JPCC Sutera Hall 2nd Service (23 March 2025)
Terima Kasih Tuhan, Berikan tepuk tangan juga untuk teman-teman yang sudah melayani baik di atas panggung maupun yang tidak kelihatan dari pagi, baik dari tim usher, multimedia, dan banyak lagi. Kalian semua luar biasa! Welcome to Church!
Apa kabar semuanya? Semua dalam keadaan yang baik dan sehat? Mengucapkan selamat datang dan hadir juga untuk teman-teman yang hadir secara online dimanapun saudara berada. Kita sudah memasuki minggu berikutnya dengan tema “Beyond Blind Faith“. Lebih daripada sekedar Iman yang buta, tetapi kita percaya kepada Kedaulatan dan Pribadi dari Tuhan Yesus.
Saya sangat terberkati secara pribadi dengan seri pengajaran ini. Iman yang sejati bukanlah suatu sikap yang pasif atau sekedar daripada kumpulan keyakinan yang tersimpan dalam pikiran saja. Iman yang dibutukan terutama dalam hari-hari sekarang ini adalah Iman yang berani mengambil langkah yang nyata bagi Tuhan bahkan ketika langkah tersebut beresiko atau sulit.
Ini adalah Iman yang mendorong kita keluar dari zona nyaman dan menuju tempat atau zona yang penuh ketidakpastian karena kita percaya bahwa Tuhan ada disana, ini yang kita sebut “defining moments” di Leaders Gathering kemarin.
Saya ingat saat JPCC dimulai 26 tahun yang lalu, di tahun 1998, ini adalah sebuah defining moment dimana bangsa kita saat itu begitu bergejolak luar biasa tetapi ada seorang pemuda bernama Jeffrey Rachmat yang diberikan tantangan oleh Tuhan untuk memulai sebuah gereja bernama JPCC di tengah semua ketidakpastian yang ada.
Dan hari ini kita semua bisa duduk dalam segala kenyamanan dari semua yang sudah ada selama 26 tahun ini, tetapi ada defining moment dimana kita ditantang keluar dari zona nyaman dan masuk ke zona yang penuh ketidakpastian. Inilah Iman yang kita butuhkan.
Sharing Ps. Sidney – Kita-pun sedang memasuki jaman dan musim yang sama, setiap dari kita pasti mempunyai “defining moments” itu, dan bahkan saya secara pribadi kemarin diingatkan saat Leaders Gathering oleh Tuhan bahwa tahun ini adalah tahun anniversary yang ke-30 sejak saya pindah dari Amerika ke Indonesia. Tepatnya di tanggal 1 Mei 1995.
Saya dari kecil sebenarnya lahir di Jakarta, tetapi karena orang tua saya bercerai di tahun 1980an, kami sekeluarga semua pindah ke amerika. Saya bertumbuh dari SD sampai kuliah di Amerika tanpa berpikir bahwa saya akan kembali ke Indonesia karena adanya banyak trauma yang saya alama semasa kecil disana.
Saya dijamah Tuhan saat berusia 17 tahun dan sudah melayani di salah satu gereja kecil di Amerika. Tetapi di bulan februari atau maret 1995, saya mengikuti seminar praise and worship di gereja kecil disana, saya melayani sebagai seorang Worship Leader, dan ada seorang hamba Tuhan dan penulis lagu yang mengajar kelas disana dan mendoakan saya disaat saya berusia 21 tahun, Dia berkata seperti ini :
“Tuhan mau agar kamu keluar dari zona nyaman kamu untuk pergi ke semua tempat dimana kamu tidak mau pergi, dan disanalah Tuhan akan menantikan kamu, dan juga ada bersama dengan kamu.”
Saya ingat sekali disaat mendengar doa ini, 30 tahun yang lalu, sebuah defining moment dimana saya begitu menolak ide ini karena saya berpikir bahwa saya akan berada di Amerika seumur hidup saya. Tetapi saya tidak tahu kenapa, hari itu ada satu benih yang masuk dalam kehidupan saya, dan saya merasakan hadirat Tuhan yang berkata bahwa Dia ada bersama saya.
