Sutera Hall 2nd Service (9 March 2025)
Saudara menikmati sesi Praise dan Worship pagi hari ini? Beri applause bukan hanya yang melayani di depan panggung, tetapi juga di belakang panggung. Ijinkan saya juga untuk menyapa jemaat yang menyaksikan secara online.
Kita sudah belajar mengenai “Blind Faith” dalam seri pengajaran tentang Iman. Kita sudah belajar apa itu Iman dan kepada siapa kita beriman. Dikatakan bahwa Iman atau Faith adalah “a reasoned trust”. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Landasan Iman adalah Kebangkitan Kristus.
Dasarnya adalah Kristus dan KebangkitanNya. Ini dasar dari landasan utamanya Iman kita, dimana Seorang Anak Tunggal yang karena begitu besarNya Kasih Tuhan atas kita, diberikannya kepada kita, AnakNya yang Tunggal, supaya kita semua tidak binasa dan beroleh hidup yang kekal. Ini yang menjadi landasan utama dari Iman kita yang berdasar pada kebangkitan Kristus, dan Iman ini menjadi dasar dari segala segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari apa yang kita tidak lihat.
Opening Verse – Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ibrani 11:1 TB
Kristus dan KebangkitanNya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain, dan semua ini bermula dari betapa besarNya Kasih Allah kepada kita, sehingga Dia karuniakan AnakNya yang tunggal. Itu adalah dasarnya.
Supporting Verse – And if Christ has not been raised, then all our preaching is useless, and your faith is useless. 1 Corinthians 15:14 NLT
Kalau Kristus tidak bangkit, Iman kita tidak ada dasarnya, padahal iman ini adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan. Jadi, semua yang kita harapkan menjadi sia-sia. Apa yang saya sampaikan menjadi tidak berdasar.
Jadi, semua yang kita harapkan di dalam hidup ini, bahkan pernyataan Yesus sendiri, semua berlandaskan pada kebangkitan Kristus. Kalau Dia tidak bangkit, semuanya menjadi sia-sia. Semua Janji yang ada menjadi bohong belaka dan sia-sia semua.
Supporting Verse – Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Yohanes 10:10 TB
Kebangkitan Kristus ini yang kita percaya sebagai “A Reasoned Trust“. Jadi bukan iman yang hanya sekedar percaya, karena kita tahu kepada siapa kita beriman dan apa dasar dari iman kita.
Supporting Verse – Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Ibrani 11:6 TB
Kalau kita tidak punya iman, berarti kita tidak punya landasan percaya bahwa Yesus sudah bangkit, dan untuk berkenan kepada Allah, kita perlu Iman.
Jadi seolah-olah beriman itu, kita itu seolah-olah percaya dan mengambil resiko untuk percaya bahwa apa yang kita yakini itu benar. Saudara mengerti? Bukan resiko bahwa ini bisa benar atau tidak, karena ini pasti benar! Tetapi dengan mempercayai itu, perasaan kita seolah-olah ini seperti orang yang mengambil resiko, padahal resikonya tidak ada. Karena Dia benar itu adalah Iya, dan Amin.
Jadi, tanpa mengambil resiko ini, kita tidak bisa berkenan kepada Tuhan. Kita harus mengambil resiko itu, bukan resiko mengenai kebenaranNya, tetapi resiko yang ada di dalam perasaan kita.
Without taking “risk”, it’s impossible to please Him.
Iman membawa kita percaya melampaui kenyataan, pengalaman, fakta, kondisi dan keadaan kita, melampaui apa yang terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan bahkan melampaui memori kita. Iman kita melampaui itu semua.
Faith is the ability to see our future, from the future point of view looking at our present, and to take courage to say it today that it shall come to pass.
Abraham berumur 90, istri sudah tidak “haid”, dan Tuhan berkata bahwa Dia akan menjadi “Bapa Bangsa-bangsa”, Abram (namanya saat itu) tentu kesulitan untuk mempunyai keturunan bersama istrinya. Tetapi Abram punya kemampuan untuk melihat dirinya sudah menjadi “Bapa Bangsa-bangsa”, dan Dia mampu melihat dirinya sebagi lelaki tua, punya istri berumur 90 tahun dan sudah mati “haid” dan dia mampu mengatakan “Terjadilah sesuai kehendak Tuhan”, itulah Iman.
Sekarang kita akan membahas tentang “Growing your Faith”. Bagaimana kita menumbuhkan iman kita.
Syarat pertama, Iman harus ada terlebih dahulu.
Sebelum Iman itu bisa bertumbuh, Iman harus ada terlebih dahulu.
Supporting Verse – Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Roma 10:17 TB
Pengkotbah yang baik bisa berkotbah dengan karismatik dan kesaksian yang luar biasa serta sangat relevan dengan kita. Mungkin itu bisa menggugah semangat kita tetapi yang bisa menumbuhkan Iman adalah pendengaran akan Firman Tuhan.
Untuk bisa menimbulkan Iman yang dimulai dari pendengaran akan Firman Tuhan, yang pertama kita haruslah mempunyai :
1. Hati yang terbuka untuk menerima apa yang kita dengar
Kalau kita tidak membuka hati untuk mendengar apa yang disampaikan, maka kita tidak akan bisa mendengar apa yang akan disampaikan, termasuk oleh saya sekarang.
2. Menguji untuk memastikan yang kita dengar itu sesuai dengan Firman Tuhan
Setelah kita membuka hati untuk mendengar apa yang kita dengar, menguji untuk memastikan bahwa apa yang kita dengar itu sesuai dengan Firman Tuhan.
Karena bukan hanya apa yang kita dengar, tetapi apakah apa yang kita dengar itu sesuai dengan Firman Tuhan karena Iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan. Orang-orang di Berea dalam Kisah Para Rasul 17, melakukan hal itu dengan luar biasa.
Supporting Verse – Orang-orang di Berea lebih terbuka hatinya daripada orang-orang di Tesalonika. Dengan senang hati mereka mendengarkan berita tentang Yesus, dan setiap hari mereka menyelidiki Alkitab untuk mengetahui apakah pengajaran Paulus itu benar. KIS 17:11 BIMK
Rasul Paulus menulis sebagian besar dari Alkitab dan masih diuji sama orang-orang di Berea. Termasuk juga terhadap saya yang sedang berkotbah disini, pertama kita semua haeus membuka hati agar bisa mendengar. Dan pastikan bahwa apa yang diajarkan ini sesuai apa tidak dengan Firman Tuhan, atau ini cuman sekedar berbicara tentant sesuatu yang viral saja di media sosial.
Karena Iman tidak timbul dari sesuatu yang viral atau karena kita lakukan secara berjemaah, tetapi Iman timbul karena pendengaran akan Firman Tuhan. Jadi pastikan agar kita buka hati untuk mendengar dan pastikan bahwa apa yang kita dengar sesuai dengan Firman Tuhan. Orang di Berea saja menguji Paulus, beda dengan orang yang ada di Tesalonika.
Di tesalonika, setelah 3 minggu diberitakan mengenai Mesias dan kebangkitanNya, banyak orang yunani yang bertobat, tetapi orang yahudi menjadi iri dan bersekongkol dengan pengacau untuk mencari Paulus dan Silas.
Supporting Verse – Beberapa orang menjadi percaya lalu mengikuti Paulus dan Silas; begitu juga sejumlah besar orang-orang Yunani yang takut kepada Allah, dan banyak lagi wanita-wanita terkemuka. Tetapi orang-orang Yahudi iri hati. Mereka memanggil orang-orang yang bergelandangan di jalan-jalan dan membentuk gerombolan perusuh. Lalu mereka mengacau di seluruh kota itu dan menyerbu rumah seorang percaya yang bernama Yason untuk mencari Paulus dan Silas, karena mereka mau membawa Paulus dan Silas ke luar menghadap orang banyak. KIS 17:4-5 BIMK
Saudara mengerti? karena orang Berea ini terbuka hatinya untuk mendengar Firman dan menguji setiap hal yang Paulus katakan, maka pendengaran akan Firman Tuhan ini yang menimbulkan Iman.
Setelah Iman harus ada, ukuran bukan persoalan. Ukuran Iman bukanlah persoalan.
Supporting Verse – katanya: “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. 17:16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.” 17:17 Maka kata Yesus: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” 17:18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. 17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?” 17:20 Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. 17:21 (Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.)” Matius 17:15-21 TB
Itulah Tuhan yang kita sembah. Itulah Tuhan yang Kristus dan KebangkitanNya menjadi dasar Iman kita.
Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: “Tambahkanlah iman kami!” 17:6 Jawab Tuhan: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” Lukas 17:5-6 TB
Jadi tidak usah ditambah-tambah, yang penting ada. Dan dari apa yang ada, tumbuhkan iman kita. Ukuran benih tidak berbanding lurus dengan ukuran pohon, karena Tuhan yang tumbuhkan. Ukuran benih tidak ada urusannya dengan ukuran pohon. Demikian juga dengan ukuran Iman kita tidak ada urusannya dengan “magnitude of the impact” that you can do, karena yang melakukanNya adalah Tuhan dan bukan kita. Iman adalah hal yang menggerakkan hati Tuhan.
As the size of the seed does not correlate with the height of the tree, because God is the one who grow it. As so the size of the faith does not correlate with the magnitude of the impact, because God is the one who make it happen.
