The Living Word By Rev. Dr. A. R. Bernard

JPCC Online Service (29 September 2024)

Puji Tuhan dan selamat pagi JPCC! Begitu senang bisa bersama dengan saudara lagi. Ijinkan saya memulai dengan mengungkapkan rasa hormat saya yang mendalam kepada Pemimpin saudara, Ps. Jeffrey dan istrinya yang luar biasa. Sejak saya disini bulan november tahun lalu, ada beberapa perkembangan seperti misalnya di minggu depan, saya akan merayakan ulang tahun hari pernikahan ke-52 dengan istri saya.

Kemanapun saya pergi, saya selalu mengungkapkan hari itu karena kita perlu menunjukkan keberlangsungan kehidupan pernikahan yang lama. Terutama pada masa kehidupan pernikahan berada di dalam serangan akhir-akhir ini secara global. Pernikahan masih bisa bekerja, selama suami mau berkata “Iya, Sayang”. Di bulan Desember, kami juga akan menyambut cucu ke-27 di keluarga besar kami. Dan di bulan Juli tahun ini, kami juga baru saja menyambut cicit kami yang pertama di keluarga besar kami. Jadi, saya akan selalu punya jemaat, apapun yang terjadi. Salam juga dari istri saya, Karen. Dia sekarang tidak bisa bepergian karena tantangan kesehatan tetapi dia menyampaikan kasih, apreasiasi atas penerimaan yang dia terima beberapa waktu yang lalu disaat berkunjung ke Indonesia.

Jadi, saya mau memanfaatkan waktu ini dengan maksimal. Judul kotbah saya hari ini adalah “The Living Word“, atau Firman yang hidup. Saya suka buku Alkitab fisik ini karena Alkitab ini membuat saya tetap nyambung dengan kemajuan teknologi, tetapi saya juga punya 32 terjemahan Alkitab melalui aplikasi di HP saya.

Alkitab fisik sebagai bentuk yang ada wujudnya seperti statis, tetapi Firman Tuhan yang ada di dalamnya tidak diam atau statis, tetapi dinamis. Kita akan mengeksplorasi dinamika daripada Firman yang hidup itu hari ini. Kristen adalah agama terbesar di muka bumi ini, dengan estimasi 2.3 -2.4 miliar pengikut dan bagi sebagian besar umat kristen, Yesus lebih dari sekedar seorang figur sejarah saja, Dia adalah seorang sosok yang hadir di jaman ini dan masih hidup, secara aktif terlibat dan masih bekerja dalam keseharian hidup kita setelah Dia mengutus muridNya untuk memuridkan dan menjangkau dunia.

Opening Verse – Then the disciples went out and preached everywhere, and the Lord worked with them and confirmed his word by the signs that accompanied it. Mark 16:20 NIV

Jadi, Kehadiran Yesus sangatlah hidup di tengah-tengah kita. Betul bahwa iman kita ini dibangun diatas fakta-fakta sejarah, baik itu secara tercatat di Alkitab atau diluar catatan Alkitab, yang bersaksi atas keberadaan hidupnya, masa hidupnya, dan kematiannya di dalam kehidupan umat manusia. Tetapi bukan fakta sejarah yang memberikan kekuatan kepada orang-orang kristen di jaman awal, untuk bersedia mau tersiksa dan mengalamai persekusi karena sosok Yesus ini, karena mereka percaya bahwa Yesus bangkit dari kematian dan karena Dia masih hidup, maka kita juga hidup.

Jadi disaat Yesus berkata bahwa Dia datang untuk memberikan hidup sehingga kita hidup dalam segala kelimpahan, Dia sedang berkata bahwa itu lebih daripada hanya sekedar kualitas kehidupan kita saja. Yesus juga sedang bicara tentang kehadiranNya yang hidup di dalam dan melalui hidup setiap kita.

