JPCC Online Service (24 October 2021)
Hai JPCC, salam damai sejahtera untuk Saudara semua, dari mana pun Anda mengikuti ibadah online pada hari ini. Apa kabar? Saya berharap tentunya Saudara semua dalam keadaan baik, jasmani maupun rohani, serta berada dalam perlindungan tangan Tuhan yang tidak pernah berkesudahan dalam kehidupan kita. Apabila ada di antara kalian dalam hari-hari yang Anda lewati masih belum seperti yang Anda harapkan, tetaplah mempertahankan iman dan tetaplah menantikan Tuhan. Jangan pernah melepaskan pengharapanmu di dalam Dia. Sebab rancangan-Nya bukan rancangan kita, dan jalan-jalan-Nya tidak sama dengan jalan-jalan kita.
Meskipun kita belum melihat, bukan berarti Tuhan sama sekali tidak bekerja. Percayalah Tuhan terus bekerja dan kebaikan-Nya tidak pernah berubah bagi kita semua. Selama dua minggu berturut-turut telah kita pelajari dari Pastor Jeffrey, mengenai bagaimana Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak pernah menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus Ia pertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba yang rela melayani secara sukarela, atau yang dikenal sebagai istilah ’bondservant’.
Di mana bondservant adalah seorang yang menjadi budak tapi dengan sukarela, dia melepas hak pribadinya tanpa paksaan, dan mendedikasikan seluruh hidupnya hanya untuk melayani tuannya. Dia melayani bukan karena dia budak yang terpaksa, tetapi memilih untuk melayani. Dan kita juga belajar bahwa Yesus bukan hanya mengambil rupa seorang hamba atau seorang bondservant saja, tapi Yesus tidak pernah lupa akan jati diri-Nya sebagai seorang Raja.
Yesus mengatakan bahwa Dia seorang raja dan kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, namun Dia datang ke dunia ini dengan memposisikan diri-Nya sebagai seorang hamba. Jesus is the servant King; seorang Raja yang melayani. Walaupun Yesus adalah seorang Raja, namun Yesus tidak pernah berperilaku seperti layaknya sebagaimana seorang raja di dunia ini yang selalu dilayani. Dia memutuskan untuk melayani sebagai seorang hamba, a bondservant; untuk melakukan kehendak Bapa-Nya di surga.
Gambaran seorang raja dan seorang hamba ini, ada di dalam pribadi Yesus, seperti sebuah paradoks yang kita pelajari minggu lalu. Dan inilah yang membuat apa yang dilakukan-Nya—atau apa yang Yesus lakukan di dunia ini— menjadi semakin efektif, dan punya dampak yang begitu besarnya hingga hari ini. Dan hari ini, saya ingin melanjutkan pembelajaran kita dari sini. Mari kita kembali membaca salah satu ayat yang telah dikutip minggu lalu, yaitu dari Lukas 22:27-30 (TB).
Opening Verse – Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku—kata Yesus— ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Lukas 22:27-30 (TB)
Jadi mengacu kepada ayat yang baru saja kita baca, saya ingin menggarisbawahi beberapa pelajaran penting yang dapat menginspirasi kehidupan Saudara secara pribadi, juga sebagai seorang Servant-King di dalam menjalankan kehidupan Saudara. Juga sekaligus untuk menginspirasi Saudara, bagaimana Saudara dapat membangun kepemimpinan Saudara sedemikian rupa sehingga juga dapat melahirkan pemimpin-pemimpin hebat yang juga memiliki karakter seorang Servant-King; yang memiliki kehidupan yang kokoh, dan penuh dampak di dunia di mana Tuhan menempatkan mereka juga berada.
Nah, jadi mengacu pada apa yang tadi kita pelajari ayat yang tadi kita baca diawali dengan pertanyaan, “Siapakah yang lebih besar? Yang duduk atau yang melayani?” Di sini, seorang raja atau seorang yang memakai jubah raja duduk di sini sebagai raja, mewakili ayat yang tadi kita baca; atau yang dilayani. Kemudian seorang yang memakai apron, simbol dari seorang hamba yang akan melayani.