Jadi yang pertama, Iman harus ada dulu dan besarNya bukanlah persoalan.
Kedua, Iman yang tumbuh dan hidup.
Iman yang ada dan mulanya bisa sebesar biji sesawi saja ini harus tumnbuh dan hidup di dalam kehidupan kita. Sesuatu yang sehat pasti bertumbuh. Saya tidak bisa membuat anak kita menjadi besar tetapi saya bisa membuat mereka menjadi sehat. Kita yang membuat anak kita menjadi sehat dan nanti dia akan tumbuh sendiri sebab Tuhan yang menumbuhkannya.
Untuk hidup sehat, kitab perlu mengikuti aturan dan persyaratan yang ada baik itu secara jasmani maupun rohani. Untuk sehat jasmani, kita kita perlu makan teratur, hidup terpola dan istirahat, olahraga dan bekerja yang berimbang serta hati yang gembira.
Bagaimana kita bisa hidup sehat secara rohani?
Supporting Verse – Karena itu, lepaskanlah dirimu dari segala macam kejahatan. Jangan berbohong, jangan bersikap munafik, jangan iri hati, dan jangan membicarakan kesalahan orang lain apalagi memfitnah. Sebab itu tanggalkanlah semua kezaliman, semua tipu daya, kemunafikan, kedengkian, dan semua fitnah. Sebagaimana bayi yang baru lahir selalu haus akan air susu murni dari ibunya, begitu jugalah kalian hendaknya selalu haus akan pelajaran rohani yang benar, yaitu yang terdapat dalam Firman Allah. Dengan demikian kalian akan semakin dewasa secara rohani. Karena dalam Firman Allah ada tertulis, “Kalian sendiri sudah merasakan kebaikan TUHAN.” 1 Petrus 2:1-3 TSI
Jadi kalau kita selalu mendapatkan Firman Tuhan, kita akan menjadi dewasa secara rohani dan iman kita akan bertumbuh, menjadi iman yang bertumbuh dan hidup. Untuk bertumbuh, kita perlu sehat secara rohani, karena kita akan kehilangan apa yang tidak bisa kita kelola, termasuk juga dengan kesehatan rohani kita.
Kalau kita kehilangan kesehatan rohani kita, yang pertama kali hilang juga adalah pertumbuhan iman kita. Jadi, supaya iman kita tumbuh, pastikan kita sehat secara rohani. Bagaimana cara kita melakukannya?
Pertama, Hidup beriman sebagai Pelaku Firman.
Hidup beriman sebagai pelaku Firman supaya iman kita hidup dan bertumbuh. Iman perlu ada perbuatan supaya Dia hidup. Sebab Iman tanpa perbuatan menjadi mati.
Kedua, Iman terlihat dari perbuatan yang kita lakukan.
Supporting Verse – Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. Yakobus 2:26 TB
Dari perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, kita bisa melihat Iman seseorang. Sama seperti dari kepenuhan hati kita, mulut kita berbicara, tangan kita “ngetweet”, demikian juga apa yang kita buat sebagai ungkapan Iman.
Supporting Verse – Tetapi mungkin ada orang berkata: ”Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: ”Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Yakobus 2:18 TB
Ketiga, Bertekun dalam Pengharapan.
Jadi, Iman harus ada terlebih dahulu dan ukuran iman tidak menjadi masalah. Iman perlu tumbuh dan hidup dan supaya tumbuh, kita perlu sehat secara rohani dan supaya iman hidup, kita harus lakukan perbuatan karena Iman tanpa perbuatan adalah mati.
Memiliki Iman adalah satu hal, tetapi memelihara Iman untuk dapat bertahan dalam musim penantian adalah hal yang lain.
Iman adalah dasar dari yang kita harapkan, melampaui kenyataan, pengalaman, fakta, kondisi dan keadaan kita, tetapi kita semua akan mengalami suatu masa yang namanya penantian dan disini kita perlu hope atau pengharapan. Bertekun di dalam Pengharapan.
Disaat Tuhan berkata kepada Abram bahwa Dia akan menjadi “Bapa Bangsa-Bangsa”, Abram melihat dari sudut pandang ini kepada keadannya dia. Dan dia mampu mengatakan “Terjadilah seperti apa yang Tuhan Firmankan”. Abraham percaya dan menanti dengan sabar.
Supporting Verse – Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. Ibrani 6:15 TB
Kuncinya adalah menanti dengan sabar. Abraham bukan hanya menerima Janji Tuhan, Abram percaya pada Janji Tuhan dan melihat dari sudut pandang bahwa dia sudah menjadi “Bapa Bangsa-Bangsa”, melihat kepada keadaannya hari ini dan bisa mengatakan “It shall come to pass”.
Tetapi dia juga bisa menanti dengan sabar untuk penggenapan Janji Tuhan. Dia tunggu. Beriman adalah satu hal dan menantikan iman itu menjadi kenyataan adalah persoalan yang lain.
Supporting Verse – Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, 20 di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya. Ibrani 6:19-20 TB
Pengharapan itu seperti jangkar yang kokoh, yang dilabuhkan sampai jauh di balik tabir. Itu yang membuat kapal dan kehidupan kita tidak terombang-ambing dan menyimpang dari tujuan yang mau kita capai.
Pengharapan membuat seseorang bertahan terlepas dari kesultan, persoalan maupun tantangan yang dihadapi.
Iman melampaui kenyataan, pengalaman, fakta, kondisi dan keadaan kita, tetapi sewaktu kita beriman, akan datang tantangan, persoalan, kesulitan, dan yang membuat kita bertahan adalah Pengharapan terlepas dari semua kesulitan, persoalan dan tanganan yang kita hadapi.
Pengharapan ini seperti Iklan “Baterai”, it just keep going, going, going, sampai “It shall come to pass”.
Kenapa orang pindah haluan usaha, gereja atau pekerjaan, atau bahkan melakukan perceraian? Bukan berarti saya setuju akan hal itu tetapi itu terjadi karena mereka kehilangan harapan akan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi atau kehilangan kemungkinan tujuan yang mau atau bisa dicapai.
Menyerah karena kita kehilangan harapan, tetapi selama kita masih punya harapan, kita akan selalu bertahan.
Keempat, Berlimpah dalam Kasih.
Hidup kita perlu berlimpah dala Kasih. Perbuatan baik yang perlu kita lakukan sebagai manifestasi dari Iman, yang membuat Iman kita jadi hidup, haruslah didasari oleh Kasih.
Supporting Verse – Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. 1 Korintus 13:1-3 TB
Perbuatan yang membuat Iman kita hidup haruslah didasari kasih agar berguna dan berfaedah.
Saudara boleh hidup beriman, iman harus ada dulu, kecilpun tidak jadi masalah, Rohani kita harus sehat supaya Iman bisa bertumbuh, dan Iman harus hidup dan untuk itu kita harus melakukan perbuatan, tetapi kalau perbuatan itu kita lakukan itu tanpa kasih, tidak ada gunanya dan berfaedah.
Semua perbuatan kita, kalau tidak ada Kasih, maka tidak ada artinya. Jadi perbuatan yang dengan Kasih itu seperti apa?
Supporting Verse – Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. 1 Korintus 13:4-8 TB
Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It does not dishonor others, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres. Love never fails. But where there are prophecies, they will cease; where there are tongues, they will be stilled; where there is knowledge, it will pass away. 1 Corinthians 13:4-8 NIV
Apa saja yang kita buat, kalau berdasarkan Kasih, it will never fails.
Kasih yang menjadi esensi perbuatan kita dan manifestasi dari Iman, Kasih yang menjadi esensi perbuatan kita yang membuat Iman kita hidup adalah Kasih yang tidak pernah gagal.
Supporting Verse – Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. 1 Korintus 13:13 TB
Iman yang menjadi dasar dari yang kita harapkan, yang membuat kita berani mengambil resiko untuk percaya melampaui kenyataan, keadaan dan pengalaman. Sehingga kita berani mengambil resiko untuk percaya melampaui kenyataan, keadaan dan pengalaman kita.
Pengharapan membuat kita tidak terombang-ambing, bertahan dan sabar menantikan Janji Tuhan. Seperti Abraham sabar menantikan Janji Tuhan sehingga Tuhan menggenapi di dalam kehidupannya. Sabar menantikan Janji Tuhan untuk apa yang kita imani dan mau kita capai, yang adalah suatu hari depan penuh dengan harapan.
Closing Verse – Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan y yang penuh harapan. Yeremia 29:11 TB
Rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera untuk memberika hari depan yang penuh dengan harapan. Kalau kita beriman akan hal ini, dan bisa melihat dari sudut pandang hari itu kepada keadaan hari ini, memegang pengharapan, sabar menanti dan bisa berkata “It shall come too pass”.
Kasih yang tidak pernah gagal dan menjadi landasan Iman kita yang juga mendasari perbuatan kita agar Iman kita tidak mati yang akan making it come to pass. Love atau Kasih never fails, yang membuat apa yang kita harapkan menjadin kenyataan di dalam hidup kita. From the greatest Love of all, it comes our Faith, we keep our Hope, we manifest our Faith into acts with Love, we found and experience that the greatest of all is love.
So from the greatest Love of all we found and experience that the greatest of all is Love. God bless you!