Good or God By Ps. Ary Wibowo

JPCC Online Service (23 Oktober 2022)

Hai, apa kabar Saudara semua? Salam sejahtera untuk Saudara di mana pun Saudara berada. Saya harap Saudara semua dalam keadaan baik dan penuh damai sejahtera.

Namun jika ada di antara Saudara yang saat ini dalam keadaan kurang baik, mari bersama-sama percaya bahwa kebenaran firman Tuhan yang akan disampaikan mampu memberikan kelegaan di dalam kehidupan Saudara. Amin?

Silakan siapkan Alkitab dan catatan Saudara. Judul khotbah hari ini adalah “Good or God”. Saat mempersiapkan pengajaran hari ini, saya teringat sebuah kisah tentang asal mula “debat kusir”.

Saudara tahu tentang debat kusir?

Pasti Saudara pernah mendengarnya atau mungkin berulang kali melakukannya. Ya, debat kusir adalah sebuah perdebatan panjang yang tidak ada konklusi atau kesimpulannya.

Kisah asal mula debat kusir ini melibatkan tiga pihak: kusir atau pengendara kereta kuda, seorang penumpang, dan kuda penarik kereta itu sendiri.

Dalam perjalanan, di tengah-tengah jalanan yang cukup sepi,tiba-tiba kuda penarik kereta tersebut kentut yang berbau dan mengeluarkan bunyi yang cukup keras.

Terkejut dengan bunyi dan terganggu dengan bau kentut kuda, si penumpang bereaksi dengan menegur si kusir: “Bapak ini pasti tidak merawat kuda Bapak dengan baik, makanya kuda itu kentut. Pasti dia masuk angin!”

Kusir yang tidak terima dengan opini si penumpang, merespon dengan tidak kalah keras:

“Eh, saya mengenal betul kuda saya, dia tidak mungkin masuk angin. Dia itu baru saja keluar angin!”

Si penumpang bersikeras, “Tidak, Pak! Jelas-jelas dia itu masuk angin!” Si kusir membalas, “Salah! Dia keluar angin!” Dibalas kembali, “Bapak yang salah. Kuda itu masuk angin!”

Dan sampai berjam-jam kemudian, perdebatan tersebut masih berlangsung tanpa ada kesimpulan—kuda tersebut sebenarnya masuk angin atau keluar angin.

Padahal untuk mendapatkan kesimpulan kuda tersebut masuk angin atau keluar angin, mudah sekali caranya: Tanya saja pada si kuda, “Menurut kamu, kamu masuk angin atau keluar angin?”

Menurut saya, kuda tersebut akan menjawab di antara dua kemungkinan. Yang pertama dia menjawab begini: “Kalian berdua benar. Baik masuk angin atau keluar angin sama saja. Asumsi pribadi kalianlah yang menyebabkan kalian memandang satu kejadian dengan cara yang berbeda.”

Yang kedua dia mungkin berkata seperti ini: “Kenapa menghabiskan waktu untuk memperdebatkan hal yang tidak esensial? Kentut yang bau dan mengganggu itu bersifat sementara. Tidak sampai satu menit bau itu hilang tertiup angin, sementara perdebatan kalian kok jadi permanen?

Bukankah lebih penting untuk menikmati perjalanan mencapai tujuan kalian?” Benar-benar kuda yang bijaksana, bukan? Demikianlah kisah asal mula istilah “debat kusir”.

Saudara mungkin tertawa mendengar kisah ini, tetapi bukankah demikian yang sering kali terjadi dalam kehidupan kita?

Terkadang kita mengalami ketidakjelasan di dalam sebuah situasi, kemudian tanpa sadar kita menggunakan asumsi pribadi untuk merespon kemudian bertindak sesuai dengan kehendak kita sendiri walaupun tindakan tersebut tampak berasal dari asumsi dan kehendak yang baik.

Bukankah ini sama artinya dengan menjadikan Tuhan sebagai objek, dan bukan sebagai subjek dalam membuat keputusan di kehidupan kita?

Jika Saudara belum percaya kepada Yesus, kesulitan terbesar dalam mengambil keputusan untuk bertindak adalah membedakan mana hal yang benar dan mana yang salah, atau mana yang baik dan mana yang buruk.