Oleh sebab itu hari ini saya beri judul khotbah hari ini The Apron and the Robe. Celemek dalam bahasa Indonesia yang simbol dari pada seorang pelayan dan jubah seorang raja. Karena Tuhan menginginkan kita sebenarnya anak-anak Tuhan untuk menjadi kepala dan bukan ekor, naik dan bukan turun. Namun tidak selalu terjadi seperti itu. Di dalam ayat ke- 29, sebenarnya Yesus sendiri mengatakan bahwa, ‘Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku,’ Sebagaimana Yesus ditetapkan sebagai Raja oleh Bapa-Nya di surga, Yesus juga menentukan hak-hak kita sebagai anak-anak raja, dan kita akan makan dan minum semeja dan memerintah bersama dengan Yesus.
Kerinduan Tuhan Yesus adalah kita, anak-anak raja yang memerintah dengan hati seorang hamba, dan menjadi hamba-hamba-Nya yang melayani dengan mental seorang raja.
Namun tantangannya adalah seperti ini: ada banyak raja yang memerintah tidak dengan hati seorang hamba.
Supporting Verse – Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Markus 10:42-43a (TB)
Dengan kata lain Yesus mengakui dan menyadari bahwa ada banyak sekali pemimpin-pemimpin atau raja yang memimpin tanpa hati seorang hamba. Selain itu Rasul Paulus juga memperingatkan Timotius mengenai krisis moral dan karakter yang akan terjadi di hari-hari yang terakhir.
Supporting Verse – Ingatlah ini— dikatakan Paulus—Pada hari-hari terakhir akan ada banyak kesusahan. Manusia akan mementingkan dirinya sendiri, bersifat mata duitan, sombong dan suka membual. Mereka suka menghina orang, memberontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, dan membenci hal-hal rohani. Mereka tidak mengasihi sesama, tidak suka memberi ampun, mereka suka memburuk-burukkan nama orang lain, suka memakai kekerasan, mereka kejam, dan tidak menyukai kebaikan. Mereka suka mengkhianat, angkuh, dan tidak berpikir panjang. Mereka lebih suka pada kesenangan dunia daripada menuruti Allah. 2 Timotius 3:1-4 (BIS)
Nah, Saudara bayangkan, apabila peringatan Paulus tentang kondisi moral di akhir zaman ini dan itu melekat pada seseorang yang diberikan Tuhan kuasa. Berbeda dengan Yesus, pada saat Dia dinyatakan Dia memiliki kuasa langit dan bumi, Dia adalah penguasa langit dan bumi, justru hal pertama yang dilakukan adalah menjadi seorang pelayan dan membasuh kaki dari pada murid-murid-Nya.
Pada saat Dia diberi kuasa justru Dia menunjukkan hati seorang hamba. Tapi kita tahu bahwa dunia tidak berjalan seperti itu; Ada banyak sekali orang-orang yang mendapatkan kuasa–pemimpin-pemimpin yang belum memiliki hati seorang hamba. Itu sebabnya banyak sekali Servanthood diajarkan kepada Leadership. Banyak kesengsaraan, ketidakadilan, dan kesusahan yang terjadi di dalam dunia ini, sebagai akibat dari pada kepemimpinan raja yang memerintah tanpa hati seorang hamba.
Tantangan lainnya adalah, selain raja yang memerintah tidak dengan hati seorang hamba adalah hamba yang belum dan tidak melayani dengan mental seorang raja.
Masalahnya adalah sama susahnya–membangun hati hamba di dalam diri seorang pemimpin atau seorang raja, maupun membangun leadership atau leader mindset — mental seorang raja kepada seorang servant. Itulah tantangan yang kita hadapi.Jadi, what to do? Apa yang dapat kita lakukan? Terutama apa yang sedang kita pelajari sepanjang bulan ini. Apabila Anda adalah orang tua atau pemimpin perusahaan, pemimpin organisasi, atau Anda “hanya” seorang bawahan, staf karyawan bawahan, bahkan masih memiliki posisi yang belum tinggi—What to do? Apa yang saya bisa lakukan dari pelajaran bulan ini?
