First, Follow Jesus By Ps. Ary Wibowo

JPCC Online Service (5 November 2023)

Apa kabarnya saudara semua? Welcome to Jakarta Praise Community Church! Kalau ada yang menyaksikan secara online, saya memastikan bahwa ini adalah channel yang tepat, ini JPCC, dimana di gereja ini hanya Cinta Kasih Tuhan dan KebenaranNya yang menjadi pegangan dalam hidup kita. 

Yang kita dukung hanya Kerajaan Allah dan KebenaranNya. Mari berikan apresiasi untuk teman-teman JPCC Worship yang sudah melayani dan tentunya juga setiap volunteers dan staff yang hari ini sudah datang untuk melayani, menyembah dan meninggikan nama Tuhan. Saya percaya bahwa kita semua tidak datang untuk mengkonsumsi dari Tuhan, tetapi datang untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan, yaitu segenap hati, kehidupan dan juga pikiran dan kehendak kita. Saudara siap untuk belajar hari ini?

Kita memasuki tema yang baru yaitu Pemuridan atau Discipleship, tema ini tidak terlepas dari apa yang sudah kita pelajari sebelumnya, tetapi akan menjadi sbeuah rangkaian yang menolong setiap dari kita untuk bisa melakukan sebuah perjalanan rohani yang progresif sehingga kita menjadi semakin serupa dengan Kristus, semakin mengenal apan yang menjadi KehendakNya dan bisa membedakannya dengan apa yang menjadi kehendak kita.

Karena apa yang akan kita ikuti bukan tentang kehendak kita tetapi tentang Kehendak Kristus. Sekarang saya akan memberikan pemikiran, perenungan dan juga pertanyaan sebelum kita maju lebih jauh hari ini. Pada dasarnya setelah menerima keselamatan, ada 3 kemungkinan sikap orang Kristen.

Yang pertama adalah mereka yang hidup sesuka hatinya karena merasa sudah diselematkan dan keselamatan menjadi obligasi bagi tipe orang kristen seperti ini untuk melakukan semua yang menjadi kehendak mereka tanpa mereka harus kuatir dengan keselamatannya.

Tipe orang kedua, adalah orang kristen yang berjuang mati-matian melakukan semua perbuatan baik, melakukan segala upaya yang dianggapnya benar, untuk mempertahankan keselamatannya, karena mereka berpikir bahwa jika mereka tidak melakukan itu semua, maka suatu hari keselamatannya bisa hilang.

Persamaan dari kedua orang bertipe diatas adalah kehidupan yang mengabaikan tanggung jawab yang sebenarnya dalam status sebagai orang kristen atau lebih tepatnya mengabaikan tanggung jawab di dalam status sebagai orang percaya, dan mereka adalah orang-orang yang menjadikan dirinya sebagai pusat dari perjalanan kehidupannya, menjadikan kepentingan dirinya sendiri di atas kepentingan yang lain.

Motivasi untuk memenuhi kepentingannya sendiri itu adalah yang terbesar di dalam hidupnya. Pertanyaan saya, berapa banyak saudara yang yakin bahwa saudaranya sudah diselamatkan oleh Kasih Karunia Tuhan Yesus?

Kalau saudara yakin, jika saudara telah diselamatkan oleh Kasih Karunia Kristus, apa yang akan menjadi fokus di dalam menjalankan kehidupan saudara?

Dulu sewaktu seseorang berada di dalam kegelapan, ikatan dosa, apa saja yang dilakukannya tidak akan pernah bisa membawa dia keluar dari jerat dosa dan kemudian dia mengalami Kasih Karunia Yesus sehingga dahulu aku yang tidak layak, dilayakkan, aku yang dulu tidak benar, dibenarkan. Dulu aku yang hidup dalam gelap, sekarang aku hidup dalam terang, dan memiliki pengharapan serta memiliki jalan keluar. 

Tetapi Berapa banyak orang yang merasa masih hidup di area ini? sehingga apapun yang dilakukannya adalah tentang kepentingannya sendiri, “karena jika saya melakukan ini, saya menjadi lebih diberkati”, seolah-olah hidup di dalam kondisi dimana kelimpahan itu belum terjadi di dalam hidup kita.

Hidup seolah-olah kebenaran itu belum ada di dalam hidup kita. Tetapi ada juga orang sebaliknya, merasa bahwa kehidupannya sudah dimenangkan dan diselamatkan, membuat dia merasa punya obligasi untuk melakukan apa saja karena dia sudah diselamatkan. 