Dalam pembicaraan Yesus dengan wanita yang ada di pinggir sumur, Dia berkata seperti ini :

Supporting Verse – ‘ “Woman,” Jesus replied, “believe me, a time is coming when you will worship the Father neither on this mountain nor in Jerusalem. ‘ John 4:21 NIV

Itulah waktunya bahwa penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa di dalam roh dan kebenaran, dan RohNya melampaui semua suku bangsa, bahasa dan budaya. Dan mempersatukan kita semua di dalam satu iman.

Supporting Verse – In the fifteenth year of the reign of Tiberius Caesar—when Pontius Pilate was governor of Judea, Herod tetrarch of Galilee, his brother Philip tetrarch of Iturea and Traconitis, and Lysanias tetrarch of Abilene— 2 during the high-priesthood of Annas and Caiaphas, the word of God came to John son of Zechariah in the wilderness. Luke 3:1-2 NIV

Firman Tuhan datang kepada Yohanes, anak Zakharia di padang gurun. Firman Tuhan datang kepada Yohanes pada saat tertentu, untuk jaman tertentu, dan untuk konteks tertentu. Bahkan disaat Yohanes Pembabtis bicara tentang Yesus, dia sedang mengutip pengalaman dia bertemu kepada Firman yang datang kepadanya di padang gurun itu.

Pertemuan dengan Firman itulah yang kemudian mengubahkan kehidupannya dan membuatnya masuk ke dalam pelayanan. Dan ini bukan pertama kali kata “Firman” itu datang ke dalam kehidupan seseorang yang dicatat di dalam Alkitab. Di perjanjian lama, kita baca bahwa Firman Tuhan juga datang kepada Abraham, Samuel, Nabi Natan, Raja Salomo, dan juga kepada para nabi-nabi lebih dari 26 kali, kita menemukan ada kejadian atau kalimat atau bahasa bahwa Firman Tuhan datang untuk waktu tertentu, konteks tertentu dan tujuan tertentu.

Supporting Verse – For the word of God is alive and active. Sharper than any double-edged sword, it penetrates even to dividing soul and spirit, joints and marrow; it judges the thoughts and attitudes of the heart. 13 Nothing in all creation is hidden from God’s sight. Everything is uncovered and laid bare before the eyes of him to whom we must give account. Hebrews 4:12-13 NIV

Saya ingin memberikan beberapa usulan 4 pernyataan tentang Firman Tuhan.

Pertama, Firman itu Dinamis dan tidak Statis (Dynamic, not Static).

Artinya Firman Tuhan itu secara aktif bekerja di dalam keseharian hidup kita, berinteraksi dengan siapapun yang membacanya, berbicara secara langsung dengan situasi yang sedang dihadapi, tantangan yang ada, dan juga kebutuhan yang seseorang hadapi dengan cara yang relevan dan dahsyat.

Kedua, Firman Tuhan juga menerobos dan menembus, serta menolong kita untuk membedakan. (Penetrating & Discerning).

Bukan hanya dinamis, tetapi juga menembus, dan selalu menembus batas dari inti diri kita yang sesungguhnya, membedakan pikiran kita yang paling dalam, intensi kita, perasaan kita, kerinduan kita, mengungkapkan kebenaran tentang diri kita sendiri yang kalau tidak, mungkin tersembunyi darin nurani diri kita sendiri.

Firman Tuhan menolong kita untuk mengenali diri kita atau dalam diri kita sendiri yang kalau tidak mungkin kita tidak kenali. Hal-hal yang harus kita ubah, atau terima dan kembangkan.

Ketiga, Firman Tuhan itu transformatif dan mengubahkan (Transformative).

Firman Tuhan bukan hanya memberikan informasi, tetapi juga mengubahkan atau transformatif. Firman Tuhan mempunyai kapasitas untuk menghasilkan perubahan, bukan hanya menghadirkan pengetahuan tetapi juga membangun karakter dan membuat kita Bertindak.

Keempat, Firman Tuhan itu Kekal dan Relevan (Eternal & Relevant).

Sifat Firman yang hidup itu menyatakan bahwa itu tidak terbatas oleh waktu, dan Relevan terhadap apa yang kita hadapi dalam keseharian kita. Dan ini penting karena meskipun Firman ini ditulis dan dirangkai selama dua ribu tahun lebih yang lampau, tetapi ini masih relevan sampai hari ini.