Sebelum saya membagikan beberapa pelajaran berharga dari firman Tuhan, izinkan saya membawa perhatian Saudara sebentar kepada sebuah prinsip yang dunia kenal dengan istilah “the Law of distinction“. The Law of distinction atau Hukum Pembedaan. Maksudnya apa? Apa artinya the Law of distinction? Saya tahu bahwa mungkin sebagian besar dari pada apa yang kita sudah dengarkan selama beberapa minggu terakhir ini dan apa yang saya akan bagikan pada hari ini tidaklah sepenuhnya sesuatu yang baru, atau yang belum pernah Anda dengarkan sama sekali. Namun saya belajar bahwa di dalam kehidupan ini, bahwa the difference between the best and the rest, in many cases, is so small but yet the reward is so big. Yang membedakan mereka yang terbaik dari yang lainnya memang kecil seringkali perbedaannya, tapi dampak dan upahnya sangatlah besar.
Banyak orang mengenal Michael Phelps, pemenang medali emas terbanyak di Olimpiade untuk renang; tapi tidak ada orang yang mengingat nama perenang yang kalah hanya seperseratus detik daripadanya sama sekali. Jadi pembedaan (the disctintion), yang saya harapkan dapat terbangun dalam hidup Anda, tidaklah terletak di dalam apa yang sudah Anda ketahui, tetapi di dalam apa yang Anda akan lakukan sehingga menyebabkan Anda berbeda dari yang lain, di dunia di mana Tuhan menempatkan Anda berada. Itulah the law of distinction.
Dan itu harapan saya yang akan menjadi pembeda, membuat Anda berbeda di mana Tuhan menempatkan Anda berada karena engkau melakukan apa yang engkau ketahui dan apa yang firman Tuhan katakan. Sekali lagi, what to do? Apabila Saudara adalah orang tua, bagaimana Saudara memimpin dan membesarkan anak-anak Saudara, sehingga anak-anak Saudara akan menjadi seorang raja yang punya hati untuk melayani, dan pada saat anak-anak Saudara juga sudah bekerja dan melayani, punya mentalitas seorang raja.
Dan prinsip ini berlaku bagi Saudara (sebagai) pemimpin perusahaan, pemimpin organisasi, maupun Saudara sebagai staf karyawan yang sedang bekerja. Ada 4 pelajaran berharga yang Saudara bisa praktikkan dalam kehidupan sehingga engkau menjadi seorang raja yang punya hati melayani, kapan pun juga engkau diberi kuasa untuk memerintah dan mengelola kepemimpinan. Atau di mana pun juga engkau berada sedang melayani ,engkau punya mentalitas seorang raja.
Pertama, Greatness comes from serving, kehebatan datang pada saat kita melayani.
Sekali lagi, tidak asing. Saudara pernah dengar. Tapi apakah Anda melakukannya, itulah kuncinya.
Supporting Verse – Barangsiapa ingin menjadi besar— Yesus katakan—di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Markus 10:43-44 (TB)
“It’s not going to be that way with you. Whoever wants to be great must become a servant”. Mark 10:43-44 (MSG)
Siapa pun juga yang mau menjadi yang terbesar, terhebat, harus melayani. Jadi kehebatan datang pada saat kita melayani. Kalau Saudara mau anak-anak Saudara menjadi besar, Saudara harus terbiasa melatih anak-anak Saudara untuk melayani. Karena melayani akan membentuk kerendahan hati mereka. Ada banyak orang tua yang tidak tega untuk memaksa, mengizinkan atau menyusahkan anak-anak mereka untuk melayani. Tapi justru melalui pelayananlah, kerendahan hati akan terbentuk.
Oleh sebab itu, volunteering di gereja kita, kita sebut sebagai pelayanan. Seorang hamba Tuhan, apa pun yang dia lakukan, disebut sebagai pelayanan, karena untuk melayani orang yang memiliki kebutuhan. Sebagaimana saya katakan bahwa, kerendahan hati terbentuk pada saat kita melayani, pada saat kita latihan untuk melayani. Kerendahan hati adalah faktor pembedanya. Kerendahan hatilah yang akan membedakan kita mungkin dengan pemimpin yang lain, apabila Saudara seorang pemimpin.
Sebagai seorang pemimpin, “raja”,yang meneladankan kerendahan hati untuk melayani. Di 2 Timotius 3, saya balik semua kata-kata peringatannya: seorang pemimpin yang “mengasihi sesamanya”, pemimpin yang “suka memberi ampun”, raja yang “suka memberi ampun”, raja yang “tidak suka memburuk-burukkan nama orang lain”, raja yang “tidak suka memakai kekerasan”, raja yang “tidak kejam”, seorang pemimpin atau raja yang “menyukai kebaikan”.