Jadi pertanyaan saya, kalau saudara yakin sudah diselamatkan oleh Kristus, apa yang menjadi fokus saudara? Kepentingan saudara sendiri atau kepentingan Kristus? Hidup saudara dan saya yang sudah diselamatkan untuk diri dan kepentingan kita sendiri atau hidup untuk kepentingan Kristus?

Saya yakin semua disini anak baik-baik, ada beberapa teman SMA saya yang ada  disini, apa tujuan kehidupan kita? biasanya karena anak baik-baik semua maka jawabannya adalah untuk Kepentingan Kristus.

Pertanyaa berikutnya, apa itu Kepentingan Kristus, apa yang menjadi kepentingan yang terutama dari Tuhan Yesus?

Nah, sepanjang bulan lalu dalam tema “Abundant Life”, kita belajar bahwa Tuhan rindu agar kita bisa menyalurkan Kasih Tuhan kepada orang lain. Karena ketika kita konsisten melakukan itu, itulah yang disebut makna hidup berkelimpahan. 

Jadi apa yang menjadi kerinduan Yesus, itulah yang menjadi KepentinganNya. Yesus punya kepentingan agar KasihNya bisa disalurkan kepada orang-orang di muka bumi ini supaya mereka bisa mengalami Kasih itu dan menerima keselamatan dan dunia ini dipenuhi dengan orang percaya.

Bukan dengan dipenuhi oleh orang-orang yang beragama kristen, tetapi dunia ini dipenuhi dengan orang percaya yang mengaku dengan mulutnya dan menerima dalam hatinya bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan juru selamat di dalam kehidupan mereka yang tidak bisa digantikan dengan apapun, segala perbuatan yang mereka lakukan.

Itu kerinduan dan kepentingan Tuhan, jadi disaat kita hidup, dengan status sebagai orang percaya maka mau tidak mau kita hidup untuk kepentingan Kristus, karena status itulah yang membawa kita bisa menjalani kehidupan sesuai dengan kepentingan Kristus.

Nah, kalau tadi kepentingan Tuhan Yesus adalah untuk setiap manusia mengalami Kasih Tuhan dan percaya dan kehidupannya diselamatkan. Apa Kasih Tuhan itu?

Kasih Tuhan adalah KesedianNya untuk menderita dan mati bagi kita yang sebenarnya tidak layak, tidak benar, tetapi Dia rela untuk menderita dan mati bagi kita, membuktikan bahwa Dia menang atas maut dan bangkit. Dia rindu agar dunia dipenuhi oleh orang percaya yang disentuh oleh KasihNya yang begitu menakjubkan, karena Dia rela melakukan apa saka, menderita sampai mati, menjadi sama seperti manusia, dihina, disiksa untuk kita semua.

Ada beberapa dari saudara yang takut untuk disuntik? Sekarang bayangkan tangan yang dipaku dan tergantung di kayu salib, itu dilakukanNya untuk kita semua yang sebenarnya tidak layak, 

Yang menjadi persoalan, kita semua yang sudah mengalami Kasih sedemikian lupa kemudian tanpa sadar cukup puas menjadi “Gudang Kasih”, dan kemudian lupa untuk menyalurkan Kasih Tuhan bagi mereka yang belum mengalaminya. Itulah yang disebut dengan hidup untuk kepentingan diri sendiri. 

Sedangkan kita sebagai orang percaya, status itu seharusnya membawa kita hidup untuk kepentingan Kristus. Karena inilah yang membuat kita untuk mengikutiNya, mengiring atau mengikuti Dia juga berarti hidup untuk mengikuti PerintahNya.

Dan PerintahNya berhubungan dengan KepentinganNya tadi, status kita sebagai orang percaya membawa tanggung jawab untuk kita menyalurkan Kasih Tuhan yang sudah terlebih dahulu kita alami kepada mereka yang belum mengalamiNya. 

Ini bedanya dengan hanya pelayanan sosial, karena ini bukan hanya membagikan makanan kepada mereka yang membutuhkan, bukan hanya membantu untuk keuangan tetapi ada sebuah makna yang lebih dalam dibandingkan itu. Saya tidak berkata bahwa itu tidak baik, tentu baik, tetapi apa yang dimaksud dengan Kepentingan Kristus bukan hanya tentang itu.

Lalu tanggung jawab apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan?

Opening Verse – Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Matius 28 :19-20 TB

Dikatakan untuk kita pergi menjadikan semua bangsa menjadi Murid Tuhan atau Memuridkan, Tuhan memerintahkan kita untuk memuridkan. Memuridkan bukanlah himbauan tetapi perintah utama atau amanat agung bagi setiap orang percaya atau murid Kristus.

Apa bedanya himbauan dan perintah? Kalau himbauan itu bunyinya seperti ini, “Sebagai orang percaya, “sebaiknya” kamu memuridkan”, Tetapi kalau perintah, bunyinya seperti ini, “Sebagai orang percaya, kamu “harus” untuk memuridkan”.

Itu perintah yang paling utama atau amanat agung bagi setiap orang percaya atau murid Kristus. Dari ayat diatas, sepintas terlihat ada 4 perintah yang Yesus berikut, ada perintah “pergi”, “memuridkan bangsa-bangsa”, “membaptis”, dan “mengajar”.

Tetapi sebenarnya jika dilihat dari bahasa aslinya, hanya ada 1 Perintah Utama, yaitu menjadikan semua bangsa murid Kristus, atau memuridkan bangsa-bangsa. Dalam bahasa Yunani, disebut “matheteusate” yang bersifat imperative atau perintah, sedangkan 3 perintah lain berupa partisiple, bentuk kata kerja yang digunakan sebagai kata sifat atau keterangan sehingga kata pergi, baptis, dan ajar itu adalah kata kerja yang menerangkan implementasi dari jadikan semua bangsa muridku atau implementasi dari memuridkan itu.

Jadi hanya ada 1 perintah dan perintah utama itu disebut sebagai amanat agung, yaitu Memuridkan. Kalau dilihat dari “partisiple”nya tadi itu kata “Pergilah” itu berarti sembari pergi, atau sembari menjalani kehidupan sehari-hari di dalam studi, pekerjaan, pertemanan, pernikahan, bisnis, pelayanan, di dalam apapun yang kita kerjakan.

Jadi kata pergi disini tidak selalu identik dengan pergi ke pelosok-pelosok tempat asing yang jauh, meninggalkan apapun yang kita kerjakan untuk menjadi seperti misionaris. Tidak selalu harus seperti itu, tetapi kalau memang itu panggilan Tuhan dalam hidup saudara, tentu lakukan itu.

Kalau kata pergi hanya identik dengan pergi ke pelosok-pelosok menjadi misionaris, maka hanya sedikit orang yang bisa melakukan itu. Padahal perintah ini tidak ditujukan pada segelintir orang. Perintah ini ditujukan kepada Murid Kristus. Jadi sembari menjalani kehidupan sehari-hari, lakukan perintah ini.

Setiap orang percaya yang adalah Murid Kristus bertanggung jawab untuk melakukan amanat agung yaitu memuridkan, karena itulah cara yang Tuhan mau untuk kita bisa menyalurkan Kasih Kristus yang sudah kita alami lebih dhaulu kepada kehidupan orang lain.

Bagaimana bisa memuridkan dan memikirkan kepentingan orang lain kalau kita sendiri sibuk dengan urusan sendiri?

Partisiple yang kedua adalah “Pembaptisan” atau “Baptislah”, dalam konteks ini daripada berbicara mengenai caranya, tetapi lebih berbicara mengenai esensi. Baptisan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Baptisan adalah tanda orang bertobat dan menyerahkan hidupnya pada kuasa dan otoritas Allah.

Jadi sembari pergi dalam kehidupan sehari-hari, bimbinglah orang lain untuk mengalami pertobatan dan menyerahkan hidupnya pada kuasa dan otoritas Kristus.

Partisiple yang ketiga adalah “Mengajar” atau “Ajarlah”, jadi Yesus memerintahkan para murid untuk mempertobatkan orang-orang yang belum percaya dan mengajar mereka sampai mereka menjadi seperti Kristus, dan itu bukan proses instant, tetapi memerlukan konsistensi.

Artinya, implementasi dari perintah memuridkan adalah sembari pergi, kemanapun kita pergi dalam keseharian kita, lakukanlah tindakan membaptis dan mengajar dengan pengertian esensi dari baptisan, yaitu menuntun orang pada pertobatan dan mengajarkan mereka tentang Kebenaran Firman Tuhan melalui perkataan dan juga kehidupan kita sehari-hari.

Pertanyaan berikutnya, jika memuridkan memerlukan proses yang terus-menerus, konsisten, dan bahkan menjadi gaya hidup. Menurut saudara, itu perintah yang mudah dilakukan atau sulit?

Sulit, karena memuridkan merupakan perintah yang hanya dapat dijalani melalui disiplin, bukan diselipin. Kalau disiplin itu artinya direncanakan, disengaja, diagendakan. Sementara kalau diselipin itu artinya dilakukan hanya jika kita ada waktu dan banyak uang saja. 

Tahukah saudara, coba cari di Alkitab apakah ada kejadian Tuhan memakai orang disaat mereka sedang “nganggur”, tidak ada ceritanya baik di perjanjian lama atau baru!

Sebagai murid Kristus, kita disebut sebagai the Disciple of Christ. Bukan “Student” of Christ, karena kata “Disciple” berhubungan dengan kata “Disiplin”.  Karena tiak mudah melakukan oemuridan jika melihat relevansi di masa sekarang, ada orang-orang yang terlihat kewalahan dalam melakukannya, frustrasi, burn-out  dalam posisi kepemimpinannya, karena mereka tidak bisa membedakan bahwa pemuridan bukanlah tentang posisi, tetapi pemuridan adalah tentang fungsi. 

Mundur dari posisi ketua komsel atau DATE Leader itu kemudian tidak membuat kita berhenti menjalani fungsi memuridkan. Bagi saudara, siapapun Murid Kristus, tidak harus tunggu menjadi core team terlebih dahulu, atau DATE leader baru kita bisa memuridkan.

Tidak! Begitu kita percaya kepada Keistus, kita menjadi murid Kristus. Dan di dalam kehidupan sehari-hari, Saudara juga harus dimuridkan oleh orang lain karena disaat itu terjadi, disaat yang sama saudara juga memuridkan orang-orang yang Tuhan sediakan di dalam hidup saudara.

Ini sebuah proses yang berjalan secara simultan dan progresif, bukan secara linear, sesuatu yang terus terjadi di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Amanat agung bukan tentang posisi, tetapi adalah tentang fungsi sebagai orang percaya melalui pemuridan.

Jadi jika ada yang mengalami frustrasi dan burn-out, apakah bukan sesuatu yang aneh jika Tuhan memberikan perintah yang Dia tahu akan membuat frustrasi para muridNya? Bagaimana mungkin gembala yang baik dengan sengaja memberikan perintah yang membuat kita frustrasi?

Tentu tidak masuk akal, bahkan di ayat matius diatas, Yesus menutupnya dengan Janji Penyertaan, “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”.

Bagaimana mungkin disertai Yesus bisa membuat frustrasi? Salahnya dimana?

Supporting Verse -Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Matius‬ ‭28:16‭-‬17‬ ‭TB‬‬

dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Matius‬ ‭28:20 ‭TB

Latar belakang ayat ini, adalah pasar terakhir dari ‬‬injil Matius, bahwa setelah peristiwa penyaliban dan kematian Yesus saat Maria magalena dan Maria yang lain mendapati kubur Yesus dalam keadaan kosong karena Dia telah bangkit. Malaikat Tuhan turun kepada mereka dan memerintah mereka untuk memberitahukan kepada para murid tentang kebangkitan Yesus.

Di tengah perjalanan, pada saat mereka mau melakukannya, Yesus datang dan menjelaskan bahwa Dia akan melakukannya di Galilea. Dan ketika murid Yesus bertemu denganNya di Galilea, ada 2 tindakan penting daripada para muridNya.

Pertama, mereka menyembah tetapi ada beberapa dari mereka yang merasa ragu. Yesus tidak kecewa dan menuntut mereka seperti apa yang Dia mau pada saat itu, seolah-olah Yesus mengabaikan keraguan para muridNya. Tetapi di ayat 18 ada penjelasan yang sangat menarik karena Yesus mendekati para murid dan berkata “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi”.

Supporting Verse -Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus ‭‭Matius‬ ‭28:19‬ ‭TB

dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Matius‬ ‭28:20 ‭TB

Jadi kalau yang memberikan perintah memuridkan adalah yang punya kuasa dan otoritas dan menyertai para murid dalam melakukan apa yang menjadi perintahNya, koq bisa frustrasi? Salahnya dimana? salahnya karena ayat 18-nya tidak dibaca.

Sehingga kita memuridkan dengan kuasa, kekuatan dan otoritas diri kita sendiri, atau memikirkan dengan cara sendiri, karena utamanya selama ada keterlibatan yang konsisten untuk membawa orang pada pertobatan dan mengajar kebenaran Firman Tuhan yang dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi pemuridan bukan hanya tentang bagaimana kita berkumpul dalam sebuah komsel dan kemudian menjalankan checklist apa saja yang harus dijalankan selama kita DATE, tidak! tetapi yang penting adalah bagaimana keseharian kita, bagaimana dengan kehidupan saudara di kantor, sekolah, dan kehidupan keseharian kita. 

Jadi jika Yesus yang punya otoritas menyertai kita semua, tidak ada gunanya ragu-ragu. Itulah kenapa saat kita fokus pada kepentingan diri sendiri, kita akan fokus memuridkan kepada kuasa kita sendiri dan menjadi seperti tipe dua orang di awal yang tadi saya katakan (mereka yang hidup sesuka hati setelah menerima keselamatan dan mereka yang melakukan segenap hati karena takut kehilangan keselamatannya).

Sebaliknya kita harus menjadi orang ketiga, orang percaya yang memandang anugerah keselamatan sebagai tangung jawab untuk menjalankan amanat agung dengan kuasa atau otoritas Tuhan Yesus Kristus, bukan dengan kuasa diri kita sendiri.

Karena pemuridan tanpa kuasa dan otoritas Yesus akan menjadi beban. Karena Yesus-lah yang diberikan kuasa dan bukan kita, sedangkan pemuridan dengan kuasa dan otoritas Yesus menjadi Kegairahan.

Lalu bagaimana Implementasinya?

Supporting Verse -Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus. ‭1 Korintus‬ ‭11:1‬ ‭TB‬‬

Kata Paulus kepada muridnya untuk mengikuti telandannya, sama seperti dia mengikuti teladan Kristus. Teladan adalah contoh, dan kita meneladani Kristus yang punya kuasa dan otoritas. 

Discipleship starts with me following Christ (intentionally, consistently, and progressively until the end).

Inilah yang dinamakan proses pertumbuhan rohani yang progresif, discipleship journey, kita tidak bisa memuridkan disaat kia berhenti berproses meneladani Kristus. When you stop following Jesus, you stop discipling His people.

Saat kita berhenti mengikuti Yesus, kita berhenti untuk memuridkan UmatNya. Discipleship provides a simple way to share the Gospel and demonstrate Jesus. 

Pemuridan menyediakan sebuah jalan yang sederhana untuk membagikan injil, Firman Tuhan dan mendemonstrasikan Yesus. Memuridkan bukan program heboh yang memerlukan berbagai macam aspek produksi, tempat yang sedemikian megah, tetapi pemuridan terjadi dalam kehidupan sehari-hari, itulah kenapa pemuridan adalah jalan yang sederhana untuk membagikan injil.

Memuridkan bukan untuk menambahkan keselamatan kita, tetapi sebagai tanggung jawab dari status kita sebagai orang percaya. Yesus tidak meminta kita sekedar beragama kristen, tetapi menjalankan amanut agung, menyalurkan KasihNya kepada hidup banyak orang melalui KasihNya, dan pada akhirnya Kekristenan tanpa pemuridan adalah Kekristenan tanpa Kristus.

Christianity without discipleship is Christianity without Christ. 

Jadi disaat kita melihat ada orang di dekat kita yang hidupnya belum menentu kemana mereka akan pergi dan belum percaya kepada Kristus, apakah kita melihat itu sebagai kesempatan untuk memuridkan tanpa keraguan karena menggunakan kuasa dan otoritas Yesus, atau kita memilih untuk mengabaikannya karena merasa pemuridan adalah sebuah beban karena kita memakai kuasa dan cara kita sendiri?  

Saya berdoa disaat kiya terus konsisten meneladani Kristus, mengikut Dia, mengiring Dia kemanapun Dia pergi denhan pengenalan yang semakin dalam tentang FirmanNya, saudara dapat menjawab sendiri semua perntanyaan tadi. Jadi, para murid Kristus, Keep on Fire dan TuhanYesus memberkati.  

P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes