Wisdom By Ps. Jeffrey Rachmat

JPCC Sutera Hall 2nd Service (6 October 2024)

Kita sudah ada di bulan Oktober, bulan yang berakhir dengan “ber” dan biasanya berjalan begitu cepat. Kita diberitahu berulang kali bahwa tujuan kehidupan adalah kedewasaan tetapi kita perlu diingatkan tentang kedewasaan. Apa yang membedakan seseorang menjadi dewasa atau tidak, karena itu bukan hanya ukuran secara fisik atau umur, tetapi kedewasaan dimulai dengan keberanian seseorang untuk mengambil tanggung jawab.

Dewasa secara rohani, bukan hanya secara umur atau fisik, dan Alkitab memberikan perbedaan yang jelas tentang hal ini.

Opening Verse – [12] Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. [13] Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. [14] Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Ibrani 5:12-14 TB

Jadi orang-orang yang dewasa adalah orang yang terlatih untuk cepat membedakan mana yang baik dan jahat, karena orang-orang ini bisa membedakan “makanan keras”, sementara sebaliknya seorang “bayi rohani” hanya bisa asal menerima saja apa yang disuguhkan dan tidak bisa memilih, sedangkan orang dewasa sebaliknya bisa memilih.

Bayi juga tidak bisa mengunyah dan hanya bisa minum susu, sedangkan orang dewasa bisa memakan makanan keras seperti steak, nasi padang atau ayam goreng dan ini termasuk kategori makanan yang tidak bisa langsung ditelan.

Kita tahu bahwa “The Joy of Eating” justru disaat kita bisa mengunyah makanan tersebut, dimana semua rasa atau “flavor” bisa kita nikmati mau itu pedas atau “juicy”. Tetapi itu tidak bisa dinikmati oleh bayi, dan sama halnya dengan orang yang dewasa secara rohani, mereka bisa menikmati makanan keras dan bukan sekedar hanya “mengenak-kan” telinga mereka saja.

Itu sebabnya kita harus belajar Firman Tuhan, dan JPCC memberikan kerangka “OIA” (Observasi-Interpretasi-Aplikasi) Firman Tuhan supaya kita bisa menjadi Pribadi yang dewasa dan mencari makanan sendiri. Menjadi seorang “Self-leader”, dan tidak mudah menganggap segala sesuatu sebagai suatu kebenaran, bukan berarti semua konten dari influencer itu selalu betul, atau jika orang yang sedang berkotbah dan punya follower jutaan itu selalu benar, bukan berarti mereka tidak selalu salah tetapi setidaknya kita punya kemampuan untuk melihat, membedakan dan tidak menelan begitu saja tanpa mengunyahnya terlebih dahulu.

Salah satu ciri khas dari JPCC dari awal adalah kita tidak pernah mengumumkan siapa yang akan berkotbah di hari minggu. Awalnya mungkin ini terjadi karena keterbatasan biaya, tetapi lama-kelamaan hal ini menjadi suatu kebiasaan yang baik dimana kita tidak bergantung kepada “orangnya”, tetapi percaya bahwa Roh Kudus bisa memakai siapa saja untuk menyampaikan FIrmanNya.

Minggu ini kita akan mulai belajar mengenai “Wisdom“.

Supporting Verse – [5] Di Gibeon itu Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: ”Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” [6] Lalu Salomo berkata: ”Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini. [7] Maka sekarang, ya Tuhan, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. [8] Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya. [9] Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” [10] Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. [11] Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: ”Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, [12] maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau. [13] Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun seperti engkau di antara raja-raja. [14] Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu.” [15] Lalu terjagalah Salomo; ternyata ia bermimpi. Sekembalinya ke Yerusalem, berdirilah ia di hadapan tabut perjanjian Tuhan, dipersembahkannya korban-korban bakaran dan korban-korban keselamatan, kemudian ia mengadakan perjamuan bagi semua pegawainya. 1 Raja-raja 3:5-15 TB

Kita tahu dari kisah diatas bahwa percakapan ini hanyalah sebuah mimpi, tetapi mengapa mimpi seseorang dituliskan dengan begitu details di Alkitab?

Karena ini bukan sembarang mimpi. Ada berapa banyak dari kita yang ingat betul dari semua mimpi kita? Mengapa Salomon meminta hati yang paham untuk menimbang perkara dan menghakimi Umat Tuhan?