Dan saya ingat sekali bahwa setelah itu saya menghampiri keluarga saya dan juga pastor saya untuk pulang ke Jakarta, saat saya masih berumur 21 tahun, dan di tanggal 1 Mei 1995, saya pulang ke Indonesia untuk mengikuti kemauan Tuhan.
Saya benar-benar hanya membawa 1 koper, dengan tiket 1 arah karena saya tidak tahu kapan saya akan kembali ke Amerika. Just Obey God and Have Faith. Dengan Iman percaya bahwa Tuhan akan menyertai saya, and here I am, 30 tahun kemudian saya berada disini bersama dengan saudara semua. It’s the best decision I ever made.
Tetapi dengar saya baik-baik, Bukan berarti dalam 30 tahun ini kehidupan saya dan apa yang Tuhan berikan mulus-mulus saja, tetapi Janji Tuhan bukan agar saya mendapatkan Berkat tetapi JanjiNya Tuhan adalah bahwa Dia akan selalu menyertai saya kapanpun, dimanapun dan dalam musim apapun. Inilah Iman yang sebenarnya dinanti-nantikan oleh Tuhan. Iman yang berani mengikuti Tuhan di dalam segala musim.
Iman tidak pernah tahu kemana Ia dituntun tetapi Ia mengasihi dan mengenal Dia yang memimpin – Oswald Chambers.
Iman yang buta hanya sekedar percaya, tetapi Iman yang sesungguhnya percaya dan mengasihi siapa yang memimpin kita, Iman yang berkata bahwa meskipun kita tidak tahu kita harus kemana, tetapi kita sangat mengenal hati Tuhan dan percaya sehingga kemanapun kita pergi, Dia pasti akan selalu menyertai kita.
Dunia ini sekarang penuh dengan tensi dan ketidakpastian, baik itu dalam ekonomi, politik, dan peperangan di berbagai negara, semua ini membuat kita cemas dan tidak aman dengan masa depan kita. Belum lagi tantangan yang ada di dalam kehidupan kita masing-masing baik itu di dalam keuangan, kesehatan, pekerjaan atau hubungan yang kita miliki.
Di tengah-tengah ini semua, ada begitu banyak orang-orang yang bergereja dan sering bertanya kepada kami “Mengapa Tuhan seperti diam disaat ketidakadilan merajarela?”, atau “Mengapa orang yang baik malah menderita sementara orang yang jahat malah berhasil?”
Alkitab menunjukkan bahwa justru dalam musim-musim konflik dan ketidakpastian ini, Iman kita semua diuji dan dimurnikan. Abraham, Musa, Nuh dan Ester, bahkan murid-murid Yesus dan gereja mula, mereka mengabarkan Injil dengan ancaman hukuman mati yang sangat mengenaskan. Tidak ada situasi yang ideal, Semua melalui musim yang sama, Iman yang sejati seringkali diuji dengan ketaatan yang penuh dengan resiko dan ketidaknyamanan.
Dunia dan media sosial seringkali dengan gencar merepresentasikan dan mempromosikan nilai-nilai yang berlawanan dengan prinsip dan Firman Tuhan, ada begitu banyak tekanan untuk kita kompromi dengan dunia yang datang dari segala arah dan disinilah Iman yang berani mengambil langkah sangat amat dibutuhkan, Iman yang berani berkata “tidak” saat semua orang berkata “Iya” di dunia, dan sebaliknya Iman yang berkata “Iya” kepada Tuhan disaat dunia menolaknya. Dan ini yang saya lakukan 30 tahun yang lalu.
Iman yang berani berdiri teguh disaat semua orang menyerah dan putus asa terutama di jaman akhir-akhir ini. Ada begitu banyak teman-teman saya di marketplace yang tidak punya pengharapan dalam musim ini. Iman yang berani bersuara saat semua orang diam, Iman yang bukan hanya diucapkan saat kebaktian gereja tetapi juga Iman yang harus dihidupi, ini yang kita sebut sebagai “Iman yang teruji”, Dan ini adalah judul kotbah saya hari ini.
Iman yang tak tergoyahkan. Tuhan memanggil kita semua untuk percaya dan sekaligus juga untuk bertidak. Bukan dengan Iman yang buta melainkan dengan kepercayaan yang didasarkan dengan siapa Tuhan kita dan ini adalah fondasinya.
Opening Verse – Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman. Roma 1:17 TB
“Orang benar akan hidup oleh Iman” ini kita dapati dari Kitab Habakkuk.
Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. Habakkuk 2:4 TB
Behold, his soul is puffed up; it is not upright within him,
but the righteous shall live by his faith. Habakkuk 2:4 ESV
Kitab Habakkuk hanya ada 3 pasal, dan Kitab ini ditulis 600 tahun sebelum masehi dimana Kerajaan Babilonia mengancam akan menyerang Kerajaan Yudea, dan kondisi Kerajaan Yudea-pun sedang berantakan karena para umat Tuhan sedang tidak mengikuti pada hukum dan tauratNya Tuhan.
Ada begitu banyak kepemimpinan dalam Kerajaan Yudea yang dipenuhi dengan korupsi. Sounds Familiar? Sewaktu saya membaca Ini, saya seperti melihat adanya kesamaan yang Tuhan ingin ajarkan kepada kita semua. Kitab Habakkuk Ini adalah sebuah dialog, ratapan dan percakapan antara Habakkuk dengan Tuhan.
Supporting Verse – Inilah pesan yang dinyatakan oleh Tuhan kepada Nabi Habakuk. Ya Tuhan, sampai kapan aku harus berseru meminta pertolongan? Kapan Engkau akan mendengar dan menyelamatkan kami dari penindasan? Mengapa Kaubiarkan aku melihat begitu banyak kejahatan? Masakan Engkau tahan melihat begitu banyak pelanggaran? Di mana-mana ada kehancuran dan kekerasan, perkelahian dan perselisihan. Hukum diremehkan dan keadilan tak pernah ditegakkan. Orang jahat menjadi unggul atas orang yang jujur, maka keadilan diputarbalikkan. Habakkuk 1:1-4 BIMK
Kita lihat bagaimana Nabi Habakkuk yang sedang mengeluh kepada Tuhan karena Dia seakan-akan tidak peduli dengan kondisi yang sedang terjadi.
Supporting Verse – Kemudian Tuhan berkata kepada umat-Nya, “Perhatikanlah bangsa-bangsa di sekitarmu, maka kamu akan heran dan tercengang. Sebab pada zamanmu Aku akan melakukan sesuatu, yang tidak kamu percayai kalau hanya diceritakan kepadamu. [6] Bangsa Babel yang galak dan ganas itu akan Kujadikan bangsa yang berkuasa. Mereka berbaris keluar dari negerinya dan menjelajahi seluruh dunia untuk menaklukkan bangsa-bangsa lain. [7] Di mana-mana mereka menimbulkan ketakutan; dengan sombong mereka menolak semua hukum kecuali yang sesuai dengan keinginan mereka. [8] Kudanya lebih cepat daripada macan tutul, dan lebih ganas daripada serigala yang sedang lapar. Pasukan berkudanya datang dari negeri-negeri jauh; mereka datang seperti burung elang yang menyambar mangsanya. [9] Tentaranya menyerbu untuk melakukan kekerasan, semua orang gentar melihat kedatangan mereka. Tawanan mereka tidak terhitung jumlahnya. [10] Mereka mengejek raja-raja dan menertawakan pegawai-pegawai tinggi. Dianggapnya remeh setiap benteng, dan ditimbunnya tanah lalu direbutnya benteng itu. [11] Lalu secepat angin berangkatlah orang-orang yang mendewakan kekuatannya sendiri itu.” Habakkuk 1:5-11 TB
Seperti Tuhan berkata bahwa keadaan akan bertambah buruk kepada Habakkuk, karena Bangsa Babel akan menjajah dan menindas Israel dan itu terjadi karena diijinkan oleh Tuhan sendiri.
Supporting Verse – [12] Tuhan, sejak dahulu Engkau adalah Allah. Engkau Allahku yang suci dan kekal. Tuhan, Allahku dan pelindungku, bangsa Babel itu Kaupilih dan Kaubuat perkasa untuk menghukum kami. [13] Tetapi bagaimana Engkau tahan melihat orang-orang jahat yang kejam itu? Bukankah Engkau terlalu suci untuk memandang kejahatan? Bukankah Engkau merasa muak melihat ketidakadilan? Jadi, mengapa Engkau diam saja ketika orang yang saleh dihancurkan oleh pendurhaka? [14] Mengapa manusia Kauanggap seperti ikan di laut, dan seperti serangga yang tak ada pemimpinnya? [15] Bangsa Babel menangkap orang-orang dengan kail, seolah-olah mereka itu ikan. Orang-orang itu diseret dalam jala-jala dan bangsa Babel bersenang-senang dengan hasil mereka. [16] Kemudian jala itu mereka sembah dan mereka beri persembahan kurban, sebab dengan jala itu mereka telah mendapat rejeki berlimpah-limpah dan menjadi makmur. [17] Masakan mereka akan terus menghunus pedangnya dan membunuh bangsa-bangsa, tanpa ampun? Habakkuk 1:12-17 BIMK
Berapa banyak dari kita yang bertanya seperti Habakkuk diatas dalam pergumulan kita di hadapan Tuhan? “Tidak seharusnya situasi seperti ini, karena aku kan sudah pelayanan, Tuhan? Aku sudah ke gereja, kenapa kondisi saya, ekonomi dan pernikahan saya menjadi seperti ini?” Mari kita lihat jawaban Tuhan akan keluhan Habakkuk.
Supporting Verse – [1] Aku mau naik ke menara penjagaanku, dan menunggu apa yang hendak dikatakan Tuhan kepadaku, dan bagaimana jawaban-Nya atas keluhanku. [2] Tuhan menjawab aku begini, “Ukirlah dengan jelas pada kepingan tanah liat, apa yang Kunyatakan kepadamu, supaya dapat dibaca dengan mudah. [3] Catatlah itu, sebab sekarang belum waktunya. Tetapi saat itu segera tiba, dan apa yang Kunyatakan kepadamu pasti akan terjadi. Meskipun tampaknya masih lama, tetapi tunggu saja! Saat itu pasti akan datang dan tak akan ditunda. Habakkuk 2:1-3 BIMK
Berapa banyak dari Kita yang merasa seperti Habakkuk dan mempertanyakan pergumulan dan kondisi yang sedang mereka alami kepada Tuhan? Mengapa Tuhan diam saja di dalam pergumulan kita? But the righteous shall live by His Faith.
Supporting Verse – [4] Dan ingatlah: Orang yang jahat tidak akan selamat, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah akan hidup karena kesetiaannya kepada Allah.” Habakkuk 2:4 BIMK
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari Habakkuk dan pergumulannya. Bahwa Dia juga bisa disebut sebagai “Bapa Iman” seperti tertulis di Kitab Ibrani. Habakkuk hidup dalam Iman meskipun semua yang dia lihat dan alami sangat bertolak belakang dengan apa yang dia doakan, harapkan dan minta dari Tuhan
Pertama, Habakkuk dengan jujur mengeluh langsung kepada Tuhan.
Hal ini sangat penting terutama di jaman sekarang dimana kita dengan begitu mudahnya bisa mengeluh di media sosial. Habakkuk berani bertanya langsung kepada Tuhan dan ini adalah pola yang sering ada di Alkitab. Kita lihat ini juga terjadi kepada Raja Daud dimana Dia sering mengeluh, tetapi Dia mengeluhnya langsung kepada Tuhan.
Habakkuk tidak mengeluh dan mencurahkan frustasinya kepada teman-temannya atau di media sosial. Tetapi dia mencurahkan frustasi dan keluh kesahnya langsung kepada Tuhan. Ada banyak orang yang sering berkata bahwa kita tidak boleh mengeluh disaat berjalan bersama Tuhan. Kata siapa?? Malah seharusnya kalau kita mau mengeluh dan meratap, kita seharusnya meratap dan mengeluh langsung kepada Tuhan, bukan kepada orang di sekeliling kita.
Disaat kita malah jujur dengan orang-orang terdekat kita, itu menunjukkan bahwa kita mengasihi mereka, dan mereka juga mengasihi kita. Tetapi Orang pertama yang harus kita keluarkan semua frustasi kita adalah kepada Tuhan dan bukan kepada dunia.
Saat kita tidak mau jujur untuk mengeluh kepada Tuhan, justru ketidakjujuran itu yang membuat hubungan kita semakin jauh dengan Tuhan. Sebaliknya ketika kita membawa keluhan itu kepada Tuhan, justru hubungan kita menjadi lebih dekat denganNya. Tuhan kita tidak baper-an dan tidak insecure, dan Dia sangat amat mau mendengarkan seluruh keluhan kita.
Kedua, apapun keadaannya, Habakkuk tidak akan meninggalkan Tuhan
Ada banyak orang yang dengan sangat mudah disaat Tuhan tidak menjawab doa kita, dan dengan mudahnya mereka meninggalkan Tuhan yang selalu setia dalam kehidupan kita. Sebaliknya ada orang-orang yang meskipun doanya tidak dijawab, kondisi keuangan dan pernikahannya belum pulih sempurna, dan penyakitnya belum disembuhkan atau bahkan tidak disembuhkan, namun mereka tetapi setia kepada Tuhan.
Firman Tuhan tidak menuliskan bahwa Habakkuk bisa melihat adanya pemulihan di bangsa Israel. Habakkuk tidak melihat apa yang Tuhan janjikan karena waktunya Habakkuk belum tentu sama seperti waktunya Tuhan. Tetapi satu hal yang pasti adalah Habakkuk terus hidup setia sampai akhir hidupnya, Dia tetap memilih untuk melayani Tuhan dan percaya kepadaNya di tengah kebingungannya.
Ini adalah sikap dan pikiran yang sama dan dimiliki oleh para pahlawan Iman di Alkitab, “Jika saya hidup dengan Tuhan saja mengalami kesulitan dan tidak mengerti, apalagi yang akan terjadi jika saya hidup tanpa Tuhan?”. Ini Pemikiran yang berhikmat.
Supporting Verse – [17] Meskipun pohon ara tak ada buahnya dan pohon anggur tak ada anggurnya, biarpun panen zaitun menemui kegagalan dan hasil gandum di ladang mengecewakan, walaupun domba-domba mati semua dan kandang ternak tiada isinya, [18] aku akan gembira selalu, sebab Engkau Tuhan Allah penyelamatku. Habakkuk 3:17-18 TB
Sekalipun kondisi keuangan kita dan bangsa negara belum berubah, sekalipun kesehatanku belum ada pemulihan, namun aku akan tetapi memuji Tuhan. Apapun yang terjadi, I will still praise my God! Itu kata Habakkuk, Bagaimana dengan kita semua hari ini?
Bukan berarti Habakkuk tidak menginginkan adanya perubahan, dia berdoa akan itu tetapi keinginannya tidak terkabulkan di hidupnya. Bukan berarti saya tidak meminta Tuhan untuk menyembuhkan penyakit saya baik itu di dalam Vertigo atau Meniere Diseases, tetapi sikap saya adalah bahwa apapun jawaban Tuhan, saya tidak akan pernah berhenti memuji dan menyembahNya.
Kitab Habakkuk Ini mengajarkan bahwa Iman bukan sekedar apa yang bisa kita lihat dengan mata jasmani, atau alat untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Karena seringkali di jaman gereja modern ini, kita menggunakan Iman sebagai suatu alat untuk mendapatkan apa yang kita mau, baik itu di dalam hubungan kita, kesembuhan dari penyakit, atau bahkan barang dan hal-hal yang kita minta dan inginkan dalam hidup.
