Let Go and Let God By Ps. Kenny Goh

Sutera Hall 2nd Service (13 April 2025)

Hari ini kita melanjutkan seri kotbah Kita tentang “Sacrifice” atau Pengorbanan. Di bulan ini kita memperingati kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus yang adalah korban sempurna dan yang terakhir dan diperlukan umat manusia, untuk menghapus dosa Kita semua dan dibenarkan di hadapan Allah.

Kita tidak hanya mau memperingati kematian Yesus tetapi kita juga mau belajar bagaimana hidup dalam realita yang baru, bagaimana kita bisa hidup mati terhadap manusia yang lama kita dan hidup untuk memuliakan Allah dan juga menghargai Cinta Kasih perbuatan Yesus untuk kita semua.

Opening Verse – [36] Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Roma 11:36 TB

Intinya adalah saat kita sadar dan mengerti bahwa tujuan kita adalah Tuhan, mengerti tujuan hidup kita ini, tujuan hidup kita adalah untuk Tuhan. Karena kita sadar akan hal ini, maka sebagai respon kita adalah sebagai berikut.

Supporting Verse – [1] Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Roma 12:1 TB

Tetapi hal ini menjadi ribet disaat kita mencari tujuan yang lain dan itu membuat kita tidak mengenal konteks yang ada. Ibadah yang sejati bukan hanya sekedar datang dan hadir beribadah di hari minggu tetapi ibadah yang sejati juga melibatkan seluruh tubuh kita dan keberadaan kita untuk dipersembahkan kepada Allah.

Ibadah kita di hari minggu dan pelayanan gereja kita tentu penting tetapi tidak berakhir disana, tetapi Ibadah yang sejati adalah disaat kita mempersembahkan seluruhnya untuk Tuhan.

Supporting Verse – [2] Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12:2 TB

Jadi disaat kita mempersembahkan seluruh tubuh kita, kita juga harus melatih cara kita berpikir agar kita bisa berpikir, melihat, merespon, bertindak dan berprilaku sesuai dengan apa yang Tuhan mau, salah satu cara berpikir yang harus berubah adalah dalam melepaskan pengampunan.

Judul kotbah hari ini adalah “Let Go and Let God“.

Kabar baiknya yang kita terima dan percayai disaat merayakan Jumat Agung adalah Allah menghapuskan semua dosa kita karena Yesus, bukan karena perbuatan baik kita. Sama seperti Allah mengampuni kita, kita juga diperintahkan untuk mengampuni sesama kita.

Supporting Verse – [32] Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Efesus 4:32 TB

[13] Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Kolose 3:13 TB

Saling mengasihi dan mengampuni menjadi “brand image” dan bukti atau tanda seseorang yang percaya dan mengikuti Yesus. Tentu tidak mudah, karena melepaskan pengampunan pada dasarnya itu tidak adil. Apalagi kalau ada yang disakiti dan dirugikan, melepaskan pengampunan seolah-olah kita mengabaikan rasa sakit, kecewa dan kehancuran yang dialami oleh korban. It’s not fair.

Supporting Verse – [38] Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Matius 5:38 TB

Mungkin kita berpikir bahwa hal seperti ini adalah hal yang wajar, adil, seimbang dan normal. Mungkin hal ini sepertinya dan seharusnya terjadi di luar dan dunia. Bahwa kalau kita bekerja keras, tentu kita akan meminta imbalannya, atau kalau misalnya ada orang yang mensabotase apa yang kita kerjakan, mungkin adil dan sewajarnya kita membalas perbuatan itu biar adil.

Dan Yesus bilang bahwa kita telah mendengar Firman di Imamat, ada hukumnya. Ini bisa menjadi pokok pembahasan yang menarik untuk didiskusikan disaat saudara semua berkomunitas di dalam DATE minggu ini.

Supporting Verse – [19] Apabila seseorang membuat orang sesamanya bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus dilakukan kepadanya: [20] patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya. [21] Siapa yang memukul mati seekor ternak, ia harus membayar gantinya, tetapi siapa yang membunuh seorang manusia, ia harus dihukum mati. [22] Satu hukum berlaku bagi kamu, baik bagi orang asing maupun bagi orang Israel asli, sebab Akulah Tuhan, Allahmu.” Imamat 24:19-22 TB

Kembali ke ayat Matius 5, di ayat selanjutnya Yesus berkata sebaliknya bahwa disaat kita menerima perlakukan yang jahat, kita tidak boleh membalasnya.

Supporting Verse – [39] Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Matius 5:39 TB

Saya rasa jika saudara disini dan belum percaya kepada Kristus, mungkin ini adalah satu poin dimana saudara boleh mempertimbangkan bahwa sepertinya berat menjadi orang kristen. Masa dijahatin dan kita sama sekali tidak boleh membalasnya. Dan bahkan Yesus tidak berhenti sampai disitu saja.

Supporting Verse – [43] Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. [44] Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. [45] Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Matius 5:43-45 TB

Kadang disaat membaca ayat ini, saya sepertinya menjadi orang yang tidak suka kepada Yesus karena disaat mengikuti Yesus, hati kita harus menjadi begitu besar, sungguh sulit untuk mendoakan orang yang menyakiti kita.

Bayangkan, Kapan terakhir kali ada orang yang mencuri semua yang sudah kita bangun, dan tiba-tiba diambil begitu saja, kita menjadi dirugikan, dan kata Yesus, sebagai orang Kristen, kita harus mendoakan dan memberkati orang tersebut.

Yesus memanggil dan mengajar kita untuk hidup dan memiliki standard dan respon dengan cara yang berbeda dengan dunia, bukan “mata ganti mata”, tetapi Kasihilah musuh kita.

Kalau semua negara dan bangsa di dunia memutuskan untuk memberkati dan mendoakan musuh mereka, apakah dunia ini akan menjadi tempat yang Indah?

Karena kita harus tahu bahwa ada sebuah dunia yang dipersiapkan Tuhan untuk kita semua. Dan ini menjadi realita dari level individu, masyarakat sampai ke seluruh dunia, bandingkan kalau ada yang menyakiti kita dan kita harus memaafkan, mendoakan dan memberkati orang tersebut. Yesus memanggil kita kepada standard yang berbeda.

Apa sebenarnya dasar pemikiran Yesus yang melandasi hal ini? Pasti ada karena Tuhan bukan Tuhan yang “random”. Apakah ada cara berpikir yang berbeda untuk membantu kita melepaskan pengampunan dengan tulus dan ikhlas?

Supporting Verse – [17] Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! [18] Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Roma 12:17-18 TB

Saya suka dengan bagaimana “fair”-nya Rasul Paulus disini. Seperti yang dikatakan Paulus, Situasi tidak selalu bergantung kepada kita dan utamanya kepada jemaat di Roma saat itu yang sedang ditindas, diburu dan dianiaya, kita lakukan sebisa mungkin untuk damai, atau “sedapat-dapatnya”.

Supporting Verse – [19] Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Roma 12:19 TB

Kuncinya adalah ini, bahwa landasan untuk melepaskan pengampunan kepada semua orang, adalah karena kita melepaskan hal kita untuk membalas dan menyerahkan hak itu kepada Tuhan, dan Tuhan yang akan menegakkan keadilan.

Jadi, awalnya ada balance atau keseimbangan, lalu ada pelanggaran yang terjadi sehingga situasi itu menjadi tidak berimbang, lalu kita bisa memutuskan dengan upaya kita, seperti dengan konsep “mata ganti mata”, agar terjadi keseimbangan kembali.

Tetapi pengampunan yang Rasul Paulus ajarkan adalah pada saat ketidakseimbangan terjadi, lepaskan hak kita untuk menyeimbangkan itu, serahkan urusan ini kepada Tuhan, biar Tuhan dengan cara apapun kembali menyeimbangkan karena Tuhan adalah Tuhan yang adil dan sempurna.

Pengampunan artinya mengorbankan hak kita untuk membalas dan percaya kepada keadilan Tuhan.

Percaya bahwa Tuhan yang akan kembali menyeimbangkan, tidak tahu Kapan dan caranya bagaimana tetapi Tuhan akan lakukan, karena Dia adalah Tuhan yang adil.

Aplikasinya seperti apa? Mari kita baca ayat berikut.

Supporting Verse – [20] Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. [21] Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! Roma 12:20-21 TB

Mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, Dunia melihat ini sebagai hal yang fiktif ibaratnya seperti serial televisi, tetapi sebaliknya Firman Tuhan memanggil kita untuk hidup seperti itu.

Percayalah bahwa Allah kita adalah Allah yang adil, Dia yang lebih mampu menanggung beban untuk menegakkan keadilan, membuat keadaan menjadi adil kembali, dibandingkan dengan diri kita yang terbatas.

Karena kalau kita memaksa diri untuk melakukan itu sendiri, terkadang kita begitu terbatas dan tidak bisa melihat semua variable yang ada dan itu hanya akan menambah masalah yang baru.

Jadi, lepaskan hak kita, percaya kepada Tuhan yang adil, karena Tuhan lebih tahu dan mengerti caranya, lepaskan pengampunan.

Ada banyak orang yang tidak melihat campur tangan dan mukjizat Tuhan karena mereka selalu sibuk mencoba untuk menyelesaikan masalahnya dengan sendiri.

Pertanyaannya, bagaimana caraNya Tuhan mendatangkan keadilan disaat kita diminta untuk tidak membalas?

Pertama, Tuhan bisa melakukan melalui otoritas dunia ini.

Dalam setiap masyarakat, ada para penegak hukum dan bisa melalui polisi, jaksa, pengadilan dan hukum yang ada di dunia, kita bisa melaporkan dan percaya bahwa Tuhan bisa bekerja melalui itu.

Meskipun tidak sempurna, tetapi Tuhan kita sempurna. Bayangkan apa yang terjadi jika setiap orang dipercaya untuk menegakkan keadilan dengan caranya sendiri.

Closing Verse – [1] Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. [2] Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. [3] Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. [4] Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Roma 13:1-4 TB

Tuhan membahas tentang pentingnya pemerintahan, terutama dalam konteks gereja di Roma yang sedang dianiaya saat itu, dan Tuhan bisa memakai hukum dan otoritas dunia untuk menegakkan keadilan.

Kedua, Tuhan bisa melakukan melalui konsekunsi alami

Ketahuilah bahwa siapapun yang melakukan pelanggaran, melanggar kepercayaan, merusak hubungan dan berbuat jahat pasti akan mendapatkan konsekuensi alami.

Mana ada yang mau berteman dan berbisnis dengan orang seperti itu? Kalaupun sekarang tidak kelihatan, waktu sendiri yang akan menyingkapnya.

Ketiga, Tuhan bisa melakukan melalui hati yang berubah.

Terkadang, balasan Tuhan bentuknya bukan hukuman tetapi adalah transformasi kehidupan. Dan ini yang seharusnya kita harapkan.

Contohnya, disaat Tuhan menghukum seseorang bernama Saulus yang menganiaya orang-orang kristen. Dia mengotorisasi pembunuhan orang Kristen, dan dia menganggap orang Kristen sebagai penyakit di masyarakat.

Dan tanpa campur tangan manusia untuk membuat dia bertobat, tetapi Tuhan sendiri yang muncul dan bertidak dalam perjalanannya ke Damsik, Tuhan mengubah dia dan memakai dia untuk menulis 3/4 dari Kitab di Perjanjian Baru. Sungguh luar biasa, bukan?

Tuhan tidak memerlukan nasihat kita dan membalas orang jahat dengan caraNya sendiri yang sempurna. Dia bisa melakukannya dengan kebenaran, kebijaksanaan, dan belas kasihan. Makanan kita perlu memercayakan pembalasan kepada Tuhan.

Bagian kita hanya memaafkan, mengampuni dan percaya akan keadilan Tuhan. Pengampunan tidak diberikan berdasarkan perasaan kita, tetapi berdasarkan ketaatan kita kepada Firman Tuhan, korban persembahan yang hidup kepada Tuhan.

Sewaktu Tuhan berurusan dengan Saulus, “apesnya”, tidak ada saksi yang melihatnya dan Tuhan juga memberikan tugas kepada Saulus untuk melayaniNya.

Ilustrasi – Bayangkan disaat Saulus datang ke persekutuan orang-orang kristen yang tersembunyi, mungkin ada beberapa teman persekutan yang takut dan tidak mau menerimanya karena orang yang mereka kenal (baik itu calon istri atau kerabatnya) dibunuh oleh Saulus sebelumnya. Petrus yang mencoba mengampuni dan ingin berdoa untuknya, mungkin akan dicela-oleh teman persekutuan yang ada.

Dalam situasi itu, dunia mungkin akan berkata mengenai betapa bodohnya Petrus. Tetapi saya bayangkan di dalam hati Petrus, dia berpikir bahwa dia telah mengkhianati Yesus, tetapi Yesus sudah mengampuninya, dan bahkan menyerahkan “domba-dombaNya” kepada Petrus.

Saya bisa membayangkan bahwa Petrus bilang bahwa meskipun dia harus mati disini, lebih baik dia mati untuk mendoakan musuhnya.

Kita tahu kisah selanjutnya, karena Murid Yesus taat dan melakukan apa yang Yesus ajarkan, Saulus masuk dengan nama yang baru, menulis apa yang kita baca hari, dia menulis begitu banyak bagian di Alkitab.

Dosa dia mungkin paling banyak tetapi dia mengalami pengampunan. Tuhan kita adalah Tuhan yang adil, dan Dia juga adalah Kasih. Keadilan dan Kasih bertemu di kayu salib karena setiap manusia sudah melanggar dan berdosa. Seharusnya untuk membayar selisih itu, upahnya adalah maut.

Ada dilema, “Aku sayang, tetapi Aku juga adil”, jadi solusinya, hukuman dijatuhkan tetapi melalui tubuh yang lain. Dan tidak boleh sembarangan orang seperti kita, Butuh seseorang yang sempurna dan nilai darahNya lebih tinggi dan besar dibanding darah seluruh dari kita, untuk menggantikan dan menyeimbangkan kembali, dan memberikan pemulihan.

Sehingga Allah yang maha Kasih dan Maha adil bisa mendekat kepada kita yang melanggarNya tanpa rasa bersalah dan rasa takut. Tuhan adil dan telah menghukum semua dosa kita di atas kayu salib.

Sisanya adalah Kagum, Cinta dan Syukur dengan apa yang Tuhan sudah lakukan. Ini adalah pesan dari Iman kita, sehingga semua orang yang percaya di dalam dan kepadaNya tidak takut binas tetapi bisa hidup kekal untuk bersekutu dengan Tuhan.

Kita berdosa terhadap Tuhan, tetapi Dia tidak memperhitungkan itu karena sudah diperhitungkan di dalam tubuh Yesus sehingga kita semua bebas dari semua hutang kepada Tuhan. Thank You Jesus.