Anak-anak muda hari ini ingin tahu apakah Iman mereka masih relevan hari ini. Dan jika kita tidak mengerti dan memahami sifat kekekalan dari apa yang dicatat di Firman Tuhan ini maka saudara akan berpikir bahwa Alkitab ini tidak lagi relevan dengan kehidupan kita.

Ada seorang wanita yang sama seperti yang ada di pinggir sumur yang hidup di jaman sekarang, ada seorang ahli yang suka belajar dan hidup di jaman sekarang seperti halnya Nikodemus, atau ada juga seorang aparat keamanan, dan juga berbagai macam orang yang hidup di dalam area kehidupan yang sama di jaman ini sebagaimana yang sudah dicatat sebelumnya di Alkitab.

Budaya mungkin berubah, teknologi dan umat manusia semakin maju dan berkembang, tetapi kehidupan dan sifat dasar manusia pada dasarnya tetap sama. Dan Firman Tuhan berbicara kepada keberadaan manusia itu.

Jadi, Firman Tuhan itu tidak terbatas waktu dan relevan. Artinya, Gereja Tuhan juga tidak terbatas waktu dan relevan, bukan? Tidak peduli berapa lamanya waktu berlalu dan seberapa berubahnya masyarakat, Alkitab terus selalu memberikan tuntunan, koreksi, kenyamanan, relevansi dan kebenaran yang ada. Alkitab selalu bisa dipakai dan penuh dengan otoritas, berlaku bagi semua kelompok dan segala usia.

Tantangan-nya bukan apakah Firman Tuhan bisa dipraktekkan, tetapi tantangannya adalah bagaimana kita mempraktekkan Firman Tuhan itu, bagaimana itu bisa ditunjukan dan muncul dalam keseharian hidup kita, budaya kita, bahasa kita, institusi kita, tradisi kita, di dalam semua ekspresi kita sebagai manusia, Firman itu relevan adanya.

Sharing Rev A.R Bernard – Pada tanggal 4 February 2015, itu hari terpanjang dalam hidup saya. Saya sedang berada di Singapore, dan baru saja selesai melayani di City Harvest Church. Saya melayani di akhir pekan dan di hari selasa berikutnya saya berbicara dan melayani kepada staff disana, dan di hari rabu pagi saat bersiap mengambil pesawat untuk kembali ke Amerika, kira-kira di jam 8 pagi saya mendapat telepon dari Putra saya, Jamaal.

Dia berkata “Dad, Alfonso is in Crisis”. Alfonso adalah anak sulung saya, dan anak kami yang yang paling sulung ini kami adopsi. Kalian mungkin tahu bahwa saya Dan istri punya 7 anak lelaki, dan ada yang bertanya mengapa kami punya banyak sekali anak lelaki? Jawabannya mudah, “Kami ingin punya anak perempuan”.

Saya berikan saudara beberapa menit untuk mencerna pernyataan itu. Kalau mengikuti maunya istri saya, mungkin kita bisa punya 10 anak laki-laki. Tetapi pagi hari itu, anak saya Alfonso berada dalam krisis karena dia selalu bergumul dengan penyakit asma.

Jamaal berkata kepada saya bahwa Alfonso dalam krisis dan kelihatannya dia tidak bisa selamat. Saya bertanya bagaimana dengan UGD-nya cepat dalam meresponi itu, pengobatan dan rumah sakitnya seperti apa, tetapi tiba-tiba saya mendapat informasi bahwa kita kehilangan dia.

Tentu itu sangat mengganggu saya secara mendalam dan segera saya bisa merasakan adanya jarak, jarak dalam hubungan manusia itu tidak pernah dihitung dalam bentuk kilometer tetapi dalam bentuk perasaan dan Kasih sayang. Jadi, kita bisa jaraknya jauh tetapi merasa dekat karena Kasih sayang yang dirasakan, atau kita bisa secara jasmani bisa sangat dekat tetapi perasaannya rasanya jauh.

