From Throne To Thorns By Ps. Alvi Radjagukguk

Sutera Hall 2nd Service (18 April 2025)

Selamat pagi, sore dan malam bagi saudara semua yang menyaksikan secara online! Mudah-mudahan yang emngikuti secara “live” belum ketiduran, karena kotbahnya belum dimulai. Saya berikan judul kotbah saya hari ini adalah “From Throne to Thorns”, Dari tahta kepada duri.

Masih dalam seri pengajaran “not my will but Yours”, Kita bicara tentang “Pengorbanan” dan khususnya di hari Jumat Agung ini kita kembali memperingati Pengorbanan Yesus di atas kayu salib dan seluruh kejadian yang meliputinya. Di minggu pertama, kita belajar tentang mengorbankan kehendak bebas kita yang dimanifestasikan dalam ketaatan.

2 Minggu lalu kita belajar dari Ps. Caleb, bahwa “The reward of obedience is a deeper relationship with God”. Hadiah dari ketaatan kita kepada Tuhan yang dimanifestasikan dalam Pengorbanan kita adalah hubungan kita yang semakin dalam dengan Tuhan.

Di minggu lalu kita belajar dari Ps. Kenny tentang mengorbankan hak kita untuk membalas, yang lalu kita manifestasikan dalam pengampunan. Kita belajar bahwa pengampunan adalah mengorbankan hak kita untuk membalas dan percaya kepada keadilan Tuhan.

Benang merah hidup Yesus tidak bisa dipisahkan dari kata “Sacrifice” atau Pengorbanan. Pengorbanan adalah topik yang begitu penting karena kematian Yesus di atas kayu salib adalah Pengorbanan yang paling besar yang seseorang bisa lakukan dan pernah terjadi sepanjang sejarah manusia.

Suffering is at the very heart and the very core of Christianity. Pengorbanan atau Penderitaan adalah mata kuliah yang harus diambil dalam sekolah kehidupan dan perjalanan Iman kita bersama dengan Tuhan. Menjadi pengikut Kristus tidak mengecualikan kita dari penderitaan dan Pengorbanan, bukan?

Bukan KematianNya saja, bahkan cara MatiNya Tuhan Yesus punya dampak yang signifikan kepada Umat manusia.

Opening Verse – [39] Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: ”Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” Markus 15:39 TB

Coba kita tanyakan, apa yang kepala pasukan romawi ini lihat dalam prosesi cara matiNya Yesus sehingga dia bisa mengakui Yesus sebagai Anak Allah? Karena tidak mungkin seorang manusia yang tidak bersalah rela melakukan dan menjalani apa yang dilakukan Yesus dan alami.

Untuk seorang penjahat yang memang bersalah dan layak menerima hukuman saja, apa yang Yesus terima itu terlalu berat, apalagi buat seseorang yang sama sekali tidak punya kesalahan.

Kalau kita bisa lihat kerangka dan pola hidup Yesus yang ditunjukkan secara konsisten sejak Dia lahir sampai meninggal adalah sebagai berikut dan hal ini juga perlu kita teladani.

Supporting Verse – [5] Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, [6] yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan Filipi 2:5-6 TB

Coba kita renungkan beberapa versi dari ayat yang sama agar kita bisa mendapatkan pengertian yang lebih dalam.

Supporting Verse – [5] Hendaklah kalian berjiwa seperti Yesus Kristus: [6] Pada dasarnya Ia sama dengan Allah, tetapi Ia tidak merasa bahwa keadaan-Nya yang ilahi itu harus dipertahankan-Nya. Filipi 2:5-6 BIMK

[5] Jadi hendaklah kamu mengikuti sikap Kristus Yesus! [6] Biarpun Yesus mempunyai semua sifat Allah, Dia tidak pernah menganggap kedudukan-Nya sebagai Allah adalah sesuatu yang harus dipertahankan. Filipi 2:5-6 TSI

[5] Hendaklah Saudara bersikap seperti Yesus Kristus, [6] yang tidak menuntut dan tidak tetap berpegang kepada hak-hak-Nya sebagai Allah, meskipun sebenarnya Dia Allah. Filipi 2:5-6 FAYH

Apakah posisi masih penting untuk kita semua? Atau pendapat orang tentang karir kita masih penting? Atau bahkan portfolio, agenda pribadi serta keberhasilan kita masih penting? Hak apa yang masih kita pertahankan hari-hari ini? Hak untuk membela diri, menjadi pihak yang dibenarkan atau hak untuk membalas?

Sikap merendahkan diri ini juga diekspresikannya dalam sebuah tindakan atau perilaku yang ada di ayat berikut

Supporting Verse – [7] melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. [8] Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Filipi 2:7-8 TB

Kata “mengosongkan” disini berasal dari bahasa yunani dengan kata “kenoo“, yang artinya meniadakan, meninggalkan hak, bersedia dalam posisi tidak diakui dan tidak diangggap atau tidak berharga. Dia lepaskan status dan posisiNya sebagai Allah supaya bisa menjadi sama dengan kita semua. Kadang-kadang kita kalau disamakan saja dengan orang lain marahnya bisa begitu besar.

Yesus tambahkan sisi kemanusiawian kita ke dalam sifat KeilahianNya, supaya Dia bisa mengasosiasikan DiriNya dengan kita semua, agar Dia bisa melayani kita dan juga ikut merasakan penderitaan kita semua. Padahal seharusnya yang terjadi sebaliknya karena Yesus adalah Allah dan kita ini siapa?

Dia lahir ke bumi dengan mengosongkan diri dan lahir dalam kesederhanaan kandang domba, Dia turun ke dalam tingkat kita yang membutuhkanNya untuk menawarkan keselamatan dan hidup yang kekal. Yesus mati di Jumat Agung juga dengan mengosongkan DiriNya dan mengorbankan hak asasi utamaNya untuk hidup.

Sang penebus rela turun ke level manusia untuk memberikan kebebasan, pemulihan dan kesembuhan untuk kita semua. Itu mengosongkan diri dan inilah cara kita memaknai Pengorbanan dan Salib Kristus.

Mari kita amati beberapa momen penting yang Yesus alami dalam penderitaanNya.

Supporting Verse -[41] Kemudian Yesus menjauh dari mereka, kira-kira tiga puluh meter. Di situ Dia sujud berdoa, kata-Nya, [42] “Ya Bapa, Aku mohon, kalau Bapa mau, janganlah biarkan Aku menjalani penderitaan ini! Tetapi janganlah terjadi menurut kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu sajalah yang jadi.” [43] Lalu malaikat dari surga menampakkan diri kepada Yesus dan menguatkan Dia. [44] Karena beratnya penderitaan Yesus, Dia semakin sungguh-sungguh berdoa sampai mengeluarkan keringat seperti darah yang menetes ke tanah. [45] Sesudah selesai berdoa, Dia berdiri lalu kembali kepada para murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur. Mereka lelah karena sangat sedih. Lukas 22:41-45 TSI

Ini tahap pertama dari penderitaan Kristus baik itu secara rohani dan jasmani di taman getsemani, secara medis dibuktikan bahwa jika seorang manusia berada dalam tekanan yang begitu hebat, Pembuluh darah halus dalam kelenjar keringat bisa pecah, sehingga keringat bisa bercampur dengan darah sebagaimana tertulis di ayat ini.

Batin Yesus sungguh tertekan secara emosional. Di taman getsemani ini, kehendak Yesus dan kehendak Bapa dipertemukan dalam doa. Dalam penampakan melalui malaikat, Allah memberikan kekuatan kepada Yesus yang sedang bergumul. Setelah mengalami tekanan emosional yang begitu luar biasa, selanjutnya siksaan fisik dan siksaan Identitas Yesus mulai terjadi.

Supporting Verse – [63] Lalu para pengawal rumah Allah yang menahan Yesus mempermainkan Dia dengan mengejek dan memukuli-Nya. [64] Mereka menutup mata Yesus dengan kain lalu berulang-ulang memukul Dia serta berkata, “Kalau kamu betul-betul nabi, coba tebak siapa nama orang yang barusan memukulmu.” [65] Dan masih banyak lagi kata-kata yang mereka ucapkan untuk mencaci maki Dia. Lukas 22:63-65 TSI

Bisa saudara bayangkan? Setelah keringatNya seperti darah dengan ketakutanNya yang luar biasa karena keterpisahanNya dengan Allah. Secara horizontal terjadi juga tuduhan-tuduhan, caci maki, ejekan dan siksaan fisik yang juga dialami oleh Yesus.

Supporting Verse – [10] Sementara itu, para imam kepala dan ahli Taurat berdiri di dekat Yesus dan terus saja melemparkan tuduhan terhadap-Nya. Lukas 23:10 TSI

[22] Untuk ketiga kalinya Pilatus bertanya kepada mereka, “Mengapa? Kejahatan apakah yang sudah dilakukan orang ini? Tidak ada satu kesalahan pun yang membuat dia pantas dihukum mati. Karena itu saya akan menyuruh para tentara untuk mencambuk dia. Sesudah itu saya akan melepaskannya.” [23] Tetapi mereka semakin lantang berteriak untuk mendesak dan menuntut supaya Yesus disalibkan. Akhirnya suara keras orang banyak bersama imam-imam kepala berhasil mengalahkan kemauan Pilatus. [24] Pilatus pun menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus sesuai tuntutan orang banyak itu. [25] Keputusannya memang tidak adil, karena hanya berdasarkan tuntutan suara terbanyak dia membebaskan Barabas dari penjara, padahal dia jelas-jelas bersalah karena terlibat dalam pemberontakan dan pembunuhan. Sedangkan Yesus yang tidak bersalah justru diserahkannya untuk mereka perlakukan sewenang-wenang. Lukas 23:22-25 TSI

Pilatus sendiri sadar bahwa sebenarnya tidak ada landasan untuk menghukum mati Yesus. Tidak ada satupun Injil yang menulis bahwa Yesus menyanggah semua tuduhan itu. Yesus tidak mempertahankan HakNya untuk diangggap benar. Itulah yang Tuhan mau kita teladani dariNya, Surrender our right to be right.

Setelah ini situasinya menjadi begitu deskriptif.

Supporting Verse – [15] Pilatus ingin menyenangkan orang banyak itu, maka ia melepaskan Barabas untuk mereka. Kemudian ia menyuruh orang mencambuk Yesus, lalu menyerahkan-Nya untuk disalibkan. Markus 15:15 BIMK

Disini kita bisa melihat betapa kejinya proses pencambukan atau “scourging” itu. Pencambukan adalah penyiksaan romawi yang begitu kejam dengan maksud untuk melemahkan korban dengan trauma dan kehilangan darah.

Pancambukan dilakukan dengan berbagai cara, tetapi yang seringkali terjadi adalah seperti gambar diatas, dimana korban diikat, lengannya direntangkan ke tiang tegak. Hanya perlu 2 orang romawi di kedua sisi untuk mulai bergantian mencambuk dari samping kiri dan kanan dengan kuat.

Alat pencambuk disebut “flagellum” yang terdiri dari pegangan dan juluran kali yang terbuat dari kulit, dan diujung kali, terdapat pecahan bola besi,tulang dan benda tajam. Kedua prajurit akan memukul dan mencabik daging di bawah kulit, mereka pelintir cambuk itu untuk mengupas kulit sampai otot rangkanya mulai terlihat. Tidak jarang terjadi salah cambuk sehingga tali kulit terkena mata atau wajah si korban.

Tidak disebutkan berapa kali Yesus dicambuk. Tetapi yang pasti cukup untuk membuat Yesus menjadi lemah sehingga Dia tidak sanggup memikul SalibNya sendiri. Setelah itu Penguasa-penguasa Yahudi juga mengejek Identitas Yesus sebagai Mesias.

Supporting Verse – [67] Lalu mereka meludahi muka Yesus, dan memukul Dia. Ada juga yang menampar Dia [68] dan berkata, “Coba tebak dan beritahu kepada kami, hai Raja Penyelamat! Siapa yang menampar Engkau?” Matius 26:67-68 BIMK

Tidak berhenti disitu, ejekan terhadap Identitas Yesus, kali ini sebagai raja juga dilakukan oleh penguasa-penguasa romawi.

Supporting Verse – [28] Mereka mulai mengejek Yesus atas pengakuan-Nya sebagai raja. Para tentara itu melepaskan semua pakaian-Nya dan memakaikan jubah merah kepada-Nya. Matius 27:28 TSI

Jubah merah ini bukan jubah merah yang mulia, karena yang diserang adalah Identitas Yesus sebagai raja.

Supporting Verse – [29] Mereka juga membuat mahkota dari ranting-ranting tumbuhan merambat yang berduri dan memasangkannya di kepala Yesus. Selain itu, mereka menaruh sebatang bambu kecil ke tangan kanan-Nya supaya kelihatan seperti tongkat raja. Lalu mereka menghina Dia dengan berlutut di hadapan-Nya sambil berkata, “Yang mulia, raja orang Yahudi!” Matius 27:29 TSI

Saya sempat pergi ke Israel dan begitu kaget disaat melihat pohon dari semak duri yang ternyata durinya sangat panjang, keras dan tajam. Paling tidak dimensinya sekelingking orang dewasa. Bayangkan duri setebal dan sekeras itu dikasih ke mahkota Yesus penyiksaan. Tidak berhenti sampai disitu, mari kita lihat apa yang terjadi di ayat selanjutnya.

Supporting Verse – [30] Mereka meludahi Dia, lalu mengambil bambu itu dari tangan-Nya dan memakainya untuk memukuli kepala Yesus. [31] Sesudah selesai mengejek Dia, mereka melepaskan jubah merah itu dan menggantinya dengan pakaian-Nya sendiri. Kemudian mereka membawa Yesus keluar untuk disalibkan. Matius 27:30-31 TSI

[26] Sesudah Yesus dicambuki, tentara-tentara Romawi menggiring Dia ke luar dari kota Yerusalem. Yesus memikul sendiri kayu salib-Nya. Tetapi ketika tentara-tentara itu melihat seseorang bernama Simon— yang berasal dari kota Kirene dan kebetulan sedang berjalan masuk ke Yerusalem— mereka memaksa dia untuk memikul salib Yesus itu dengan berjalan di belakang-Nya. Lukas 23:26 TSI

Setelah dicambuki, bayangkan kondisi punggung Yesus dengan darah mati dan darah segar yang ditempelkan kepada kayu untuk Dia pikul sendiri.

Supporting Verse – [33] Sesudah tiba di tempat yang bernama Tengkorak, tentara-tentara itu menyalibkan Yesus dan kedua penjahat tersebut, yang seorang disalibkan di sebelah kanan-Nya, dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Nya. Lukas 23:33 TSI

Penyaliban dirancang untuk mengakibatkan penderitaan yang tragis dan kematian yang maksimal. Korban yang sudah lemah karena cambukan, dilemparkan dengan lengan terentang, luka-luka di punggung pasti sudah dipenuhi tanah, debu dan serpihan kayu. Paku yang dipakukan kepada Yesus sepanjang 13-18 cm akan ditancapkan secara tragis antara kedua tulang pergelangan tanganNya.

Paku ini ditempatkan secara strategis untuk memutuskan saraf median yang menyebarkan sakit yang luar biasa dan kelumpuhan sebagian tanganNya. Korban lalu diangkat keatas, rasa sakit yang membakar akan terjadi karena saraf-saraf yang rusak mengirimkan rasa sakit yang luar bisa ke seluruh lengan dan dada.

Setelah korban terangkat, para prajurit meletakkan kedua kaki secara bertumpuk dan meletakkan paku sepanjang 13-18 cm ke tulang metatarsal 2 dan 3, di tengah-tengah bagian kaki, ditumpukkan dan ditancapkan ke tiang kayu. Paku ini secara strategis memutuskan beberapa saraf kaki yang menyebarkan rasa sakit yang luar biasa di seluruh pinggul, pergelangan, telapak dan jari kaki.

Tempatkan diri kiita sejenak di kayu salib itu, lengan terentang, gravitasi menarik organ internal kita. Satu-satunya cara untuk bisa bernapas adalah meregangkan tekanan dari paku-paku itu tadi. Kerusakan saraf sudah menjuru di seluruh tubuh, telanjang, kesedihan, kesengsaraan, penghinaan dan kehancuran total.

Mari kita lihat apa yang selanjutnya Yesus katakan di ayat selanjutnya.

Supporting Verse – [34] Kemudian Yesus berkata, “Bapa, ampunilah orang-orang ini, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Lalu para tentara itu membagi-bagi pakaian-Nya dengan cara membuang undi. Lukas 23:34 TSI

Di momen terendah Yesus, Dia masih memikirkan orang lain dan meminta Allah Bapa untuk memaafkan mereka yang menjahatiNya. Dan Yesus tidak berhenti sampai disana.

Supporting Verse – [35] Orang banyak yang ada di sana berdiri dan menyaksikan semua kejadian itu. Para pemimpin Yahudi terus mengejek Dia dengan berkata, “Orang lain dia selamatkan. Biarlah sekarang dia menyelamatkan dirinya sendiri kalau memang benar dia Kristus yang dipilih dan diutus oleh Allah.” [36] Para tentara juga mengolok-olok Dia. Beberapa kali mereka mendekati-Nya dan menawarkan anggur asam kepada-Nya [37] dengan berkata, “Kalau benar kamu ini raja orang Yahudi, selamatkanlah dirimu!” Lukas 23:35-37 TSI

[39] Salah satu penjahat yang disalibkan bersama Yesus juga mulai menghina Dia dengan berkata, “Hei! Kamu ini Kristus, bukan?! Selamatkanlah dirimu dan kami juga!” Lukas 23:39 TSI

Tidak heran cara iblis disaat mau menghancurkan hidup seseorang adalah dengan menghancurkan identitasnya. Cobaan pertama Yesus oleh iblis di padang gurun setelah Dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis juga tentang identitasNya, dan cobaan terakhir Yesus-pun juga tentang identias. Identitas kita hanya ditentukan oleh apa kata Tuhan tentang diri kita.

Supporting Verse – [1] Sesudah itu Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang belantara untuk dicobai iblis. [2] Di sana Dia berpuasa dengan tidak makan apa pun sama sekali selama empat puluh hari empat puluh malam, hingga akhirnya Dia sangat lapar. [3] Lalu iblis, si penggoda itu, mendekati-Nya dan berkata, “Bukankah kamu Anak Allah? Ubahlah batu-batu ini menjadi roti!” [4] Tetapi Yesus menjawab, “Dalam Kitab Suci tertulis, ‘Kehidupan manusia tidak bergantung pada roti saja, melainkan pada setiap perkataan yang diucapkan Allah.’” [5] Kemudian dalam waktu singkat iblis membawa-Nya ke kota suci Yerusalem dan menempatkan-Nya di puncak rumah Allah. [6] Kata iblis kepada-Nya, “Kalau kamu Anak Allah, lompatlah ke bawah! Karena dalam Kitab Suci tertulis, ‘Allah akan menyuruh para malaikat untuk menjagamu, dan tangan mereka akan memegangmu, sehingga kakimu tidak sampai kena batu.’” [7] Jawab Yesus, “Ada juga tertulis, ‘Janganlah kamu mencobai TUHAN Allahmu.’” Matius 4:1-7 TSI

Saya hampir selesai, mari buka ayat berikut.

Supporting Verse – [46] Kira-kira jam tiga sore Yesus berteriak dengan suara keras, “Eli, Eli, lima sabaktani?”— yang artinya, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Matius 27:46 TSI

Kata-kata ini adalah puncak dari segala penderitaan Yesus bagi dunia yang terhilang. Seruan Yesus ini menunjukkan bahwa Dia sedang mengalami ketakutan terbesar yaitu keterpisahanNya dari Allah untuk menggantikan posisi kita sebagai orang berdosa. Dan di tahap ini semua kesedihan, oenderitaan dan rasa sakit mencapai puncaknya.

From Throne to Thorns, Dari tahta kepada duri, inilah yang terjadi pada penderitaan Yesus di Jumat Agung. Dari Mahkota Kerajaan kepada mahkota penyiksaan, dari kemuliaan kepada cacian, ejekan dan makian. Dari Kesetaraan kepada Allah kepada kesamaan kepada manusia, Dari kehidupan kepada kematian agar kita semua yang harusnya mati dari penghukuman bisa hidup di dalam pengharapan. Itulah seberapa besar Yesus mengasihi kita semua.

Ayat saya yang terakhir adalah Nubuatan tentang kematian Yesus ribuan tahun sebelum Jumat Agung terjadi.

Closing Verse – [2] Tuhan menghendaki hamba-Nya itu seperti tunas yang tumbuh di tanah yang gersang. Tak ada yang indah padanya untuk kita pandang; tak ada yang menarik untuk kita inginkan. [3] Kita menghina dan menjauhi dia, orang yang penuh sengsara dan biasa menanggung kesakitan. Tak seorang pun mau memandang dia, dan kita pun tidak mengindahkan dia. [4] Sebenarnya penyakit kitalah yang ditanggungnya, sengsara kitalah yang dideritanya, padahal kita menyangka penderitaannya itu hukuman Allah baginya. [5] Tetapi ia dilukai karena dosa-dosa kita, dan didera karena kejahatan kita. Ia dihukum supaya kita diselamatkan, karena bilur-bilurnya kita disembuhkan. [6] Kita semua tersesat seperti domba, masing-masing mencari jalannya sendiri. Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita semua. [7] Ia diperlakukan dengan kejam, tapi menanggungnya dengan sabar. Ia tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian atau induk domba yang dicukur bulunya. [8] Ia ditahan dan diadili, lalu digiring dan dihukum mati. Tak ada yang peduli akan nasibnya; ia mati karena dosa bangsa kita. [9] Ia dikuburkan bersama orang jahat; makamnya di tengah-tengah orang kaya, walaupun ia tak pernah melakukan kejahatan, dan tak pernah menipu.” [10] Tuhan menghendaki bahwa ia menderita, dan menyerahkan diri sebagai kurban penghapus dosa. Maka ia akan panjang umur dan melihat keturunannya melalui dia kehendak Tuhan akan terlaksana. [11] Karena itu Tuhan berkata, “Sesudah menderita sengsara, ia akan bahagia dan puas. Hamba-Ku itu, yang menyenangkan hati-Ku, telah menanggung hukuman orang banyak; demi dia Aku akan mengampuni mereka. Yesaya 53:2-11 BIMK

Yesus hidup untuk mati supaya kita yakin setiap hari bahwa kita diterima apa adanya, bahwa kita berharga tanpa perlu melakukan apapun, bahwa kita penting di mata Tuhan, bahwa kita pantas untuk mendapatkan Pengorbanan Yesus di kayu salib, we are worthy, bahwa kita sangat amat dikasihi oleh Tuhan Yesus dengan Kasih yang tanpa syarat.