Dia tahu apa yang dia mau dan tidak mau. Sedikit latar belakang dari cerita ini, pada saat raja Daud sudah tua, ada anak Daud bernama Adonia yang mencoba untuk mengkudeta bapanya sendiri. Dia tidak bisa melakukan itu dan didukung banyak orang seperti panglima pasukan tentara Israel bernama Yoab dan Imam yang ada.

Tetapi Adonia tidak didukung Tentara pengawal raja, Nabi Natan, dan para pahlawan yang menjaga Raja Daud. Mendengar bahwa Adonia menyatakan diri sebagai raja, maka Batsheeba dan Nabi Natan menghadap ke raja daud, dan segera saat itu juga Salomo diangkat sebagai raja, meskipun dia bukan anak yang umurnya lebih tua seperti Adonia, karena Salomon adalah anak perjanjian.

Supporting Verse – [6] Kemudian dipanggilnya Salomo, anaknya, dan diberinya perintah kepadanya untuk mendirikan rumah bagi Tuhan, Allah Israel, [7] kata Daud kepada Salomo: ”Anakku, aku sendiri bermaksud hendak mendirikan rumah bagi nama Tuhan, Allahku, [8] tetapi firman Tuhan datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan telah kaulakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapan-Ku. [9] Sesungguhnya, seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya. [10] Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan dialah yang akan menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Bapanya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya. [11] Maka sekarang, hai anakku, Tuhan kiranya menyertai engkau, sehingga engkau berhasil mendirikan rumah Tuhan, Allahmu, seperti yang difirmankan-Nya mengenai engkau. 1 Tawarikh 22:6-11 TB

Jaman dimana Raja Salomo memerintah, kondisi serta situasi yang ada begitu aman dan sangat berbeda dengan jaman dimana Raja Daud memerintah dengan begitu banyak perang yang ada. Salomo sendiri dalam mimpinya berkata bahwa dia masih sangat muda, 20 tahun usianya saat itu, dan dia juga belum berpengalaman untuk menggantikan Daud.

Ada sepatu yang sangat besar yang harus dia penuhi. Daud dikenal bukan hanya sebagai seorang pahlawan, tetapi Dia juga sangat dicintai oleh rakyatnya. Daud juga orang yang Jujur dan benar di hadapan Tuhan. Daud juga meninggalkan warisan yang banyak kepada Salomo agar dia bisa membangun bait Allah, karena Daud sendiri belum berhasil membangunnya di masa dan jamannya.

Supporting Verse – [5] Karena pikir Daud: ”Salomo, anakku, masih muda dan kurang berpengalaman, dan rumah yang harus didirikannya bagi Tuhan haruslah luar biasa besarnya sehingga menjadi kenamaan dan termasyhur di segala negeri; sebab itu baiklah aku mengadakan persediaan baginya!” Lalu Daud membuat sangat banyak persediaan sebelum ia mati. 1 Tawarikh 22:5 TB

Jadi bukan cuman sekedar sumber daya yang ditinggalkan, tetapi ada tekanan yang sangat besar di pundak Salomo untuk menggantikan Ayahnya. Ada juga ekspektasi yang begitu besar supaya dia sanggup untuk membangun Rumah Tuhan. Belum lagi kakaknya, Adonia, baru saja mengadakan kudeta yang juga didukung oleh banyak pihak.

Supporting Verse – [9] Sesudah itu Adonia mempersembahkan domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu Zohelet yang ada di samping En-Rogel, lalu mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; [10] tetapi nabi Natan dan Benaya dan para pahlawan dan Salomo, adiknya, tidak diundangnya. 1 Raja-raja 1:9-10 TB

Jadi, saudara bisa bayangkan Salomo yang masih muda dan belum berpengalaman dan harus menggantikan ayahnya yang punya kekayaan dan reputasi yang luar biasa, belum lagi dia harus menghadapi kesulitan dari keluarganya sendiri. Sewaktu dia menjadi raja, Salomo tidak tahu mana lawan dan kawan, mana yang bisa dipercaya dan mana yang tidak bisa dipercaya. Ditambah lagi, Adonia sendiri masih penasaran untuk menjadi raja meskipun dia sudah mengakui kekuasaan Salomo.

Ada begitu banyak hal yang mengganggu Salomo saat itu. Pada akhirnya Salomo memerintahkan untuk mengeksekusi Yoab dan Adonia, serta Iman Abyatar yang menentangnya juga segera dia pecat. Saya tidak heran kalau semuanya ini membuat Salomo jadi “overwhelm” sampai terbawa mimpi. Kita mungkin juga pernah mengalami hal itu dan sehingga dalam mimpipun dia membawa ini kepada Tuhan.

Supporting Verse – [24] Oleh sebab itu, demi Tuhan yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikan-Nya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh.” [25] Lalu raja Salomo menyerahkan hal itu kepada Benaya bin Yoyada; orang ini memancung dia sehingga mati. 1 Raja-raja 2:24-25 TB

[27] Lalu Salomo memecat Abyatar dari jabatannya sebagai imam Tuhan. Dengan demikian Salomo memenuhi firman Tuhan yang telah dikatakan-Nya di Silo mengenai keluarga Eli. 1 Raja-raja 2:27 TB

Meskipun secara teori Salomo sudah tahu banyak karena sudah dipersiapkan oleh Raja Daud sebelumnya, tetapi saya yakin saat Salomo memegang tahtanya, ada banyak yang harus dihadapi dan tidak seperti teori.

Saya sebelum menikah membaca begitu banyak buku tentang pernikahan, dan berpikir disaat saya menikah, saya sudah cukup diperlengkapi dan tahu banyak teori, tetapi setelah menikah akhirnya saya kelabakan juga. Begitu juga dalam bisnis, meskipun sudah ada gelar dan sarjana yang begitu tinggi tetapi kelabakan juga disaat menghadapi realita yang ada, seperti dalam menghadapi kompetitor atau pegawai yang ada. Begitu juga bagi yang masih sekolah, kita mungkin merasa sudah belajar dan siap, tetapi begitu saat ujian jika yang ditanyakan tidak sesuai dengan yang kita pelajari, maka kita akan menjadi kelabakan juga.

Bukan berarti teori tidak penting, tetapi hikmat bicara tentang Aplikasi dan bagaimana serta kapan kita bisa mengaplikasikan teori yang ada, sehingga bisa menghasilkan buah yang baik dan maksimal. Salomo meski belum berpengalaman tetapi cukup dewasa dalam sikapnya, dimana dia tidak meminta untuk dirinya sendiri, tetapi lebih memikirkan kepentingan rakyatnya.

Daud juga sudah tidak ada dan meskipun orang-orang Daud masih hidup, tetapi mereka hidup di jaman yang aman dan sangat berbeda dari Jaman Salomo. Itu sebabnya Salomo perlu hikmat Tuhan, hati yang paham untuk menimbang perkara, dan yang dia minta adalah hikmat Tuhan dan bukan hikmat manusia, hikmat yang mengandalkan hati dan bukan pikiran saja.

Sebelum saya mempersiapkan ini, saya menemukan short reel IG Story dari Jack Ma, dia bilang bahwa orang pintar tahu apa yang mereka inginkan, sementara orang bijak tahu apa yang mereka tidak inginkan.

Jack Ma juga mengatakan bahwa “Saya tahu banyak orang pintar yang susah diurus, dan katanya lebih mudah berurusan dengan orang bodoh”. Tetapi menurut saya, Kita butuh lebih banyak orang bijak. Kalau kita adalah pemimpin yang cerdas, ketahuilah bahwa mesin akan selalu lebih cerdas dari kita, mesin punya “chip”, tetapi mesin tidak punya hati dan tidak akan pernah bisa menjadi lebih bijak. Orang pintar menggunakan otak tetapi orang bijak menggunakan hati.

Kita harus belajar menjadi bijak, belajar berkata “tidak”, dan mengetahui apa yang tidak kita inginkan.

Supporting Verse – [5] Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Amsal 3:5 TB

Hikmat adalah Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan atau (pikiran) dengan pengertian atau (hati). Hikmat adalah Kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Dari mimpinya Salomo, Tuhan juga memberikan lebih dari apa yang dia doakan. Tuhan selalu memberikan lebih daripada apa yang kita minta dan doakan.

Supporting Verse – [20] Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, Efesus 3:20

Menariknya, disaat saya melakukan “OIA” atas kisah Salomo ini, saya juga teringat akan kisah Amsal, yang merupakan kesaksian Salomo atas hikmat yang sudah dia terima ini.

Supporting Verse – [1] Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel, [2] untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna, [3] untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, [4] untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda – [5] baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan – [6] untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. [7] Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Amsal 1:1-7 TB

Seolah-olah dia bersaksi bahwa Hikmat Tuhan yang dia terima mendidik dia dan menjadikan dia pandai, sehingga dia menjadi tahu akan kebenaran, keadilan dan kejujuran, memberikan kecerdasan dan kebijaksanaan disaat dia masih muda dan tidak berpengalaman.

Pertanyaannya sekarang, mengapa kita membahas tentang Hikmat?

Kita membahas hikmat karena Tuhan mau sebagai umatnya, kita dikenal sebagai orang yang bijaksana.

Yesus berulang kali memberikan perumpamaan tentang orang yang bijaksana dan orang yang bodoh. Ada 5 gadis yang bodoh dan bijaksana, dan Tuhan tentu mau agar kita hidup sebagai gadis yang bijaksana.

Supporting Verse – [24] ”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. [25] Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Matius 7:24-25 TB

[1] ”Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. [2] Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. [3] Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, [4] sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. [5] Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. [6] Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! [7] Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. [8] Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. [9] Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. [10] Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. [11] Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! [12] Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. [13] Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Matius 25:1-13 TB

[5] Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh Tuhan, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. [6] Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. [7] Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Ulangan 4:5-7 TB

Tuhan mau kita dikenal sebagai umat yang bijaksana dan berakal budi karena kita dekat dengan Tuhan, bukan agar kita menjadi sombong, angkuh atau tinggi hati karena kebijaksanaan kita, tetapi agar kita menjadi kesaksian bagi orang yang belum mengenal Tuhan.

Closing Verse – [23] Beginilah firman Tuhan: ”Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, [24] tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Tuhan.” Yeremia 9:23-24 TB

Jadi kalau engkau bijak, kuat, atau kaya, jangan bermegah akan semua hal itu, tetapi bermegahlah karena kita kenal, dekat dan memahami Tuhan. Sumber kita bukan hikmat dari dunia atau kehebatan atau karena kepandaian kita, karena ingat bahwa mesin bisa lebih pandai dari kita, tetapi hati yang penuh Roh Kudus adalah hati yang bijak dan mengenal siapa Tuhan kita.

Jadi bagaimana kita bawa ini dalam keseharian hidup kita?

Pertama, Kita perlu sadar dan mengakui keterbatasan diri kita.

Kedua, Kita perlu hidup dalam pengenalan akan Tuhan akan Tuhan dan selalu dekat dengan Tuhan dalam keseharian hidup kita. Kita perlu mengisi otak kita dengan pengetahuan dan mempersilahkan Tuhan mengisi hati kita dengan Roh Kudus.

We need to fill our brains with knowledge and let God fill our hearts with the Holy Spirit.

Kita perlu Hikmat Tuhan dalam menghadapi keseharian kehidupan dan tantangan dunia, bukan hikmat dunia tetapi ini hanya bisa kita dapatkan kalau hati kita penuh dengan Roh Kudus.

Makanya Yesus katakan bahwa adalah lebih berguna padamu jika Aku pergi.

Closing Verse – [7] Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Yohanes 16:7 TB

Roh Kudus akan mendampingi dan memberitahu apa yang harus kita katakan, jawab, dan lain sebagainya. Tahukah saudara bahwa tidak semua dijelaskan secara details di Alkitab dan itu sebabnya kita perlu Roh Kudus dalam menolong dan memberikan petunjuk kepada pikiran kita dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

Mungkin pada saat itu ada banyak buku dari Daud akan bagaimana menjadi pemimpin yang baik dari pengalaman Daud sebagai seorang Raja, tetapi di jaman salomo, disaat mereka membacanya semua itu menjadi teori karena mereka berada di jaman yang berbeda, dengan musim yang berbeda.

Makanya Salomo bilang bahwa dia perlu Hikmat Tuhan dalam keseharian hidupnya. I need God to guide every steps of the way.

P.S – I am currently looking and open for a “Freelancer Copywriting Work”. You can see some of my portfolio in the freelancing tab above, or feel free to contact me at @vmoniaga (Instagram) or vconly@gmail.com Thanks much and God Bless!