Kasih sayangnya begitu dekat, tetapi saya merasakan bahwa jadi adanya jarak secara fisik. Dan alasan mengapa ini adalah hari terpanjang dalam hidup saya karena penerbangan saya baru jalan di jam 11.30 malam. Saya menutup telepon dari anak saya, Jamaal, dan saya harus menelpon istri saya untuk memberitahunya.

Sekali lagi, saya merasakan adanya jarak, saya tahu bagaimana saya harus memberitahu istri saya, tetapi saya tidak ada disana bersamanya untuk secara fisik memberikan penghiburan. Saya menelpon istri saya dan memberitahunya, dan dia memberikan tangisan yang begitu mendalam, yang hanya dipahami oleh seorang wanita yang pernah mengandung seorang bayi, bersusah payah melahirkan seorang bayi, dan hanya seseorang yang pernah mengalami pengalaman seperti yang bisa mengeluarkan tangisan yang mendalam.

Saya mencoba berusaha semampu mungkin memberikan kata-kata yang tepat untuk hadir bersama dengan dia. Saya harus kembali ke hotel dan menunggu penerbangan saya dan itu adalah hari terpanjang dalam hidup saya. Dan jadi hari terpanjang kemudian berubah menjadi penerbangan terpanjang dalam hidup saya.

Sampai saatnya saya tiba di Amerika, sudah tiba saatnya untuk mengatur penguburan. Jadi saya tidak ada disana secara jasmani untuk menghibur, menjadi sosok yang kuat bagi keluarga saya. Dia punya 3 putera dan 1 orang puteri, dan menantu perempuan kami mengambil keputusan untuk pindah kota dan memulai hidup yang baru dalam konteks agama yang baru.

Dia membawa cucu perempuan kami bersamanya, sementara 3 anak lelakinya memutuskan untuk tinggal karena tidak ingin ikut ibunya memasuki kehidupan yang baru.

Dan mereka bertanya pertanyaan yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, seperti apa yang akan mereka lakukan, akan menjadi apa mereka, dan siapa yang akan merawat mereka selanjutnya, karena keluarga kami begitu dekat. Walaupun kami dekat namun karena kondisi yang penuh keputus-asaan, anak-anak ini mengalami kebingungan.

Di dalam satu setengah tahun, mereka bukan kehilangan satu orang tua, tetapi keduanya. Dan ini sangat membuat istri saya berputusa asa karena anak sulung kami ini adalah anak mukjizat, kami mencoba selama 3 tahun setelah menikah untuk punya anak.

Kami akhirnya mengenal Tuhan dan memutuskan untuk melayaniNya. Istri saya berdoa, dan anak sulung ini menjadi anak mukjizat tersebut. Jadi istri saya dan anak sulung ini menjadi begitu dekat, mereka seringkali punya masalah bersama dan saling membela satu sama lain. Mereka punya dunia mereka sendiri, jadi ada robekan hati yang sangat mendalam saat dia kehilangan anak sulung kami.

Dan tahun 2016, karena anak-anak kami sudah keluar semua, Kami pindah rumah dan untuk pertama kalinya kami punya kamar untuk tamu karen tidak ada lagi anak-anak yang tinggal disana. Tetapi berapa sering Tuhan sudah siapkan sesuatu untuk hal-hal yang tidak pernah kita ketahui.

Karena kami sedang dipersiapkan untuk membesarkan anak laki-laki lagi, 3 anak dari putra sulung kami, Alfonso, 3 cucu kami itu tinggal bersama dengan kami. Satu berusia 16 tahun, 19 tahun dan 20 tahun, dan mereka semua dalam keadaan trauma yang mendalam. Secara mental, rohani dan emotional mereka hancur, untuk mengalami kehilangan yang mendalam seperti ini.

Saya dan istri saya tahu bahwa akan memerlukan waktu untuk membawa mereka mengalami pemulihan dari kehilangan yang begitu mendalam. Dan yang kami punya hanyalah Firman Tuhan. Saya bukan seorang terapis, bahkan ada yang bilang bahwa saya butuh terapis. Tetapi kami punya Firman Tuhan.