Saudara dapat bayangkan dampak yang terjadi dalam kehidupan kepemimpinan seperti itu. Demikian juga sebagai seorang hamba, yang melayani dengan mental seorang raja, akan membentuk kerendahan hati kita. 2 Timotius 3 tadi juga berkata bahwa: seorang hamba yang melayani tanpa mementingkan kepentingan diri sendiri, tanpa memikirkan diri sendiri, apalagi bersifat mata duitan, atau sombong dan suka membual.
Jadi sebagai pemimpin kita wajib untuk menghadirkan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mereka yang kita pimpin untuk melayani dan melatih sikap untuk melayani. Hal ini berlaku bagi rumah tangga dan keluarga Saudara juga. Itu yang pertama. Jadi kehebatan datang pada saat kita melayani. Itu pelajaran pertama.
Kedua, prinsip yang kedua adalah, Mendahulukan dan bukan didahulukan.
Kita harus belajar untuk mendahulukan dan bukan didahulukan. Belajar mendahulukan dan tidak menuntut untuk didahulukan, tentunya adalah prioritas dari sikap seorang hamba. Seorang hamba sudah seyogianya mendahulukan dan tidak minta untuk didahulukan. Namun harus menjadi latihan yang sangat penting bagi seorang raja, seorang pemimpin. Karena seorang raja memang terbiasa untuk didahulukan dan memang sudah seharusnya didahulukan.
Jadi di dalam kehidupan kita sehari-hari, walaupun sepertinya ini adalah hal yang sepele, namun justru perilaku ini sangat penting dalam pembentukan karakter kita sebagai seorang Servant-King. Saya sering memperhatikan pada saat kumpul makan malam keluarga besar. Biasanya dimulai dari memperhatikan orang-orang tua yang juga anak-anaknya ada di situ, dan memperhatikan bagaimana hal-hal kecil ini terjadi pada saat makan.
Apa yang saya perhatikan? Seberapa jauh mereka mendahulukan yang lain. Pada saat mereka melihat makanan datang, apalagi makanan favorit mereka yang jumlah dan porsinya mungkin tidak terlalu besar, makanan yang harganya paling mahal yang ada di meja, dan saya perhatikan siapa yang rebutan, mengambil paling banyak, tanpa mempertimbangkan apakah semua yang lain sudah mendapatkan bagian. Hal kecil memang, tetapi kebenaran memberitahukan pada kita bahwa tidak mungkin kita mengharapkan hal yang besar apabila kita tidak berhasil mampu ditemukan untuk setia melakukan hal yang kecil, seperti mendahulukan orang lain di meja makan.
Bagaimana kita sebagai seorang pemimpin akan mampu mendahulukan kepentingan orang yang dipimpinnya, rela mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kepentingan orang banyak, apabila kita tidak terlatih dari hal-hal kecil dalam kehidupan kita, bukan?
Kekuatan adalah untuk melayani harus bisa dirasakan oleh orang-orang yang kita pimpin. Bukan hanya slogan yang kita ucapkan, tapi sesungguhnya kuasa yang dipercayakan pada kita harus dapat dirasakan bahwa itu menjadi keuntungan dari pada orang yang kita pimpin.
Mereka harus dapat merasakan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah mengenai dan demi mereka, yang kita pimpin. Orang kita pimpin harus bisa merasakan bahwa mereka dituntun, bukan dituntut. Mereka harus bisa merasakan bahwa hidup mereka menjadi lebih baik, karena kita membawa mereka ke tempat yang lebih baik.
Supporting Verse – Ia,– Gembala kita yang agung– menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya. Mazmur 78:72 (TB)
Jadi antara hati yang tulus dan tangan yang cakap, itu adalah dua hal yang harus bekerja sama pada waktu yang bersamaan di dalam diri seorang pemimpin.
Kita harus memiliki kepala untuk memahami orang lain, hati untuk mengasihi orang lain ,dan tangan untuk menolong orang lain – John Maxwell
Oleh sebab itu, kita harus memiliki kepala yang memikirkan kepentingan orang yang kita pimpin, hati yang mengasihi orang yang kita pimpin dengan tulus, dan kecakapan tangan kita dalam menuntun dan termasuk melatih mereka untuk melakukan hal yang harus mereka lakukan, seperti yang kita pelajari. Dalam hal ini, mendahulukan kepentingan orang lain. Orang akan melupakan apa yang Anda katakan. Tetapi mereka tidak akan pernah lupa apa yang mereka rasakan karena apa yang Anda lakukan.
Itu pelajaran yang sangat berharga. Jadi mendahulukan, bukan didahulukan. Ingat ya, kehebatan datang pada saat kita melayani. Mendahulukan, bukan didahulukan.
Ketiga, Pelajaran berikutnya, Menginspirasi, bukan mendominasi.
Tidak perlu mendominasi. Saya mengutip dari bukunya Hanna Carol yang terakhir, dia katakan bahwa hanya dibutuhkan sedikit garam dalam sebuah hidangan, untuk merasakan kehadiran dari pada garam. Malah kalau terlalu banyak garam, maka hidangan tersebut akan menjadi tidak seimbang rasanya dan tentunya tidak akan terasa lezat kalau disantap. Kita tidak membutuhkan garam satu panci untuk memberi rasa asin pada satu panci sup yang sedang kita masak. Hidup kita berguna kalau kita bisa memberi arti tanpa perlu mendominasi.
Kadang-kadang hanya dibutuhkan satu tindakan kecil untuk membuat sebuah perubahan yang besar. Suatu kebaikan kecil yang kita lakukan mungkin dapat mengubah perjalanan hidup seseorang. Bantuan kecil yang kita berikan mungkin dapat mengangkat penderitaan yang dialami oleh seseorang.
Satu nasihat kecil yang diberikan tapi tepat sasaran, dapat mengubah seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan memandang rendah hal-hal kecil yang kita lakukan. Hal-hal sederhana yang kita lakukan atau katakan mungkin akan sangat besar pengaruhnya kepada lingkungan maupun orang-orang yang ada di sekitar kita. Seringkali saya temukan ada orang-orang yang berkata, “Ah, saya hanya punya posisi yang tidak terlalu penting. Saya masih belum punya posisi yang terlalu penting untuk mempengaruhi. Saya hanya melayani, posisi dan apa yang saya kerjakan tidak signifikan.” Sekali lagi, inspirasi bisa kita lakukan di mana pun kita berada.
Bahkan, justru pada saat kita melayani, sikap kita dalam melayani, dan cara kita melayani, dan yang terbaik yang kita berikan pada saat kita melayani, dapat mempengaruhi, justru, dunia jauh besar daripada apa yang kita pikir, kita kelola. Nah, pada saat seseorang membuat kue, orang seringkali menambahkan sedikit garam ke dalam adonannya. Saya temukan pada saat kita membuat sesuatu yang didominasi oleh rasa manis—kue misalnya—dengan menambahkan sedikit garam ke dalam resepnya, justru akan membuat rasanya, rasa manis itu, menjadi jauh lebih nikmat karena rasa asin yang diberikan oleh garam justru akan meningkatkan kualitas rasa hidangan itu secara keseluruhan tanpa merubah cita rasa manis untuk menjadi asin.
Semua yang kita lakukan dan usahakan tentunya bertujuan untuk mengangkat kehidupan kita di dalam segala aspek tentunya. Seorang pelayan ingin sekali hidupnya bisa terangkat suatu hari di posisi yang lebih tinggi. Tapi alangkah baiknya, jika paralel dengan itu kita juga mengangkat kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kita. Lapangan pekerjaan yang kita bangun, produk inovatif yang kita ciptakan, lagu yang kita gubah, atau hal-hal lain yang kita hasilkan dapat memberikan kemudahan dan kebahagiaan dan kenyamanan bagi dunia di sekitar kita.
Insight atau ide-ide cemerlang yang kita berikan mungkin akan menjadi sumber inspirasi bagi orang lain untuk menghasilkan sesuatu yang akan mengangkat kehidupan mereka juga. Kebahagiaan yang kita rasakan pada saat melihat keberhasilan orang lain dengan mengetahui bahwa kita ada di baliknya adalah reward yang tiada ternilai harganya.
Jadi, menginspirasi, bukan mendominasi. Jangan pernah menganggap remeh di mana pun juga Tuhan tempatkan engkau berada—berkata, “Ah, saya hanya bekerja sebagai.. apa pun juga posisi itu.” Karena tempat itu, kepercayaan itu, posisi itu sikap engkau melayani, pada saat engkau memberikan inspirasi bisa mengubahkan kehidupan banyak orang, amin?
Pelajaran terakhir, last but not least, memberdayakan, dan bukan memanfaatkan.
Raja yang memanfaatkan sudah terbiasa dan sudah kita baca tadi tapi raja yang sungguh-sungguh memberdayakan, itu baru luar biasa.
Supporting Verse – Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. Roma 15:2 (TB)
Let each one of us make it a practice to please (make happy) his neighbor for his good and for his true welfare, to edify him [to strengthen him and build him up spiritually]. Romans 15:2 (AMP)
Dengan kata lain, jadikan kebiasaan dalam kehidupan kita untuk membahagiakan orang lain, memikirkan kepentingan orang lain, memikirkan kesejahteraan orang lain, menguatkan orang lain, membangun orang lain.
Supporting Verse – Markus 2:1-5 (TB) mencatattentang sebuah kejadian yang Saudara pasti kenal, tentang seorang lumpuh yang sembuh.Izinkan saya bacakan perikop ini bagi Saudara, ada beberapa ayat yang harus saya baca.
Supporting Verse – Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya (kepada Yesus) karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka— teman-teman si orang lumpuh— berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Markus 2:1-5 (TB)
Seperti keempat orang teman si lumpuh yang melakukan segala sesuatu untuk memberdayakan teman mereka, sehingga di ayat ke-12 dicatat bahwa :
Supporting Verse – “Dan orang itu pun bangun—si lumpuh— segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”Keempat orang itu melakukan sesuatu yang menuai pujian. Markus 2:12 (TB)
Pujian yang disampaikan adalah bahwa, “Yang begini nih, belum pernah kita lihat.”cDan pujian “Yang begini, belum pernah kita lihat” tidak akan terjadicapabila tidak ada orang yang bersedia berkorban bagi si lumpuh. Mungkin ada yang justru bukan memberdayakan tetapi memanfaatkan, bukan diangkat ke Yesus tapi diangkat ke pintu gerbang kota untuk disuruh minta sedekah. Saya ingin menutup apa yang saya bacakan tadi dan apa yang Yesus katakan di Markus 10:45 dengan mengatakan ini.
Closing Verse – Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Markus 10:45 (TB)
Yesus tidak hanya datang ke dunia untuk melayani kita, tapi bahkan memberikan nyawa-Nya untuk menebus Saudara dan Saya, mengembalikan kita kepada posisi dan panggilan kita semula untuk menjadi anak-anak-Nya. Jadi buat Anda, pemimpin, marilah kita meniru apa yang telah Yesus teladankan. Sedangkan buat setiap Anda yang sedang berada di posisi kehidupan di mana Anda selama ini merasa tidak mampu dan masih belum berdaya, bahkan merasa tidak layak, ketahuilah, bahwa Tuhan Yesus telah membayar lunas semuanya untuk Saudara dan saya.
Itu melayakkan kita semua menjadi anak-anak-Nya. Jadi di mana pun juga posisi Anda berada saat ini, jangan pernah lupa jati diri Anda yang sesungguhnya. Bahwa engkau ini adalah anak Raja di atas segala raja. Ingat, engkau adalah anak Raja di atas segala raja. Semua keempat prinsip dan pelajaran ini dapat Anda lakukan dari posisi di mana pun kehidupan Anda berada.
Jadi, izinkan saya katakan ini sebagai penutup sebelum kita berdoa. If you wear your apron well, Saudara melayani dengan baik, Saudara tidak perlu kuatir, because it’s just a matter of time, tinggal tunggu waktu, jubah dan mahkota ini akan datang dalam kehidupan Saudara. Dan Tuhan akan mempercayakan Saudara perkara-perkara yang lebih besar.
Tapi, apabila Saudara saat ini menyadari bahwa Saudara sedang memimpin, you’re wearing this robe and crown, Saudara raja yang sedang memerintah dan memimpin di mana pun engkau berada, tapi engkau menyadari bahwa engkau tidak memiliki hati seorang hamba, you’re not wearing this apron underneath.
Apa yang bisa engkau lakukan? Saudara bisa melepaskan jubah dan mahkota Saudara dan siap untuk melayani dan memakai jubah atau baju atau apron untuk melayani dengan sikap seorang hamba tanpa melupakan identitas diri Saudara, bahwa Saudara seorang anak Raja dan apabila Saudara bersedia lakukan itu, Saudara sedang membangun dasar kehidupan yang kokoh.
Sehingga, pada saat Saudara kembali mengenakan jubah dan mahkota ini, Saudara bisa mempermuliakan nama Tuhan seperti yang Tuhan inginkan. Sekali lagi, memilih untuk memakai apron itu adalah tugas kita karena Tuhan tidak bisa memaksa kita untuk melakukannya.
You and I have to choose to serve, untuk membangun humility dalam kehidupan kita. Tetapi, untuk kita kemudian di-“promote”, dinaikkan menjadi kepala dan tidak menjadi ekor, itu adalah bagian daripada apa yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita. Nah, tinggal tunggu waktu, Tuhan akan kemudian mempercayakan pada kita posisi yang lebih tinggi, tinggal tunggu waktu, Tuhan akan kemudian mempercayakan engkau menjadi seorang raja, memberikan kepada engkau posisi dan kepercayaan yang lebih besar, dan menempatkan mahkota di dalam kehidupan Saudara dan saya.
Dan ketahuilah, itu adalah keinginan Tuhan karena engkau adalah anak-anak Raja dan Dia menginginkan engkau untuk menjadi terang yang dapat dilihat oleh dunia di mana pun juga engkau berada, sehingga dunia melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. Saya berharap apa yang kita dengarkan dapat menginspirasi dan memberkati kehidupan Saudara, menolong Saudara untuk menghidupi kebenaran firman Tuhan, menjadikan engkau dipakai oleh Tuhan semakin dahsyat, efektif di mana pun juga Tuhan tempatkan engkau berada, amin?
P.S : Hi Friends! I need a favor in terms of a freelancing job opportunity, please do let me know if any of you know a freelance opportunity for a copywriter (content, social media, press release, company profile, etc). My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com, Sharing is caring so any support is very much appreciated. Thanks much and God Bless!
24 comments
order modafinil 200mg sale buy promethazine sale prednisone 20mg pills
cefdinir 300 mg us prevacid 30mg cost cheap lansoprazole
coupon for cialis guaranteed viagra overnight delivery usa buy viagra pill
buy cenforce 100mg pills order naproxen generic order generic chloroquine
where to buy micardis without a prescription buy molnupiravir 200 mg for sale movfor pills
purchase premarin generic sildenafil 100mg drug brand viagra 50mg
order omeprazole pills metoprolol tablet order metoprolol 100mg for sale
purchase latanoprost order rivastigmine 3mg order exelon pills
betahistine 16mg sale buy probalan cheap order probalan for sale
pyridostigmine 60 mg pills buy mestinon pills brand maxalt 10mg
vasotec generic doxazosin price buy lactulose for sale
order ferrous 100mg pills actonel 35mg brand betapace buy online
buy generic monograph for sale cilostazol 100mg brand buy cilostazol pills
buy prasugrel 10mg pill buy thorazine medication detrol 1mg sale
order generic dydrogesterone 10 mg order jardiance 25mg online cheap order generic jardiance
buy florinef without prescription florinef online order buy loperamide 2 mg generic
meloset 3mg cost cerazette 0.075mg oral danocrine 100mg sale
buy dipyridamole cheap purchase pravastatin sale buy pravastatin generic
generic aspirin 75 mg buy levoflox pills for sale imiquad where to buy
buy mintop generic flomax cost buy erection pills
buy precose 50mg online cheap order precose online buy generic griseofulvin
buy tadalafil 40mg generic order generic viagra 50mg pfizer viagra 50mg
ketotifen 1 mg without prescription sinequan 75mg generic order imipramine 25mg for sale
buy tricor without prescription order fenofibrate 160mg pills generic fenofibrate 200mg