JPCC Sutera Hall 2nd Service (5 January 2025)
Happy New Year 2025 Saudara Semua! Salam kenal dengan saya, Erwin, salah satu Pastor untuk Next Gen di JPCC. Saya mempunyai seorang istri yang sedang hamil dengan kondisi cukup besar, jadi di dalam beberapa waktu ke depan, Saya-pun juga akan memasuki musim yang baru di tahun ini dan menjadi seorang ayah, dan inilah tema 2025 dimana sebagai gereja, kita memasuki “The New Season” atau “Musim yang baru“. Musim yang baru identik dengan perubahan dan tidak bisa kita hindari dalam hidup. Suka atau tidak suka, pasti ada perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Tentunya ada perubahan yang kita suka dan juga tidak terlalu suka, utamanya jika perubahan itu sesuai dengan apa yang kita mau.
“New season” untuk setiap orang mungkin berbeda-beda, mungkin ada orang yang sedang berbunga-bunga disaat memasuki musim yang baru seperti disaat mendapatkan pekerjaan baru atau kerjasama partnership bisnis yang baru, tetapi mungkin ada beberapa juga di antara kita yang memasuki musim yang baru dengan pengalaman yang tidak baik-baik saja, musim yang dingin dan membuat kita merasa segala hal tidak terjadi seperti yang kita harapkan.
Mungkin ada beberapa dari kita yang kehilangan pekerjaan, atau kehilangan seseorang yang kita sayangi, atau menerima hasil medical check-up kurang baik.
Tetapi kita mau belajar bersama, meski tidak mengerti, untuk meresponi musim yang baru bersama-sama dengan Tuhan. Ketahui musim yang kita berada sekarang, terima itu dan responi dengan benar.
Ada keindahan di setiap musim-musim ini, seperti halnya musim atau season winter, autumn, spring dan summer. Tetapi masing-masing dari itu ada tujuan dan keindahannya masing-masing, ada sesuatu yang bisa dinikmati di setiap musim baik itu musim winter, summer, autumn dan spring.
Jadi terlepas dari musim apapun yang kita hadapi sekarang, ada keindahan dan hal baik yang bisa kita temui disaat kita memasuki musim tersebut. Disaat memasuki musik yang baru, respon seperti apa yang perlu kita miliki?
Kita sama-sama belajar dari kisah Bangsa Israel menuju tanah perjanjian. Sedikit background, Bangsa Israel diperbudak oleh Bangsa Mesir selama 430 tahun, dan Tuhan akhirnya mengirim Musa untuk memimpin mereka keluar dari perbudakan dan menuju sesuatu yang baru yaitu tanah perjanjian. Tetapi di dalam perjalanan, Tuhan menyuruh Musa untuk mengirim beberapa pengintai untuk mengamati kondisi dan apa saja yang ada di tanah perjanjian. Akhirnya Musa mengirim 12 pengintai, masing-masing dari 12 suku diambil kepala sukunya dan mencintai negeri tersebut. Setelah 40 hari, mereka semua kembali dan memberikan report yang ada di ayat berikut.
Opening Verse – [25] Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu, [26] dan langsung datang kepada Musa, Harun dan segenap umat Israel di Kadesh, di padang gurun Paran. Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu. [27] Mereka menceritakan kepadanya: ”Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. [28] Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. [29] Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.” Bilangan 13:25-29 TB
Disaat para pengintai ini pulang, mereka menceritakan fakta-fakta dan keindahan yang ada di negeri tersebut, tetapi bahasa mereka berpindah menjadi ketakutan akan siapa yang tinggal disana.
Supporting Verse – [30] Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: ”Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!” [31] Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: ”Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.” [32] Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: ”Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. [33] Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.” Bilangan 13:30-33 TB
Disini mereka sudah menciut duluan nyalinya, menganggap diri mereka kecil dan dipenuhi dengan ketakutan. Mungkin bahasa ini yang belakangan ini terlintas di dalam pikiran kita semua. Tidak mungkin menghadapi hal ini, baik itu dalam hubungan keluarga yang tidak harmonis, keadaan finansial yang begitu berat dan sulit untuk dihadapi, dan itulah respon dari pihak pertama yaitu 10 pengintai, dimana mereka melihat masalah dan menyebarkan ketakutan mereka kepada orang lain.
Lalu kita lihat bersama respon dari pihak kedua (Bangsa Israel) di ayat berikut.
Supporting Verse – [1] Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. [2] Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: ”Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! [3] Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” [4] Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: ”Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.” Bilangan 14:1-4 TB
Bangsa Israel berkali-kali bersungut-sungut dan selalu melihat ke belakang. Mereka memilih mati di Mesir atau mati di padang gurun daripada mati di tanah perjanjian tersebut. Respon kedua dari Umat Israel ini adalah bersungut-sungut dan melihat ke belakang, membandingkan kondisi mereka dengan masa lalu mereka. Hati dan pikiran mereka dipenuhi oleh keluhan dan ketakutan, penuh kecurigaan kepada Tuhan dan lupa bahwa Tuhan sudah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir.
Complaining dan Comparing akan menurunkan value atau nilai dari suatu hal. Padahal di depan mereka ada tanah perjanjian, The fastest way to kill something special is to compare it to something else.
Bangsa Israel terjebak dengan “Gamon” atau “Gagal Move On”, sangat menarik ternyata hal-hal atau masa yang buruk pun bisa membuat kita gagal move on seperti halnya Bangsa Israel. Apakah saat ini ada hal-hal yang membuat kita gagal move on atau terpaku di masa lalu?
Hal-hal ini bisa berupa :
- Pencapaian atau keberhasilan di masa lalu, dan membuat kita lupa untuk improve diri di masa sekarang dan tidak berani untuk mencoba sesuatu yang baru di musim yang baru sekarang.
- Atau mungkin bisa berupa penyesalan, seperti halnya pemikiran bahwa “harusnya waktu itu saya menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga atau orang tua saya disaat dia sakit”.
- Atau mungkin pemikiran seperti “Harusnya saya berusaha lebih keras dahulu karena hasilnya tentu akan jauh lebih baik”.
- Atau mungkin pemikiran bahwa sebuah hubungan disaat pacaran dulu seringkali berantem dan memasuki “toxic relationship”, tetapi begitu keluar dari hubungan yang toxic itu, kita menjadi gagal move on disana, dan lain sebagainya.
Ada salah satu ayat yang sering Bangsa Israel ingat dan katakan akan masa lalu dan perbudakan mereka di mesir.
Supporting Verse – Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Bilangan 11:5 TB
Jadi, apa yang terjadi di masa lalu kita, baik itu pencapaian, kesalahan, kegagalan, kesedihan atau penyesalan kita, bisa menghalangi kita untuk maju dan menghidupi hidup kita dengan maksimal. Padahal Tuhan mau agar kita bisa hidup dalam kepenuhan.
Karena itu jangan terpaku di masa lalu, tidak ada masalah untuk sesekali kita melihat masa lalu kita, karena itu bisa menjadi suatu memori, pembelajaran dan sesuatu yang kita syukuri. Tetapi ibaratnya kita sedang menyetir Mobil, tidak mungkin kita selalu melihat ke belakang terus. Lama kelamaan kita akan menabrak, kita hanya sesekali melihat ke belakang melalui kaca spion untuk mengamankan jalan kita.
Yang penting adalah jangan sampai kita terpaku di masa lalu. Untuk memasuki musim yang baru, Kita perlu move on, mensyukuri hal itu dan belajar dari masa lalu. Ingat bahwa ada yang namanya masa sekarang, Jangan sampai kita terlalu terpaku masa lalu sehingga tanpa sadar masa yang sekarang ini lewat begitu saja.
Don’t take things for granted, jangan sampai kita menunggu kehilangan dulu baru kita bisa apresiasi hal tersebut. Finding and appreciating the unique beauty of each season is essential to embracing the new season.
Mari kita lihat respon Ketiga dari Yosua dan Kaleb, respon yang sangat berbeda dari kedua respon sebelumnya, baik itu respon dari 10 pengintai dan juga respon umat Israel.