Tetapi tidak bisa tertulis di halaman secara statis, harus menjadi Firman yang hidup dan dinamis. Harus menjadi Firman yang hidup dan ada di depan mereka, tertampil dan seperti melihat diri mereka di dalam cermin. Saya tidak menyadari betapa traumatisnya mereka.

Hidup bersama dengan kami merupakan cara hidup dan budaya baru sebagaimana saya dan istri menjalani kehidupan rumah tanggal kami. Saya ingat suatu hari kami mendengar suara kencang di salah satu kamar diatas. Saya mencari tahu apa yang terjadi dan rupanya kedua kakak beradik yang paling tua ini sedang berkelahi, dan saya melihat ada lubang yang sangat besar di salah satu dinding atau pintu kamar dan saya cukup yakin itu adalah bekas tendangan kaki.

Dan saya turun, mereka tahu bahwa mereka harus berhenti. Saya ajak mereka duduk dan saling berbicara. Saya katakan, Mari hadapi yang jelas dulu, pertama-tama saya akan cari tahu berapa besar harga pintu yang baru ini. Dan setelah saya tahu harganya, kalian akan tahu harus bayar balik berapa.

Dan saya katakan ke mereka bahwa kami tidak menangani hidup itu seperti ini, dan memberitahukan bahwa bukan caranya menjalankan kehidupan seperti ini tetapi pada waktu bersamaan juga memberi mereka ruang dan waktu agar mereka bisa bersedih dan berduka, kemudian memproses semua perasaan mereka bersama Tuhan.

Kami terus bekerjasama dengan mereka, mengasihi dan membapai mereka, menghidupi Firman Tuhan di hadapan mereka karena seringkali Firman itu harus bisa dilihar, disentuh dan dialami serta dirasakan. Waktu terus berlalu dan kemudian mereka menyelesaikan sekolah mereka Dan akhirnya Covid-19 tiba.

Saya akan percepat kisahnya, disaat Covid-19 datang, salah satu hal yang terjadi staff kami tidak bisa bekerja dan jadinya cucu-cucu sayalah yang membantu menggantikan mereka, mereka membantu dari sisi lighting, audio dan camera. Kita harus merekam kebaktian-kebaktian agar bisa disiarkan secara online. Dan selesai salah satu rekaman, cucu saya Justin yang bekerja di balik kamera datang ke saya dengan penuh air mata.

Jamaal ada disitu bersama dengan saya, katanya dia mengalami sebuah “momen”. Kami kembali ke kantor, justin masih menangis dan dia katakan bahwa dia mengalami momen bahwa jika ayahnya masih hidup saat ini, dia tidak akan ada disini, dia tidak akan ada di gereja dan melayani Tuhan. Tetapi bukan berarti dia memberikan alasan teologi bahwa ayahnya harus mati, melainkan ini adalah buah dari apa yang terjadi atas ayah saya.

Dia berkata bahwa selama ini dia mencoba mencari makna dari kehilangan yang mendalam ini, bahwa kemudian mencari alasan dan tujuannya. Firman Tuhan datang kepada cucu saya, Justin, menemukan dia dan berbicara kepadanya, menyingkapkan hal-hal yang ada di hatinya dan dia tidak katakan kepada orang lain bahwa dia bergumul selama ini secara diam-diam.

Tetapi tidak ada rahasia untuk Alkitab, Firman datang kepadanya dan memberikan makna dan tujuan serta pengertian atas tragedi yang tadinya dia tidak bisa pahami sebelumnya. Ini terjadi di tahun 2020. Tahun ini dia lulus dengan jurusan pastoral care dan teologi, Firman yang hidup itu dan relevan, penuh otoritas, Firman yang dinamis itu berbicara secara langsung kepada keberadaannya.

Firman Tuhan menemukan dia di masa tertentu untuk tujuan tertentu. Dia sudah lakukan perjalanan misi selama 2 kali dan baru saja kembali dari Uganda. Pada waktu Firman Tuhan menemukan Justin, Firman yang sama juga menemukan cucu saya yang lain bernama Alfonso. Dia melayani di bidang media, punya perusahaan medianya sendiri dan melakukan pekerjaan dokumenter.

Tanpa saya juga saya sadari bahwa sebagaimana dia bergumul seperti kakaknya, Firman Tuhan juga menemukan dan memberikan jawaban kepadanya, membuka dan menyingkapkan semua rasa sakit dan duka, serta berbicara kepada konteks yang ada. Dia juga ada disini bersama dengan saya hari ini. Dia dinamakan atas nama ayahnya, dan untungnya atau tidak, dia juga persis seperti ayahnya. Kemarin pagi, Kami makan pagi bersama dan kemudian pergi ke Indonesia untuk dia menceritakan kisahnya. Dia menceritakan momen dimana Firman Tuhan menemukannya.

Sharing Alfonso – Selamat Pagi semuanya. Saat itu saya menghadapi depresi dan juga bergumul dengan rasa cemas, atas kehilangan orang tuanya dan juga hubungan dengan kakaknya serta rumah mereka. Saya merasa kehilangan iman dan datang kepada titik saya berbicara kepada Tuhan :

“If you love me as much as this man says You do, You wouldn’t care if I took my life”.

Situasi ini mengharuskan saya untuk melepaskan diri saya dari semua yang ada untuk Tuhan bisa berbicara kepada saya. Dan disaat saya lakukan itu, Tuhan mengubah hidup saya sebagaimana yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya tidak lagi punya pikiran mau bunuh diri atau rasa semua yang tadi saya alami.

Tetapi sewaktu saya melakukan itu, saya harus turun dan berlutut di hadapan Tuhan. Saya memohon kepada Tuhan, “Tolong dan nyatakan dirimu, Tuhan”. Dan disini saya ingin menceritakan kepada kalian bahwa jika kalau ada saudara disini yang sedang bergumul dengan depresi, kecemasan, atau sudah diambil segala-galanya dari hidup saudara, Tuhan ada dengan cara yang tidak pernah bisa kita bayangkan sebelumnya.

Saudara lihat pribadi yang luar biasa yang daripadanya saya belajar segala sesuatu (menunjuk kepada Rev. Dr. A.R Bernard), tetapi jika saudara tidak lakukan bagian saudara dan tidak berbicara kepada Tuhan secara sendiri, maka tidak ada yang bisa menolong saudara untuk melakukan apa yang seharusnya saudara lakukan.

Hubungan kami sekarang luar biasa, tidak terjadi dari awal tetapi kemudian membuat saya menyadari bahwa terlepas dari semua yang sudah diambil dari hidupku, masih banyak ada begitu banyak yang Tuhan sediakan. Tuhan yang memberitahukan bahwa Dia ingin saya mengubah dunia dan bagian saya adalah “Film”.

Jadi tidak peduli di dunia sekuler atau gereja, tugas saya adalah mengambil talenta, karunia dan kemampuan saya, dan betul-betul melihat Tuhan, yang mengundang saya dan mengatakan “HambaKu yang setia, masuklah dalam KerajaanKu”. Saudara tidak akan habiskan talenta dan waktu saudara, tetapi saudara bisa berbuah dan ikut menyelamatkan dunia ini.

Sharing Rev A.R. Bernard – Dia katakan bahwa hubungan saya dulu tidak begitu baik, tetapi itu karena saat itu dia sedang marah kepada Tuhan, dan saya mungkin adalah pribadi yang paling dekat dengan Tuhan yang dia kenal. Dan saya harus bisa mengerti, memahami dan menghargai perjalanannya dan menjadi Firman yang hidup bagi hidupnya.

Firman Tuhan datang kepada saudara, Firman yang hidup dan Dia akan berbicara dalam konteks dan situasi yang ada tetapi tujuannya bukan hanya untuk saudara, tetapi tujuannya adalah supaya Dia bisa memakai saudara untuk menjadi Firman yang hidup bagi orang lain.

P.S – I am currently looking and open for a “Freelancer Copywriting Work”. You can see some of my portfolio in the freelancing tab above, or feel free to contact me at @vmoniaga (Instagram). Thanks much and God Bless!

Also,If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes