JPCC Kota Kasablanka Service 4 (31 Maret 2019)
Saat saya bertumbuh di Gereja semasa muda, saya ingat bahwa pada masa itu kita semua biasanya menyanyikan lirik lagu di gereja melalui mesin OHP, dan biasanya ada yang mengoperasikan alat tesebut, lengkap dengan lampu yang begitu silau dan diproyeksikan ke dinding.
Saat itu saya tidak bisa melihat liriknya dengan jelas, dan membuat saya untuk menyanyikan lagu tersebut dengan lirik dan bahasa saya sendiri.
Anak saya sekarang juga suka menyanyi, dan sebagai seorang ayah, saya sangat suka mendengar dia bernyanyi, meskipun liriknya kadang suka kurang tepat dan suaranya juga mungkin terkesan jelek dan tidak sempurna, saya percaya bahwa hal yang sama juga berlaku dengan Bapa kita di surga, Dia suka mendengar nyanyian penyembahan kita terhadapNya.
Beberapa dari Kita hari ini mungkin bertumbuh di gereja dari kecil dengan background keluarga orang kristen, atau ada juga beberapa dari kita yang datang ke gereja hari ini sebagai orang pertama di keluarga yang memutuskan untuk mengikuti Tuhan, atau bahkan ada juga beberapa dari kita yang baru pertama kali ke gereja, apapun alasan dan background kita hari ini, Kita semua berada di tempat yang tepat hari ini.
Seringkali kita berpikir bahwa tidak akan ada yang tahu jika kita melakukan kompromi dengan Tuhan, tetapi anak-anak dan generasi di depan kita akan merasakan itu, keputusan yang kita perbuat sekarang akan membuat dampak bagi masa depan mereka.
Saya secara pribadi merasa tertantang disaat melihat Aunty saya yang usianya jauh lebih tua, berusia 94 tahun, dan tetap bisa memuji Tuhan dan berdoa dengan semangat yang luar biasa.
Hal ini membuat saya untuk terus belajar mengucap syukur akan semua berkat yang Tuhan berikan. Dari Aunty saya, saya juga belajar untuk mengucap syukur serta memuji Tuhan akan siapa DiriNya, tidak hanya sekedar mengucap syukur akan apa yang Dia sudah kerjakan sebelumnya untuk saya, tetapi memberi pujian akan siapa DiriNya dalam hidup saya.
Sharing Ps. Crishan – Saat saya pergi berlibur dengan keluarga dan teman-teman dekat kami, anak-anak kami pada suatu malam kami suruh untuk menceritakan siapa ibu mereka, salah satu anak putra dari teman saya berdiri, dan mulai menceritakan apa yang dia sukai dari ibunya.
Pada saat itu, Ibunya sudah melakukan operasi yang besar dan serius, dan dia mengucap syukur akan respon yang luar biasa dari ibunya, dimana dia tetap memberikan senyuman yang terbesar disaat melihat anaknya, meskipun dia mengalami kesakitan yang luar biasa, pada waktu anak ini mengatakan hal itu, ada sesuatu yang berubah di ruangan tersebut, anak ini mulai menangis, dan begitu juga ibunya.
Ayahnya bahkan juga ikut menangis, dan begitu juga dengan adik-adiknya. Saya dan keluarga saya bahkan juga ikut menangis karena terkesima dengan kesaksian ini.
Pada waktu ada seseorang yang bangkit berdiri dan mulai mengekspresikan ini, ada sesuatu yang berubah dan kasih yang ada disana mulai tumpah berkelimpahan.
Kita bisa berpikir mengenai pikiran yang baik, tetapi disaat kita berani mengungkapkan dan mengeskprsikan hal itu, ada sesuatu yang berubah dalam kehidupan kita.
Disaat kita berani untuk mengangkat suara kita, akan kebesaran dan karakter Tuhan, tembok akan diruntuhkan dan orang-orang akan dibebaskan, dan Kasih Tuhanbakan tumpah dalam kehidupan kita.
Opening Verse : “Do not be carried away by all kinds of strange teachings. It is good for our hearts to be strengthened by grace, not by eating ceremonial foods, which is of no benefit to those who do so. We have an altar from which those who minister at the tabernacle have no right to eat. The high priest carries the blood of animals into the Most Holy Place as a sin offering, but the bodies are burned outside the camp. And so Jesus also suffered outside the city gate to make the people holy through his own blood. Let us, then, go to him outside the camp, bearing the disgrace he bore. For here we do not have an enduring city, but we are looking for the city that is to come. Through Jesus, therefore, let us continually offer to God a sacrifice of praise—the fruit of lips that openly profess his name. And do not forget to do good and to share with others, for with such sacrifices God is pleased.” Hebrews 13:9-16 NIV
Dunia mengajarkan kepada kita bahwa kalau kita ingin punya hubungan dengan Tuhan, merasa benar di hadapanNya, maka kita harus melakukan pekerjaan-pekerjaan baik, dan tidak melakukan pekerjaan buruk, maka dengan itu suatu hari disaat kita berjumpa dengan Tuhan, Dia akan menerima kita karena perbuatan kita.
Tetapi Yesus mengajarkan hal yang berbeda, bahwa tidak ada satu halpun yang bisa membuat kita benar di hadapanNya, yang bisa kita lakukan adalah menaruh Pengharapan kita terhadapNya, dan bukan terhadap diri kita sendiri, maka Dia akan masuk dalam kehidupan kita, dan memberikan kedamaian dan kehadiranNya dalam hidup kta, kita dibenarkan dan dikuduskan hanya melalui pengorbanan Yesus.
Dalam perjanjian lama, disaat orang masuk ke bait suci, mereka diharuskan untuk selalu membawa korban persembahan, tetapi untuk kita di jaman sekarang, kita mungkin tidak perlu melakukan itu, tetapi kita tetap membawa pengorbanan, yang kita bawa adalah korban pujian atau sacrifice of praise, dalam ucapan bibir kita, sebuah korban buat Tuhan, pada waktu kita memuji NamaNya, melakukan perkara baik, hidup berkelimpahan, itu adalah korban yang berkenan bagi Tuhan, semua itu bukan hanya untuk menyenangkan Tuhan saja, tetapi untuk kita juga yang membawanya agar kita juga bisa menikmati kehadiranNya.
Supporting Verse – “there bring your burnt offerings and sacrifices, your tithes and special gifts, what you have vowed to give and your freewill offerings, and the firstborn of your herds and flocks. There, in the presence of the Lord your God, you and your families shall eat and shall rejoice in everything you have put your hand to, because the Lord your God has blessed you.” Deuteronomy 12:6-7 NIV
Seringkali kita berpikir saat datang ke gereja, semua harus berjalan dengan serius, dan tidak boleh ada yang gembira disini. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa kita harus bersukaria, di dalam perjanjian lama, kita melihat begitu banyak pesta dimana orang-orang membawa korban dengan penuh sukacita.
Supporting Verse – “The people walking in darkness have seen a great light; on those living in the land of deep darkness a light has dawned. You have enlarged the nation and increased their joy; they rejoice before you as people rejoice at the harvest, as warriors rejoice when dividing the plunder. For as in the day of Midian’s defeat, you have shattered the yoke that burdens them, the bar across their shoulders, the rod of their oppressor. Every warrior’s boot used in battle and every garment rolled in blood will be destined for burning, will be fuel for the fire. For to us a child is born, to us a son is given, and the government will be on his shoulders. And he will be called Wonderful Counselor, Mighty God, Everlasting Father, Prince of Peace. Of the greatness of his government and peace there will be no end. He will reign on David’s throne and over his kingdom, establishing and upholding it with justice and righteousness from that time on and forever. The zeal of the Lord Almighty will accomplish this.” Isaiah 9:2-7 NIV
Panen adalah masa dimana kita bersukacita, pada saat tuaian bisa ada, kita sebelumnya harus menggali ladang, menyiraminya, saat turun hujun di waktu yang tepat, dan pada waktu yang tepat kita akan bisa mulai menuai panen itu, dan akan ada begitu banyak sukacita karena artinya keluarga kita bisa bertumbuh di tahun ke depan, itulah gambaran dimana kita harus masuk ke dalam hadirat Tuhan, penuh dengan sukacita dan kegembiraan.
Saya berdoa agar Pujian kita dipenuhi dengan sukacita, kegembiraan, dan perayaan. C.S Lewis adalah seorang penulis yang luar biasa (salah satunya adalah the chronicles of narnia), dan dia menuliskan ini mengenai Pujian.
I think we delight to praise what we enjoy because the praise not merely expresses but completes the enjoyment, it is its appointed consummation. It is not out of compliment that lovers keep on telling one another how beautiful they are; the delight is incomplete till it is expressed.
“The scotch catechism says that man’s chief end is “to glorify God and enjoy Him forever”. But we shall then know that these are the same thing. Fully to enjoy is to Glorify. In commanding us to glorify Him, God is inviting us to enjoy Him.” – C.S Lewis reflections on the Psalms.
Saya tak tahu apa yang anda semua harapkan disaat datang ke gereja pada hari ini, tetapi saya percaya bahwa Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang besar, Tuhan ingin kita semua agar bisa memuji dia dengan lepas hari ini, semua ini bukan untuk Dia, tetapi untuk kita sendiri. Pujian kita akan merubah kita, karena pujian kita tidak akan membuat Tuhan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Saat saya mengutarakan perasaan saya alan istri saya, sebenarnya apa yang saya ungkapkan itu lebih memberikan dampak kepada diri saya sendiri, hidangan yang enak seharusnya diutatakan, dan pada waktu kita mengalami Tuhan, kita seharusnya bisa mengungkapkan itu dengan lepas.
Sharing Ps. Crishan – 2 tahun lalu saya harus melalui operasi yang cukup menyakitkan di pundak saya, rasa sakit mempunyai cara bagi kita untuk melihat ke dalam, dan menajdi tanda agar saya kuatir, bahwa rasa sakit ini tidak akan pernah hilang dan saya tidak akan pernah sembuh.
Tetapi saya membuat keputusan tahun lalu, bahwa setiap kali saya merasakan rasa sakit ini, rasa ini akan menjadi tanda bagi saya untuk memuji Tuhan, setiap kali saya merasakan rasa sakit, ini kesempatan saya untuk memuji Tuhan, hal ini penting karena bagaimana kita bisa memuji Tuhan di tengah kesakitan kita?
Karena kita memuji Tuhan bukan karena apa yang sudah Dia kerjakan dalam hidup kita, tetapi karena siapa diriNya. Saya memuji Tuhan karena Dia adalah penyembuh, menyembuhkan adalah sifat dan karakter Tuhan, karena dia sudah dan sedang, dan akan terus menyembuhkan. Bukan sekedar tubuh, tetapi juga seluruh hidup dan dunia kita.
Saya akan tetap memuji Tuhan disaat saya sedang sakit, saya tidak tahu apa yang anda sedang alami saat ini, tetapi apapun musim yang kita sedang alami, mulai tetap berikan pujian bagi Tuhan.
Disaat putri saya berulang-tahun, saya mempunyai tradisi untuk selalu memberikan pidato terhadap anak saya di depan teman mereka. Saya selalu memulainya dengan apa yang dia sudha lakukan di tahun sebelumnya dan sesuatu yang saya syukuri, tetapi saya bergerak selanjutnya untuk menceritakan mengenai siapa diri dia, dan bagaimana saya bangga akan karakter anak saya yang tidak pernah menyerah, itu karakter.
Bisakah kita menyatakan sesuatu dalam roh kita, yang kita syukuri dalam hidup ini, apa hal-hal yang kita syukuri hari ini, dan memuji Tuhan akan siapa diriNya.
Memuji Tuhan karena selalu memberikan Karunia yang terbaik, Bapa yang memberikan jauh lebih dari apa yang layak kita dapatkan, memberikan berkat kepada kita, bahkan disaat kita tidak setia, itulah karakter Tuhan.