita tidak taat dengan Firman Tuhan.
Pertanyaannya, setelah kita tahu semua ini, penghalang-penghalang apa yang sedang kita alami saat memasuki musim yang baru ini dan bagaimana kita menyikapinya?
Potensi-potensi apa yang bisa terjadi jika Bangsa Israel memilih untuk taat dan masuk ke tanah perjanjian? Kalau mereka memilih respon seperti Yosua dan Kaleb, Saya akan menarik perhatian saudara dan membawa saudara sedikit lebih maju ke generasi kedua bangsa Israel yang sudah siap memasuki tanah perjanjian dan dipimpin oleh Yosua. Saat itu Yosua mengutus dua orang pengintai saja untuk masuk ke kotak Jericho di tanah perjanjian, dan ini adalah cara pandang Rahab, salah satu penduduk lokal disana akan Bangsa Israel.
Supporting Verse – [8] Sementara itu sebelum kedua mata-mata itu tidur, Rahab menemui mereka di atap [9] dan berkata kepada mereka, “Saya tahu TUHAN sudah menyerahkan negeri ini kepada bangsamu. Kami semua di negeri ini sangat takut terhadap kalian [10] karena kami sudah mendengar bagaimana TUHAN menolong bangsamu. Ketika kalian keluar dari Mesir, Dia mengeringkan Laut Merah supaya kalian bisa menyeberanginya. Dan dengan pertolongan-Nya, kalian juga sudah membinasakan Sihon dan Og, kedua raja bangsa Amori di sebelah timur sungai Yordan. [11] Kami sangat ketakutan sejak mendengar berita itu. Keberanian kami pun lenyap karena kami tahu bahwa TUHAN, Allah kalian, adalah Allah yang berkuasa di langit dan di bumi. Yosua 2:8-11 TSI
https://bible.com/bible/320/jos.2.8-11.TSIYosua 2:8-11 TSI
Kalau ini film, mungkin respon kita bisa seperti “Ya ampun, bodoh sekali bangsa Israel waktu itu!”. Ternyata justru penduduk disana malah ketakutan terhadap bangsa Israel, tetapi 10 pengintai dan generasi Israel sebelumnya mundur dan takut untuk masuk kesana karena mereka punya cara pandang yang salah, padahal hal yang terjadi adalah sebaliknya karena penduduk disana justru malah takut akan Bangsa Israel.
Sebenarnya jika generasi pertama bangsa Israel mau, mereka tinggal masuk saja dan bisa langsung menduduki tanah perjanjian. Tetapi Bangsa Israel sebaliknya mundur akibat perspektif yang salah akan musim yang baru. Berapa banyak dari kita yang juga mengalami hal yang sama. Mari kita lihat juga respon dari raja yang ada negeri itu.
Supporting Verse – [1] Ketika semua raja bangsa Amori di sebelah barat sungai Yordan dan semua raja bangsa Kanaan di pesisir Laut Tengah, mendengar bahwa TUHAN sudah mengeringkan sungai Yordan supaya bangsa Israel bisa menyeberang, mereka sangat ketakutan dan keberanian mereka pun lenyap. Yosua 5:1 TSI
Jadi baik penduduk lokal maupun rajanya, mereka semua ketakutan, dikatakan bahkan hati mereka meleleh dan Roh mereka lenyap karena saking takutnya. Mereka sudah siap melepas kota mereka jika Bangsa Israel masuk. Mari kita lihat apa yang Tuhan kerjakan disaat generasi kedua yang dipimpin Yosua ini masuk ke kota Jericho.
Sebagian besar dari kita cukup mengenal kisah dari tembok Jericho, tembok yang juga dikatakan dalam laporan para pengintai yang sudah dikirim oleh Musa sebelumnya.
Supporting Verse – [28] Tetapi penduduk negeri itu sangat kuat. Kota-kota mereka besar dan berbenteng. Kami juga melihat keturunan raksasa Anakim di sana. Bilangan 13:28 TSI
Namun Tuhan tidak meminta bangsa Israel untuk maju dan berperang namun yang Tuhan lakukan adalah Tuhan hanya meminta mereka untuk masuk dan mengelilingi tembok itu sebanyak 13 kali, dan setelah selesai di hari ketujuh, Tuhan meminta mereka untuk berteriak sekeras-kerasnya. Dan inilah yang selanjutnya terjadi.
