Leadership Seminar By Rev. Dr. A.R Bernard

Senang bisa berjumpa lagi dengan kalian semua disini. Banyak sekali hal-hal baru yang terjadi dalam hidup saya baik di dalam pelayanan dan juga keluarga saya. Kamis depan, saya akan merayakan hari pernikahan ke-52 dengan istri saya. Di bulan December, kami juga akan menyambut cucu ke-27 di keluarga besar kami. Dan di bulan lalu kami juga baru saja menyambut cicit pertama di keluarga besar kami. Jadi sudah ada 4 Generasi di keluarga besar kami, dan sebuah perusahaan yang cukup aneh tetapi sungguh luar biasa.

Saya juga ditemani dengan anak saya, Jamaal Bernard, dimana saya sungguh merasa bangga dengan pertumbuhan dan kedewasaan dia, Dan di tahun depan, 19 September 2025, Kami akan melakukan acara pentahbisan untuk Jamaal menjadi Lead Pastor di gereja kami, Christian Cultural Center.

Pesan dari Ps. Jamaal – It’s great to be here, been amazing to come back and forth to Indonesia. Seeing the ministry grow and thrive under a world shattering event like COVID-19. Opening a new campus, I am so proud of you and once again, I want to thank you again to Ps. Jeffrey for inviting us here. One of the thing that I learned from my father, I saw him mentored and fathered many individuals but on the other side, I also observe individuals that my father mentored and how they really respected and valued their relationship. So, thank you once again for respecting and valuing our relationship.

Di New York City, tempat saya tinggal, saat ini kami sedang mengalami krisis kepemimpinan. Semalam saya berdiskusi via telepon dengan beberapa pihak dari kepemerintahan di Washington, DC. Kami membutuhkan support dan dukungan doa karena walikota kami sedang menghadapi suatu dakwaan yang cukup serius. Sunggu saat yang menyedihkan dimana pemimpin kita bisa berada dalam situasi krisis yang seperti ini.

Ps. Jeffrey yang saya kasihi dan begitu apresiasi, an amazing Man of God, selama dua dekade terakhir dia tidak mengambil saran saya (advice). Tetapi dia mengambil nasihat saya (counsel). Dan ini perbedaannya, disaat kita share sebuah informasi dengan seseorang, dan disaat mereka bertindak dari itu maka itu menjadi sebuah nasihat atau counsel. Tetapi jika mereka tidak bertidak dari itu, maka itu hanya akan menjadi sebuah saran atau advice.

When you share information with someone and they act on it, it becomes counsel, but when they do not act on it, it becomes advice.

Dan kami banyak memberikan saran atau advice kepada banyak orang yang tidak mengubah saran itu menjadi sebuah nasihat atau counsel. Disaat saran itu berubah menjadi sebuah nasihat maka itu artinya kita telah melakukan tindakan atas itu. Dan selama dua dekade terakhir, kami berada dalam sebuah hubungan dimana Ps. Jeffrey mengambil saran itu dan mengubahnya menjadi sebuah nasihat.

Dan disaat saya bisa melihat buat dari tindakan atas nasihat yang sudah diberikan dalam hidupnya, keluarganya dan juga di dalam pelayanannya, dan juga melihat dia dalam fase transisi ke hal lainnya, dan juga melihat adanya pemimpin baru yang muncul keluar, itu sungguh membuat saya bangga karena dia menunjukkan model kepempimpinan yang sesungguhnya.

Saya banyak bekerja dengan Pastor yang sedang melakukan transisi dan kebanyakan permasalahannya adalah mereka menjadi begitu identik dengan pelayanan yang mereka lakukan. Jadi disaat mereka mau meninggalkan pelayanan itu, mereka menjadi mengalami sebuah krisis identitas karena mereka tidak tahu siapa diri mereka diluar pelayanan yang mereka lakukan. Dan sebagai pemimpin, penting untuk mempunyai sebuah identitas diluar pelayanan yang kita lakukan.

Saya banyak membantu pemimpin melewati fase ini, dan sayangnya banyak pemimpin tidak siap melalui fase ini. Tetapi disaat melihat Ps. Jeffrey, saya bisa melihat bahwa dia sangat diperlengkapi dengan baik untuk membagikan dirinya kepada orang lain di fase ini. Hari ini, dia dan saya menjadi penganjur atau advocate dalam knowledge, wisdom, understanding, relationship-building, influence yang sudah terakumulasi melalui waktu yang panjang. Jadi ini adalah waktu yang begitu “kaya” untuk kami karena kami punya begitu banyak untuk dibagikan menjadi para pemimpin baru dan generasi berikutnya.

Jadi saya ingin mendorong para pemimpin untuk mengerti apa yang saya baru katakan agar bisa terinspirasi, daripada hanya menganggap dirinya hanya sebagai seorang yang sekedar mengikuti arahan pemimpin tanpa mengerti apapun. Ini adalah tahun terbaik dari kehidupan kami, saya juga mau mengingatkan agar berhati-hatilah dengan apa yang kita doakan karena disaat saya berusia 50 tahun, saya berdoa agar di tahun-tahun terakhir saya, itu bisa menjadi fase paling termulia dalam hidup saya (Gloriest years).

Dan saya jauh lebih sibuk sekarang daripada sebelumnya. Baik dalam hidup dan pelayanan saya, bedanya karena pengalaman saya yang sudah terakumulasi selama bertahun-tahun lamanya, saya bisa meresponi segala situasi jauh lebih cepat daripada saya yang dulu. Karena saya bisa menilai sebuah situasi, mengambil informasi, dan memprosesnya dengan cepat dan datang dengan sebuah keputusan akhir yang sah.

Firman Tuhan tetap sama tetapi kita berubah, dan disaat kita berubah melalui pengalaman hidup, dan disaat kita kembali ke Firman Tuhan itu, meski mungkin terlihat berbeda tetapi itu tetaplah sama. Jadi kepepimpinan adalah tentang belajar, bertumbuh, dan memberikan bantuan dan berkontribusi.

Leadership is about learning, growing, giving back and contribute.

Dan ini penting, karena kepemimpinan bukan sekedar kita berkontribusi saja, tentu tidak! Kalau kita tidak belajar dan bertumbuh di dalam proses kepemimpinan kita, maka ada sesuatu yang salah. Karena kepemimpinan seharusnya meminta sesuatu kepada kita, spiritually, intellectualy, emotionally, physically and thoroughly.

Warisan atau Legacy adalah permadani dari sebuah waktu dan pengaruh. Warisan bukanlah tabrakan dari sebuah masa lalu dan masa depan, tetapi suatu kolaborasi antara kesuksesan kita di masa lalu dan suatu kemungkinan di masa depan kita.

Succesion (suksesi) dan transisi adalah tempat dimana warisan (legacy) dan takdir (destiny) bertemu dan berkolaborasi. Seringkali ini berupa sebuah tabrakan.

We live life on levels, we arrive in stages and we experience life in seasons. Kita menjalani kehidupan dalam sebuah tingkatan-tingkatan, kita tiba dalam sebuah tahapan-tahapan dan kita mengalami kehidupan dalam musim-musim yang ada.

Hal ini juga berlaku di dalam sebuah kepemimpinan. Leadership is a call to bring our gift, talent, ability, and experiences to bear on a particular goal, mission, project and in the process, as a leader, we are learning, growing and contributing.

Saya seringkali memposisikan saya sebagai seorang pengajar tetapi selalu memposisikan menjadi seorang pelajari. Saya seorang pelajar dalam kehidupan, kasih, kegagalan, tantangan, harapan, ketakutan, kecemasan dan sukacita. Saya mau terus belajar semua hal ini yang menjadi pengalaman kita sebagai seorang manusia.

Leadership is a high calling, especially in the context of spirituality. Leaders take people in definite direction. Pemimpin mengambil seseorang di dalam sebuah tujuan yang jelas. Artinya, seorang pemimpin harus tahu mau bergerak dan berjalan menuju apa, karena tentu susah untuk mengikuti mobil yang sedang parkir, bukan?

Leaders teach people how to adapt quickly to change, and change is the only constant in life. It’s the essence of maturation, learning, growing and contributing.

Berkontribusi adalah memberi kembali (giving back). Membuat Dunia menjadi tempat yang lebih baik. Kita mempunyai tanggung jawab dari Tuhan untuk membuat perubahan dan menjadikan Dunia ini lebih baik dari sebelumnya.

Saat saya semakin dewasa seiring berjalannya waktu, Saya telah tumbuh di luar kebiasaan yang diperkenalkan oleh perkenalan saya dengan gereja dan agama Kristen sebelumnya. Karena disaat kita lahir baru dan menerima Kristus, biasanya kita mendapatkan sebuah kerangka teologi, dan biasanya kita bertumbuh dari kerangka itu dan belajar untuk mempertahankannya.

Kita tidak menyadari bahwa sebenarnya kita sedang mempertahankan konsep ideologis yang terbatas. Tetapi sebenarnya yang seharusnya kita lakukan adalah merangkul fondasi itu dan terus mengeksplorasi untuk terus belajar dan bertumbuh.

It’s not that I am so smart, I am just amazingly curious – Albert Einstein

Rasa ingin tahu adalah dasar untuk memecahkan masalah. Ps. Jamaal dan saya suka berdiskusi akan hal-hal yang sedang kita baca dan pelajari, dan dia sering mengalami frustrasi disaat mengalami kebuntuan yang datang berulang kali. Saya selalu katakan, “Good! Because that is where you learn”.

Kita belajar cara untuk bepergian atau travel disaat sedang tersesat dan menemukan jalan kembali. Hal yang sama juga berlaku di dalam hidup. Firman Tuhan juga secara konsisten mengatakan hal yang sama, Salah satunya melalui Kisah Rasul Paulus.

Opening Verse – [8] Three times I pleaded with the Lord to take it away from me. [9] But he said to me, “My grace is sufficient for you, for my power is made perfect in weakness.” Therefore I will boast all the more gladly about my weaknesses, so that Christ’s power may rest on me. 2 Corinthians 12:8-9 NIV

Tuhan katakan bahwa Dia tidak akan memindahkan atau menyembuhkan pencobaan atau penyakit yang dialami oleh Rasul Paulus, tetapi Tuhan akan memberikan Kasih Karunia kepadanya untuk bisa melalui pencobaan itu, karena disinilah kita bisa belajar dan berkontribusi. Leadership is a noble calling in every essence, even in the ministry and family.

Supporting Verse – [33] These things I have spoken to you, that in Me you may have peace. In the world you will have tribulation; but be of good cheer, I have overcome the world.” John 16:33 NKJV

Disaat Nehemia mengumpulkan sebuah pasukan untuk membangun kembali tembok, ada sebuah ilustrasi yang baik dimana ada pedang dan sekop di kedua tangan yang ada. Sekop untuk membangun dan pedang untuk mempertahankan pasukan lawan yang ingin menghancurkan tembok tersebut. Bukanlah ini metafora di dalam kehidupan?

Life is both Threat and Promise.

Badai dan pencobaan, kita membangun tetapi setelah itu kita juga harus melindungi dan mempertahankan disaat membangunnya. Satu-satunya alasan mengapa ada ancaman adalah karena adanya suatu janji atau promise disana.

Karena ada suatu kekuatan jahat yang tidak menginginkan kita untuk merasakan Janji Kehidupan. Secara Alkitabiah, ada 8800 Janji Tuhan yang diberikan kepada kita dan bisa kita temukan di Alkitab. Life is both Threat and Promise and the reason there is a threat because there is a promise.

Jadi kita harus menyesuaikan cara kita memandang dan mendekati hidup. Ada orang-orang yang mengutuk Tuhan karena adanya duri di dalam sebuah bunga mawar. Tetapi ada juga orang-orang yang bersyukur kepada Tuhan karena karena adanya bunga mawar di sebuah duri. Ini semua tergantung bagaimana kita memandang dan mendekati hal itu, positif atau negatif. Saya bersyukur pada mawar itu meski berduri.

Life is both Threat and Promise. Jadi disaat ada Janji Tuhan, maka pasti ada juga suatu ancaman di sana. Jadi, janganlah kaget disaat ancaman muncul disaat kita mau merangkul JanjiNya Tuhan, karena itu datang dengan wilayahnya secara otomatis.

Supporting Verse – [21] I find then a law, that evil is present with me, the one who wills to do good. Romans 7:21 NKJV

Life is both Opportunity with Opposition.

Saya tahu tentu kita akan menyukai hidup yang penuh dengan berbagai peluang tanpa adanya lawan, tetapi hidup tidak bekerja seperti itu. Kita tidak bisa menjalani kehidupan sesuai keinginan kita, karena kita harus menjalani kehidupan sebagaimana adanya.

Jadi, hidup adalah tentang ancaman sekaligus janji, namun juga tentang peluang dengan lawan yang ada. Jadi disaat ada peluang, maka sudah pasti akan ada juga seorang lawan. Oleh karena itu, kita tidak perlu panik dan stress ketika oposisi muncul, we should expect it! Kita seharusnya mengerti disaat sebuah peluang datang, kita juga harus siap menghadapi oposisi yang ada. Sebaliknya disaat oposisi ada, maka tentu ada peluang juga disana.

Disaat saya masih belajar di sekolah dasar atau SD, Amazon adalah sebuah tempat di hutan Amerika Selatan. Saat ini, Amazon memiliki arti baru. Karena seseorang berhasil melihat peluang atau opportunity. Jadi, mari kita ciptakan ancaman atau threat, seperti disaat semuanya ditutup selama COVID-19 tetapi tiba-tiba, sama seperti disaat kita mengendarai mobil dengan sangat cepat dan diibaratkan dengan bunyi “zoom”, tetapi di saat pandemi “zoom” memiliki arti yang berbeda, bukan? Seseorang berhasil menemukan peluang dan menciptakan platform untuk pertemuan secara virtual dan daring. Doordash, UberEATS, berapa banyak bisnis baru yang diluncurkan selama COVID-19?

Sharing Rev A.R Bernard – Disaat tahun 1996, ada seorang pria yang memiliki kompleks senilai 1 miliar dolar dengan 15 hektar tanah kosong yang belum dikembangkan. Dia datang dan mencari saya, dia mengatakan bahwa dia mempunyai proyek pembangunan perumahan senilai 1 miliar dolar dan dia membutuhkan saya untuk membangun gereja dalam proyek pembangunannya ini.

Dikatakannya karena menurut dia, Gereja adalah jangkar bagi masyarakat, pusat penting, pedoman moral dan dukungan sosial untuk menjaga masa depan proyek pembangunan properti perumahannya ini. Respon saya “Wow!”, karena saat itu memang kami membutuhkan ruangan atau space, kami saat itu setiap hari minggu melakukan 5 service gereja dan merasakan adanya keterbatasan dari sisi ruangan untuk mengakomodir jemaat yang ada.

Saya bersyukur dan dalam hati mengatakan “Thank you Jesus! Dia akan mendonasikan sebuah properti untuk kita membangun gereja yang baru”, tetapi setelahnya dia katakan bahwa dia akan menjualnya dengan begitu murah untuk saya.

Jadi kami membeli 3 hektar tanah seharga 3 juta dolar. Tidak lama dari itu kami juga membeli 4 setengah hektar lagi seharga 3 setengah juta dolar yang sekarang jumlahnya bernilai 60 juta dolar. Selanjutnya kami membangun pembangunan 9 gedung yang setelah selesai akan dinilai sebesar 1.2 miliar dollar.

Dan saya ingat bahwa disaat kami mau berinvestasi disini sebelumnya, ada begitu banyak orang yang memberikan peringatan akan adanya masalah lingkungan, mereka mengatakan ada begitu banyak tantangan dan oposisi. Dan saya belajar disini bahwa disaat ada oposisi, disana juga ada sebuah peluang dan sebaliknya.

Kepemimpinan adalah sebuah peluang, peluang untuk membawa Karunia, talenta, kemampuan, pengalaman untuk belajar, bertumbuh dan berkontribusi membawa perubahan dalam hidup orang di sekeliling kita. Dan peluang untuk memimpin ini seringkali datang disaat kita merasa kita tidak siap, utamanya jika Tuhan ikut serta di dalamnya.

It takes courage to seize opportunity.

Mengapa? Karena hidup ini penuh dengan ancaman dan Janji, peluang dan oposisi. Life is both Threat and Promise, Opportunity and Opposition. Jadi, dibutuhkan sebuah keberanian untuk menangkap peluang yang ada.

Dan ada peluang-peluang yang bisa membuat saya menjadi begitu gemetar dan ragu, karena saya tahu betul akan berbagai hal dan tuntutan yang harus saya lakukan, baik itu secara mental, spiritual, emosional dan juga hubungan. Saya sadar akan tuntutan yang ada dari peluang itu, dan itu membuat saya menjadi lemah membayangkannya, tetapi sungguh itu sebuah peluang yang begitu besar dan luar biasa.

Ingatlah bahwa Tuhan berkata kepada Yosua disaat dia mau menggantikan posisi musa.

Supporting Verse – Have I not commanded you? Be strong and courageous. Do not be afraid; do not be discouraged, for the Lord your God will be with you wherever you go.” Joshua 1:9 NIV

Dalam terjemahan lain, dikatakan bahwa Tuhan berkata “Be Strong and Take Courage!”, Tuhan tidak menyediakan keberanian dan kita harus mengambilnya sendiri. Jadi, kita tidak berdoa kepada Tuhan untuk membuat kita menjadi berani. Kita yang menyediakan keberanian dan Tuhan yang akan menyediakan peluang bagi kita semua. It takes courage to seize opportunity.

Apa yang saya maksudkan dengan courage atau keberanian?

Keberanian berarti menyelaraskan pikiran, kemauan, dan emosi kita dengan tujuan kita. Dan ini dirancang oleh Tuhan untuk menjadi suatu sistem yang terintegrasi. Terlalu sering mereka saling bekerja melawan satu dengan yang lain. Karena itu Firman Tuhan dan Kerajaan Allah yang menjadi pedoman moral, nilai dan pikiran kita akan berperan sangat penting dalam memandu kita.

Jadi, keberanian artinya menyelaraskan pikiran, kemauan, dan emosi kita menuju sebuah tujuan tertentu. Pikiran kita adalah apa yang kita pikirkan. Pikiran kita begitu kuat, sementara kemauan kita akan menjadi motivasi kita untuk menentukan pilihan yang kita buat. Sedangkan emosi kita adalah perasaan dan keinginan kita. Dan ketika ketiga hal ini sejalan, Kita akan menjadi kekuatan yang kuat dan tak terhentikan dalam mencapai tujuan itu.

Jadi untuk berani atau “take courage” berarti menyelaraskan pikiran, kemauan, dan emosi kita menuju tujuan spesifik yang kita mau. Dan itulah sebabnya iblis akan selalu berusaha mengalihkan perhatian kita karena gangguan akan mengarah pada penipuan, penipuan akan mengarah pada dislokasi, dan dislokasi akan mengarah pada kehancuran.

Dan sebagai pemimpin, Kita mengajak orang-orang untuk mengikuti kita menuju tujuan tersebut, dan untuk mendukung tujuan tersebut. Dan salah satu fase terpenting dalam suatu transisi adalah menguatkan orang-orang yang ada di sekeliling kita.

Segala sesuatu yang Tuhan lakukan, Dia melakukannya sesuai dengan prinsip Alkitabiah. Jadi kapanpun Tuhan ingin mencapai sesuatu, Bisanya Dia akan mengurapi seseorang, Dia akan menanamkan visi di hati orang tersebut. Dan Individu tersebut kemudian menjadi kekuatan kreatif di balik visi tersebut. Kemudian kekuatan kreatif itu akan menarik orang-orang yang mendukung visi tersebut. Dan individu yang juga merupakan visioner dan diurapi Tuhan ini, akan membawa momentum dan DNA dari visi tersebut, dialah juga yang menjadi kunci rahasia dari sebuah umur panjang atau “longevity” suatu organisasi.

The secret of longevity is managing continuity and change.

Jadi “continutity” and “change”, kesinambungan dan perubahan, apa yang harus diubah dan apa yang akan terus dilanjutkan, ada dalam diri individu tersebut seiring mereka mengembangkan organisasi yang ada. Hingga kini nantinya akan dibutuhkan individu-individu kunci yang mewujudkan semangat visioner asli tersebut untuk memajukannya. Jadi apa yang dimulai dengan satu orang dilanjutkan dengan sebuah tim para pemimpin dan sistem serta struktur yang ada.

Ps. Jeffrey telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam menciptakan suatu sistem dan struktur, mengembangkan pemimpin yang memiliki “DNA” yang sama dan memberikan kontribusi yang sama terhadap keseluruhan jemaat dan JPCC. Itu sebabnya Tuhan memberkatinya dengan sebuah kesuksesan. Dan disinilah kalian semua berada hari ini.

It takes courage to move forward and it take courage to lead.

It takes courage to seize the moment because life is both threat and promise, its especially true if you already failed in the past.

Kegagalan dapat meninggalkan luka dalam diri kita , dan jika tidak disembuhkan maka akan menghalangi kita untuk memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada. Dan orang-orang takut gagal. Seringkali kita tidak mengambil sebuah peluang atau kesempatan karena takut gagal.

Untuk menyambut masa depan, Kita harus menghadapi penilaian atau “judgment” dari masa lalu kita. Karena jika tidak, dan perlu diingat bahwa evaluasi masa lalunya harus positif, maka kita akan menjadi tawanan masa lalu kita.

Pada kebaktian hari Minggu ketika saya berada di sini tahun lalu, saya katakan kepada anda semua bahwa tanpa adanya visi di masa depan, Anda akan selalu hidup di dalam masa lalu.

Hal dan evaluasi positif dari pengalaman masa lalu kita, terutama akan kegagalan Anda, akan memberdayakan kita untuk menerima semua kemungkinan yang ada di masa depan. A positive evaluation of your past including and especially your failure, empower you to embrace the possibility of the future.

Jadi, Kita harus bisa memahami masa lalu kita agar kita dapat sepenuhnya menerima dan menikmati kemungkinan yang ada di masa depan. Kita dapat melihat orang yang hidup di masa lalu, karena smeua yang dia katakan pasti selalu mengenai masa lalunya. Tetapi orang yang bebas dari masa lalunya akan berbicara lebih banyak tentang segala kemungkinan yang akan terjadi pada masa depannya.

Supporting Verse – The Lord said, “I have indeed seen the misery of my people in Egypt. I have heard them crying out because of their slave drivers, and I am concerned about their suffering. Exodus 3:7 NIV

Ketahuilah bahwa ini adalah kondisi yang sama 40 tahun sebelum pertemuan antara Musa dan Tuhan. Musa sebelumnya kembali ke Mesir dan dia melihat penderitaan rakyatnya. Dia berusaha melakukan sesuatu dengan menggunakan kekuatannya sendiri dan cara yang salah dan dia akhirnya menjadi seorang politikus dan buronan dari pembunuhan yang dia lakukan.

Musa setelahnya pergi keluar dan memulai hidup yang baru dengan keluarga baru, 40 tahun lamanya! Dia mencoba melupakan kegagalannya dan sekarang Tuhan menampakkan diri kepadanya dan membawanya kembali ke masa lalu untuk menghadirkan kemungkinan yang ada dalam masa depannya.

Supporting Verse – So I have come down to rescue them from the hand of the Egyptians and to bring them up out of that land into a good and spacious land, a land flowing with milk and honey—the home of the Canaanites, Hittites, Amorites, Perizzites, Hivites and Jebusites. 9 And now the cry of the Israelites has reached me, and I have seen the way the Egyptians are oppressing them. 10 So now, go. I am sending you to Pharaoh to bring my people the Israelites out of Egypt.” Exodus 3:8-10 NIV

Artinya, Musa telah mencoba pergi sebelumnya tetapi Tuhan tidak terlibat disana. Musa mencoba melakukannya sendiri. Tetapi sekarang, Tuhan akan ikut bersama Musa. Perhatikan sekarang, bahwa peluang ini sekarang muncul. Namun hal ini juga membutuhkan keberanian dari Musa karena dia sebelumnya pernah berada dalam situasi ini.

Dan 40 tahun sebelumnya ketika Musa berada pada situasi yang sama, Musa membuat keputusan yang mulia dan gagal total. Musa melupakan masa lalu itu dan ingin melupakannya, dia mendapat keluarga baru, hubungan baru dan status baru, seluruh hidupnya berubah. Tetapi sekarang dia mendapat kunjungan dari Tuhan, Tuhan menantang dia untuk melakukan sesuatu kembali untuk rakyatnya.

Musa sekarang berhadapan dengan masa lalunya. Semuanya bergantung kepadanya, peluang besar dari kepemimpinan yang juga akan mempengaruhi masa depan rakyatnya. Semua itu akan bergantung dengan bagaimana musa menghadapi masa lalunya, dia akan menghadapi itu dengan pikiran, kemauan dan emosinya.

This is the greatest challenge that Moses had. Dan beberapa peluang dalam hidup kita juga akan begitu menantang dan menakutkan untuk kita, tetapi pertanyaannya, apakah kita mau mengambil keberanian untuk menghadapinya?

Satu hal pertama yang harus Musa hadapi adalah Fear of Failure.

Supporting Verse – Moses was educated in all the wisdom of the Egyptians and was powerful in speech and action. Acts 7:22 NIV

Karena sebelumnya Musa sudah mengalami kegagalan, meskipun dia adalah orang yang cakap dan berhasil, dia mempunyai ketakutan untuk gagal kembali. Dan ini terlihat dari berbagai argumen dan keraguan-nya kepada ajakan Tuhan dan peluang kepemimpinan yang ada.

Supporting Verse – But Moses said to God, “Who am I that I should go to Pharaoh and bring the Israelites out of Egypt?” Exodus 3:11 NIV

Musa bahkan menjadi ragu akan kemampuannya.

Supporting Verse – And God said, “I will be with you. And this will be the sign to you that it is I who have sent you: When you have brought the people out of Egypt, you[b] will worship God on this mountain.” Exodus 3:12 NIV

Hal Kedua yang harus Musa hadapi, adalah Guilt and Regret.

Musa juga harus mengingat kembali dan menghadapi akan tindakan yang telah dia lakukan, salah satunya adalah pembunuhan orang mesir yang dia pernah lakukan sebelumnya. Dan dia tahu bahwa dia melakukan kesalahan karena dia memastikan tidak ada orang yang melihatnya saat dia membunuh orang mesir itu.

Supporting Verse – 12 Looking this way and that and seeing no one, he killed the Egyptian and hid him in the sand. Exodus 2:12 NIV

Dia melakukan hal yang salah meskipun mungkin menurutnya itu tindakan yang terbaik. Bahkan setelahnya dia juga menghadapi penolakan dari rakyatnya sendiri.

Supporting Verse – 13 The next day he went out and saw two Hebrews fighting. He asked the one in the wrong, “Why are you hitting your fellow Hebrew?” 14 The man said, “Who made you ruler and judge over us? Are you thinking of killing me as you killed the Egyptian?” Then Moses was afraid and thought, “What I did must have become known.” Exodus 2:13-14 NIV

Kalau kita membaca keseluruhan cerita ini, kita akan melihat bagaimana Musa sedang mencoba menyelesaikan isu masa lalunya agar dia bisa menghadapi berbagai peluang yang ada dalam masa depannya.

Hal Ketiga yang harus Musa hadapi, adalah Doubts about Acceptance.

Musa ditolak oleh rakyatnya sendiri disaat pertama kali mau membantu mereka. Tidak heran jika Musa mengalami ketakutan akan kembali ditolak oleh rakyatnya sendiri, bahkan meskipun saat ini Tuhan pula yang mengirimnya untuk membantu mereka semua.

Hal Keempat, adalah Concerns about eloquence and his Leadership ability.

Ingat, bahwa sebelumnya Musa punya keraguan dengan kemampuannya untuk berkomunikasi dengan baik. Sebab seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi dan menyampaikan visinya dengan baik agar bisa diikuti oleh orang-orang yang mengikutinya. Pertama kalinya Musa mungkin merasa cukup percaya diri dengan kemampuan dan kualifikasinya, tetapi disaat kedua kali ini, Musa menjadi ragu akan kemampuan dan kualifikasinya sebagai seorang pemimpin.

Kesempatan dan peluang yang besar pasti akan menantang kita. Kalau kita tidak mengerjakan ini dengan Iman dan percaya kepada Tuhan, dan kemampuan yang Tuhan sudah berikan kepada kita, maka kita akan melewatkan kesempatan dan peluang ini.

Dan ini berlaku untuk semua aspek kehidupan kita, utamanya untuk momen-momen yang sangat penting dan dapat mengubah hidup kita. If it’s really worth it, It should scare you. And if it’s scare you, you should embrace it because you are going to learn, grow, and out of that growth, you are going to contribute.

Sekarang Musa juga menjadi takut kepada Firaun. Dia tidak takut kepada Firaun sebelumnya, tetapi sekarang dia menjadi takut kepada struktur kekuasaan yang ada dan konsekuensi yang akan terjadi jika dia meminta agar rakyatnya bisa dibebaskan dari perbudakan.

Apa yang berbeda?

Sekarang Musa bergantung kepada dukungan dan Kuasa Tuhan, dia tidak lagi bergantung akan kekuatan dirinya. Dan untuk kita sebagai orang beriman, kita tidak pernah bergantung kepada kekuatan kita sendiri.

Kita selalu bersandar kepada Tuhan dan menyerahkan segala sesuatu kepadaNya, termasuk semua ide-ide yang kita miliki. I am speaking to you prophetically because there will be opportunities that comes your way and demand you to be courageous!

Sungguh suatu kerendahan hati dari Tuhan untuk memberikan kesempatan kepada Musa yang sudah gagal sebelumnya, dan ini menjadi suatu pola yang sering kita lihat di Alkitab. Petrus contohnya menolak Yesus sebanyak 3 kali, tetapi kemudian Yesus melibatkan kembali Petrus, dan menggunakan Petrus pada hari Pentakosta untuk menyebarkan pesan yang sangat penting tentang Yesus dan keselamatan.

Sekarang Musa bisa melihat 40 tahun sebelumnya dengan lensa kehidupan yang positif, dia bisa belajar dari semua pengalaman buruknya, dan berjalan bersama Tuhan dalam kesempatan atau peluang kepemimpinan yang ada. He reframes his failure.

Sharing Rev A.R Bernard – Seorang pastor datang kepada saya, dan berkata bahwa dia begitu ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia mengatakan bahwa dia menemukan seorang perempuan yang begitu dia suka dan kasihi. Tetapi masalahnya dia sebelumnya mengalami kegagalan dalam pernikahan sebelumnya dan harus bercerai.

Tetapi saya tanya kepada dia, kapankah hal itu terjadi? Katanya, hal ini terjadi 15 tahun yang lalu. Lalu saya tanyakan hal yang penting kepadanya.

“Aren’t you the same person today with you were 15 years go?” Because this is a new person getting married now, If you grow, learn and develop over the last 15 years..

Dan dia tiba-tiba berkata “Anda sungguh benar! Saya bukan orang yang sama 15 tahun lalu, saya sudah bertumbuh”.

He reframes his past failures and it empower him for new possibility.