Namun bagi orang percaya, sering kali tantangannya adalah memahami bahwa dari antara niat atau kehendak yang terlihat baik dan bahkan benar, mana yang merupakan agenda atau kepentingan Tuhan dan mana yang agenda diri sendiri. Saudara pernah mengalaminya? Atau Saudara saat ini sedang berada di situasi tersebut?

Mungkin Saudara sedang diperhadapkan pada ketidakjelasan untuk memilih atau memutuskan sesuatu dalam aspek-aspek kehidupan Saudara.

Dalam aspek jodoh misalnya, “Saya harus memilih A atau B? Sementara dua-duanya percaya kepada Kristus, tertanam di komsel—atau yang di JPCC disebut dengan DATE—, dan keduanya juga setia melayani.”

Dalam aspek pekerjaan, pilih pekerjaan yang ini atau yang itu?Keduanya memiliki prinsip-prinsip dan budaya yang tampaknya selaras dengan nilai-nilai Kristus. Dan lain sebagainya.

Ada begitu banyak hal yang terlihat baik dan benar, tetapi mana yang harus kita pilih? Keputusan apa yang harus kita ambil?

Bahkan sering kali kita harus berdebat dengan orang-orang terdekat kita hanya untuk mendapatkan konfirmasi keputusan terbaik apa yang harus kita ambil. Ini adalah tekanan yang bisa jadi berulang dalam kehidupan kita.

Namun jika kita tidak memahami prinsip atau esensi cara pandangnya, maka akan tercipta masalah demi masalah dalam kehidupan yang pada akhirnya membuat kita kehilangan esensi dari apa yang harus kita putuskan.

Dalam komsel atau DATE Pastor beberapa waktu lalu, Pastor Kaleb Lucman menyampaikan firman yang mengingatkan, bahkan menantang saya untuk meninjau ulang cara pandang saya.

Pastor Kaleb menyampaikan sebuah pertanyaan:

Dalam memimpin dan melayani, selama ini kita melibatkan Tuhan, atau Tuhan yang melibatkan kita?

Pandangan “melibatkan Tuhan dalam melayani” terlihat begitu baik, benar, dan rohani. Namun faktanya, jika kita memandang bahwa kita yang melibatkan Tuhan, berarti agenda kita menjadi yang utama.

Makanya kita datang kepada Tuhan pada saat kita sedang mengalami ketidakjelasan saja. Tuhan kita libatkan dalam agenda kita sesuai dengan kebutuhan kita. Sedangkan jika kita memandang bahwa Tuhanlah yang melibatkan kita dalam agenda-Nya, maka agenda Tuhanlah yang utama.

Dalam prosesnya, seharusnya kehendak Tuhan yang menjadi fokus kehidupan Saudara dan saya dalam mengambil setiap keputusan atau dalam memilih sesuatu yang sering kali tampak tidak jelas.

Kita harus menyadari bahwa manusia diberikan kehendak bebas yang ada di dalam kehendak Tuhan. Kesadaran terhadap hal ini menghindarkan kita dari ketidakjelasan untuk membedakan mana agenda Tuhan dan mana yang bukan, karena agenda kita ada dalam agenda-Nya. Itu yang seharusnya. Lalu apa sebenarnya agenda Tuhan? Dalam 1 Timotius 2:1-4 (TB) dikatakan demikian.

Opening Verse – Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. 1 Timotius 2:1-4 (TB)

Tuhan mau semua orang mengalami keselamatan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Agenda Tuhan selalu bersifat inklusif, bukan eksklusif, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau agenda kelompok tertentu.

Sejak semula Tuhan menciptakan manusia untuk bertindak dan mengambil keputusan yang selaras dengan kehendak-Nya dan dengan cara Tuhan bukan untuk kepentingannya sendiri dan bukan melalui cara manusia sendiri. Memang manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan, dengan inspirasi atau nafas kehidupan dari Tuhan, sehingga manusia menjadi manusia yang hidup, sehingga kehendak dan tindakannya semestinya tidak bertentangan dengan kehendak dan cara Tuhan.

Signifikansi manusia yang hidup adalah manusia yang memiliki kehendak bebas untuk mengambil keputusan dan memilih tindakannya. Garis bawahi kata ‘memilih’. Nanti saya akan kembali untuk membahas kata tersebut.

Selain itu, sebagai image of God atau citra Allah, manusia diberikan hak istimewa berupa akses ke hadirat Tuhan untuk memiliki hubungan yang dekat dengan-Nya, memperoleh hikmat Ilahi untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan, mengambil keputusan dan tindakan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tetapi apa yang terjadi? Mari kita pelajari beberapa ayat dari Kitab Kejadian.

Supporting Verse – Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Kejadian 2:8-9 (TB).

TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Kejadian 2:15-17 (TB)

Tuhan memberikan kebebasan pada manusia untuk memakan buah dari semua pohon yang ada di taman Eden, termasuk buah dari pohon kehidupan.

Namun satu yang tidak boleh dimakan buahnya, yaitu buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Tuhan tidak menghendaki manusia memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu karena Tuhan menghendaki manusia hidup hanya mengandalkan hikmat Tuhan, yaitu melalui pohon kehidupan dan bukan mengandalkan hikmatnya sendiri yang dapat diperoleh dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat.

Lalu kita tahu kisah selanjutnya, yaitu manusia memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu dan mulai saat itu manusia mengenal dosa, manusia mengenal apa yang jahat.

Tadinya manusia hanya mengenal yang baik di mata Tuhan, sekarang manusia mengenal yang jahat. Jika kita coba melihat dari perspektif Adam dan Hawa saat itu, mungkin kita berpikir demikian: bukankah keinginan untuk bisa membedakan antara mana yang baik dan mana yang jahat adalah keinginan yang baik?

Tetapi isunya dalam hal ini bukanlah pada dalih keinginan yang baik, melainkan apakah keinginan yang tampak baik tersebut didasarkan pada kehendak dan agenda Tuhan. Apakah keputusan yang menurut saya tampak baik, selaras dengan kehendak Tuhan ini agenda sayaatau agendanya Tuhan?

Dari peristiwa tersebut kita dapat mempelajari bahwa bukan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat yang menyebabkan kematian atau keterpisahan hubungan dengan Tuhan, melainkan tindakan atau cara yang tak sesuai dengan agenda dan cara Tuhanyang menjadi penyebabnya.

Alkitab mencatat dosa dimulai dari munculnya sikap ketidaktaatan. Nanti Saudara bisa pelajari lebih lanjut dari Kejadian 1, 2, dan 3 untuk mengetahui gambar besarnya dan detilnya. Saudara bisa pelajari sendiri.

Namun berdasarkan apa yang kita pelajari tadi, menurut saya salah satu definisi ketidaktaatan adalah sebagai berikut.

Ketidaktaatan adalah kehendak baik yang dilakukan tanpa hikmat Tuhan dan tidak dengan cara Tuhan.

Ketidaktaatan adalah agenda baik manusia yang tak didasarkan pada agenda Tuhan. Kehendak untuk hidup baik, kehendak untuk membangun bisnis, kehendak untuk sembuh dari sakit penyakit, kehendak untuk menjadi kaya, kehendak untuk memberantas korupsi, kehendak untuk mendapatkan jodoh yang tepat—semua adalah contoh kehendak yang baik, tetapi jika dilakukan tidak dengan cara Tuhan dan bukan dengan agenda Tuhan, yang berarti keputusan yang diambil bukan berdasarkan hikmat Tuhan, maka itulah definisi ketidaktaatan.

Dari sini Saudara bisa membedakan antara tindakan sosial yang berdasarkan “good agenda” semata dengan tindakan yang berdasarkan “God’s agenda”.

Ingat bahwa agenda Tuhan selalu bersifat inklusif, tetapi niat untuk berbuat inklusif pun belum tentu selaras dengan kehendak Tuhan.

Jadi esensinya adalah, pada dasarnya, apakah semua kehendak baik menurut ukuran Saudara didasarkan pada kehendak Tuhan atau kehendak diri sendiri?

Tinjau ulang, apakah ada keputusan-keputusan Saudara yang selama ini didasarkan atas alasan kehendak baik tetapi tidak dilakukan sesuai dengan cara Tuhan?

Larangan Tuhan kepada manusia untuk memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat bukanlah untuk keuntungan Tuhan, melainkan justru Ia mau melindungi manusia agar dapat menggunakan kehendak bebasnya untuk memilih—seperti saya sebut tadi—antara keputusan yang sesuai agenda Tuhan dan yang sebaliknya, yang tak sesuai dengan agenda Tuhan.

Ia mau manusia terhindar dari jebakan iblis, yang salah satunya adalah “jebakan performa,” di mana manusia terjebak dalam mengalihkan pusat perhatian dari Tuhan, sang sumber hikmat itu, menjadi ke dirinya sendiri, dengan hikmatnya, kekuatannya, kemampuannya sendiri.

Tak heran ada yang mengukur keberhasilan dan kegagalan dengan cara sendiri, dan pada akhirnya performa pribadi menjadi segala-galanya. Inilah yang menyebabkan beberapa orang mudah mengalami frustrasi, dan ada orang-orang yang menyebut dirinya Kristen, yang memandang Tuhan hanya sebagai sarana atau alat untuk meraih keinginan mereka sendiri, lalu meninggalkan Tuhan saat merasa dikecewakan.

Ada juga orang-orang Kristen yang sangat egosentris, memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri. Implikasi yang lain, ada orang-orang yang tidak tahan dengan proses dari Tuhan.

Padahal jika sedikit lebih sabar, ia akan mengalami kemajuan kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, yang selalu baik dan benar, walaupun caranya tak selalu seperti apa yang kita bayangkan.

Jadi bagaimana caranya untuk membangun kehidupan yang selaras dengan agenda Tuhan?

Yang dibutuhkan adalah percaya kepada Tuhan dan berserah kepada-Nya.

Supporting Verse – Karena kita ini buatan Allah,[10] diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, [10] yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Efesus 2:10 (TB)

Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Tuhan yang mempersiapkan agenda-Nya untuk kita, termasuk perbuatan-perbuatan baik apa yang harus kita lakukan. Ialah yang melibatkan kita, bukan kita yang melibatkan Dia. Ia hanya mau kita hidup dalam apa yang telah Ia persiapkan. Ia mau kita hidup di dalam agenda-Nya, bukan agenda kita sendiri.

Lalu bagaimana kita bisa percaya kepada-Nya jika kita tak mengenal Dia lebih dalam?

Itulah mengapa JPCC memiliki 15-Minute Bible Study Program untuk menolong setiap jemaat mengenal Tuhan lebih dalam melalui firman-Nya. Bahkan para pastor melakukannya secara bersama-sama empat kali dalam seminggu selama 30 menit.

Kenali Tuhan, makin hari makin dalam, sehingga iman percaya Saudara tidak didasarkan pada keyakinan buta, kehendak pribadi, atau iman orang lain, melainkan benar-benar bertumbuh melalui hidup yang setia, mengakar di dalam [Kristus] dan dibangun di atas dasar Kristus.

Yang kedua, berserah kepada-Nya menolong kita untuk tak mudah menyerah dalam proses dan teguh dalam mengambil keputusan-keputusan yang didasarkan pada agenda Tuhan.

Mengapa? Karena keteguhan atau kekuatan tersebut bukanlah karena usaha kita sendiri, melainkan karena Roh Allah yang hidup di dalam diri kita. Ia mau kita hidup di dalam agenda-Nya. Jangan cari agenda sendiri. Jika Ia yang beragenda, maka Saudara dan saya hanya tinggal hidup di dalam agenda itu, dan mengikutinya melalui kepercayaan dan penyerahan kita kepada-Nya,walaupun prosesnya tak selalu seperti yang kita bayangkan.

Itulah mengapa Yesus dapat berdoa demikian [Matius 26:39 (TB)

Supporting Verse – Ya Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku,[39] tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Matius 26:39 (TB)

Dengan demikian, untuk menindaklanjuti kebenaran yang Saudara dengar hari ini, berikut ini dua langkah tindak lanjut yang Saudara bisa mulai lakukan.

Yang pertama, apa perubahan cara pengambilan keputusan yang ingin Saudara capai dalam sebulan ke depan? Bagaimana memindahkan dari hidup dengan agenda sendiri menjadi tunduk pada agenda Tuhan?

Yang kedua, tuliskan satu keputusan yang akan Saudara lakukan mulai hari ini untuk mengenal Tuhan lebih dalam dan membantu orang-orang lain mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya.

Saudara bisa lakukan itu? Mari kita lakukan bersama. Selamat membangun kehidupan yang percayadan berserah, tunduk, taat pada agenda Tuhan Yesus Kristus. Tuhan berkati Saudara.