Supporting Verse – [5] Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ. [6] Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, [7] dan berkata kepada segenap umat Israel: ”Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. [8] Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. [9] Hanya, janganlah memberontak kepada Tuhan, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang Tuhan menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.” Bilangan 14:5-9 TB
Mengoyakkan pakaian ini artinya adalah tanda kesedihan yang mendalam pada saat itu. Mereka melihat hal yang sama dan melihat tantangan ini sebagai sebuah peluang dan adanya penyertaan Tuhan disana.
Respon yang sangat berbeda dari Yosua dan Kaleb, Mereka hanya fokus untuk membicarakan Iman dan penyertaan Tuhan bahwa Tuhan selalu bersama-sama dengan mereka, seringkali kita tidak bisa kendalikan apa yang terjadi di sekitar kita, tetapi kita bisa memilih dan mengendalikan respon kita.
Mereka sama-sama melihat negeri, kondisi, situasi dan tantangan yang sama, tetapi respon mereka sangat berbeda daripada kedua pihak sebelumnya, mereka sebaliknya juga melihat peluang, berkat Tuhan yang ada disana, dan juga akan adanya penyertaan Tuhan disana. Tidak ada kecurigaan bahwa Tuhan mau menjebak mereka, padahal Tuhan sebenarnya Tuhan mau memberikan sesuatu yang luar biasa baiknya untuk mereka.
Don’t focus on what you can’t control, choose your response.
Supporting Verse – [10] Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan Tuhan di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel. [11] Tuhan berfirman kepada Musa: ”Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! Bilangan 14:10-11 TB
Bangsa Israel sudah melihat begitu banyak mukjizat, penyediaan dan penyertaan Tuhan dalam hidup mereka, seperti melihat Tuhan membelah laut Merah, penyediaan Tuhan melalui “manna” dari langit, dan berbagai hal lainnya, tetapi mereka masih tidak percaya, tidak setia dan tidak taat.
Kabar baiknya di tengah-tengah ketidaksetiaan dan ketidak-taatan mereka, Tuhan masih setia dengan mereka dan Tuhan masih menyertai mereka. Tuhan tidak meninggalkan mereka.
Begitu juga dengan kita semua, ditengah-tengah ketidaktaatan kita, ketidakpercayaan kita, ketidaksempurnaan kita, Tuhan dengan KasihNya yang paling besar melalui Yesus rela mati di atas kayu salib untuk kita semua disaat kita masih berdosa, karena itu yakinlah kalau Yesus akan selalu bersama-sama dengan kita di dalam setiap musim kehidupan kita.
Terlapas dari hal-hal yang kita hadapi dan musim yang kita masuki, Yesus hadir dan memimpin setiap musim kehidupan kita dan Dia mampu mengubah itu semua menjadi bagian dari rancangan yang indah.
Berikut adalah Pertanyaan-pertanyaan yang bisa kita renungkan bersama.
Musim apa yang sekarang sedang kita masuki? Perubahan dan Penyesuaian apa yang sedang kita lakukan dan Apa konsekuensi-konsekuensi yang menanti di musim yang baru dan harus kita hadapi?
Dan pertanyaan terpenting, Respon seperti apa yang mau kita pilih untuk memasuki musim yang baru?
Kita belajar bahwa ada 3 jenis respon yang berbeda :
- Respon pertama, apakah kita mau memilih respon dari 10 pengintai dimana mereka melihat keadaan dan takut serta menyebarkan ketakutan yang ada kepada orang di sekelilingnya.
- Respon kedua dari Umat Israel dimana ketika mereka mendengar keadaan yang tidak baik, mereka menjadi bersungut-sungut dan membandingkan keadaan yang ada dengan masa lalu mereka.
- Respon terakhir dari Yosua dan Kaleb, dimana mereka melihat tantangan sebagai sebuah berkat, sebuah kesempatan untuk memuliakan Tuhan, percaya bahwa ada penyertaan Tuhan disana, dan percaya bahwa Tuhan tidak mungkin merancangkan hal yang mencelakakan mereka.
Saya berdoa agar kita semua memilih respon dari Yosua dan Kaleb di tengah situasi yang kita tidak harapkan dan tidak mengerti, tetapi tetap membuat kita mampu melihat bahwa Tuhan mampu mengubah segala sesuatu.