Iman yang sesungguhnya, Faith is a reasoned Trust in the character of God, Iman adalah keyakinan yang berdasar pada karakter Allah. Dia setia, baik, dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia adil meskipun semua yang kelihatan seperti bertolak belakang dengan apa yang kita harapkan.
Ada cerita lain tentang Iman di dalam Alkitab, kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang diambil secara paksa oleh bangsa Babel untuk bisa berbaur dengan budaya mereka. Ada seorang Raja Babel bernama Raja Nebukadnezar yang memerintah agar semua warga disana ikut sujud menyembah patung dewa yang ada disana, dan bagi yang melanggar ini akan dihukum mati.
Supporting Verse – [16] Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab, “Baginda yang mulia, kami tidak akan mencoba membela diri. [17] Jika Allah yang kami sembah sanggup menyelamatkan kami dari perapian yang menyala-nyala itu dan dari kuasa Tuanku, pasti Ia melakukannya. [18] Tetapi seandainya Ia tidak melakukannya juga, hendaknya Tuanku maklum bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku dan tidak pula menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu.” Daniel 3:16-18 BIMK
Iman yang seperti ini tidak tergantung kepada hasil akhirnya seperti apa, atau bahkan JanjiNya Tuhan. Bukan berarti kita tidak boleh berdiri kepada JanjiNya Tuhan, tentu boleh. Tetapi kita tidak boleh berdiri hanya kepada Janji Tuhan, kita harus berdiri juga kepada PribadiNya Tuhan. Iman mereka adalah keyakinan kepada KarakterNya Tuhan, bukan keyakinan bahwa situasi akan semakin baik, tetapi keyakinan bahwa God is good even in the midst of all the things that aren’t good.
Iman dan pengharapan dalam Alkitab sangat berbeda dengan optimisme dunia yang bergantung kepada kemungkinan keadaan akan membaik. Tetapi Iman dan pengharapan di Alkitab bergantung kepada keyakinan akan kebaikan Tuhan Yesus, keyakinan bahwa tidak akan ada yang memisahkan kita dari Kasih Kristus. Sumber Pengharapan kita adalah Pribadi bernama Yesus.
Supporting Verse – [13] Karena itu, saya mendoakan kalian semua yang percaya kepada Kristus: Kiranya Allah, sumber pengharapan kita, memberkati kalian dengan sukacita dan ketenangan dalam perlindungan-Nya. Biarlah kalian tidak pernah berputus asa, sebab melalui kuasa Roh Kudus, kalian memiliki harapan yang pasti. Roma 15:13 TSI
Saya tidak pernah mau bergantung kepada optimisme, tetapi saya bergantung kepada pengharapan yang pasti bernama Yesus. Ada ayat-ayat yang menguatkan saya dalam pergumulan penyakit “meniere syndrome” yang sudah saya alami selama 7-8 tahun terakhir.
Closing Verse – [16] Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. [17] Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. [18] Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. 2 Korintus 4:16-18 TB
Kita diingatkan untuk tidak melihat kepada hal-hal yang sementara, kita diingatkan untuk melihat kepada hal-hal yang kekal, untuk percaya kepada karakter Tuhan yang baik dan setia, kepada TujuanNya yang kekal, untuk kita bisa terus melangkah dalam Iman kita sekalipun, meskipun realita yang kita lihat tidak seperti yang kita harapkan. What is essential is invisible to the eyes.
Hal yang terpenting dalam hidup ini sebenarnya adalah hal-hal yang tidak kelihatan. Karena semua yang sedang kita lalui di kehidupan jasmani ini membawa kita ke dalam kemuliaan yang jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan. There is more to our story, apapun pergumulan kita, semua yang kita doakan, Tuhan berjanji bahwa kita akan dipulihkan, bahwa kita akan bersama dengan Dia.
Tetapi yang harus kita pegang bukan hanya JanjiNya tetapi adalah kepada Pribadi yang memegang Janji tersebut, sehingga pada saat kita belum melihat Janji itu tergenapi, kita tidak marah dan kecewa karena kita sangat percaya kepada kebaikan Tuhan.