Supporting Verse – [20] Ketika orang Israel mendengar bunyi terompet, mereka berteriak sangat keras. Lalu tembok Yeriko runtuh dan seluruh pasukan menyerbu masuk ke dalam kota itu dan menguasainya. Yosua 6:20 TSI
https://bible.com/bible/320/jos.6.20.TSIYosua 6:20 TSI
Inilah yang seharusnya terjadi kepada generasi pertama itu, namun karena mereka tidak mau taat dan percaya, maka generasi kedua-lah yang akhirnya mengalami keistimewaan dan penyertaan Tuhan yang ajaib di dalam hidup mereka.
Setiap kali kita menolak untuk percaya dan taat pada bimbingan Tuhan. Kita kehilangan kesempatan untuk mengalami penyertaan Tuhan yang ajaib.
Seberapa sering kita mengalami tantangan dan pergumulan yang ada di depan, yang kita lihat hanya masalahnya saja, dan bahkan kita renungkan dan pikirkan sehingga membuat masalah itu jauh lebih besar dari seharusnya. Padahal seharusnya kita memilih untuk percaya dan taat pada pimpinan Tuhan sehingga kita bisa mengalami betapa besarnya keajaiban, dan penyertaan Tuhan dalan hidup kita.
Sikap apa yang perlu kita siapkan disaat memasuki musim yang baru :
1. Anticipate
Sama seperti Musa dan Yosua yang mengirim para pengintai untuk masuk, mempelajari dan mengamati Tanah Perjanjian, kita juga perlu mempelajari tempat yang kita akan masuki dalam musim yang baru. Kita perlu mencari tahu informasi, data dan pengetahuan, kumpulkan semua pengetahuan yang ada agar kita bisa mempersiapkan diri, menghidupi dan memasuki musim yang baru itu. Lakukan riset, do your research, dan tanya kepada orang-orang yang sudah melalui musim ini sebelumnya.
Persiapan apa yang sudah kita lakukan untuk memasuki tahun 2025? Cari tahu kehidupan seperti apa yang ingin kita hidup di tahun 2025, baik itu di dalam mengelola aset, simpanan, pekerjaan, hubungan dan hal lainnya. Persiapan diri kita.
2. Willing to Change
Bersedia atau mau untuk berubah, karena riset akan hanya menjadi teori kalau kita tidak mempraktekannya, tidak mau meninggalkan kebiasaan lama dan memulai kebiasaan yang baru. Musim yang baru membutuhkan banyak penyesuaian yang perlu terjadi.
Bangsa Israel juga harus belajar untuk sepenuhnya mengandalkan Tuhan, tidak lagi bersungut-sungut kepada masa lalunya dan percaya kepada Tuhan untuk hidup di dalam musim baru yang penuh dengan ketidakpastian. Tanah yang berlimpah dengan susu dan madu tidak akan menjadi apa-apa kalau tidak dikelola dengan baik.
Potensi sudah disiapkan oleh Tuhan dan oleh karena itu, pola pikir dan gaya hidup juga perlu berubah. Change is the only constant in life, perubahan memang terus menerus terjadi, dan sewaktu perubahan diperlukan, tidak mau berubah justru akan menghancurkan hidup kita. Jadi, bersedialah untuk berubah, karena musim yang baru membutuhkan gaya hidup dan perspektif yang baru.
3. Persevere.
Bertekun untuk terus percaya kepada Tuhan dan tidak menyerah kepada ketakutan kita. Percaya bahwa satu-satunya alasan untuk kita masuk ke tanah perjanjian dengan berani adalah karena penyertaan Tuhan di dalam hidup kita.
Supporting Verse – [8] Kalau TUHAN berkenan kepada kita, Dia pasti membawa kita masuk dan memberikan kepada kita negeri yang berlimpah dengan hasil alam itu. [9] Hanya janganlah memberontak kepada TUHAN. Jangan takut kepada penduduk negeri itu. Mereka akan kita lalap habis. Tidak ada yang melindungi mereka, sedangkan kita disertai TUHAN. Jangan takut kepada mereka.” Bilangan 14:8-9 TSI
Sikap ini yang seharusnya kita pegang terus disaat memasuki musim yang baru, supaya kita terus gigih melangkah maju ke dalam musim yang baru karena kita percaya akan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan kita.
Stepping Into our future requires us to trust an unknown future to a known God.
Tuhan yang sudah menyertai kita di musim-musim sebelumnya dan Tuhan yang sama juga akan menyertai kita di musim yang baru. Sehingga kita berkata seperti apa yang dikatakan Rasul Paulus di bawah ini.
Closing Verse – [13] Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, [14] dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Filipi 3:13-14 TB
Saya berdoa supaya semua ini membekali saudara semua disini untuk masuk dan menjalani tahun yang baru.