JPCC Online Service (28 Maret 2021)
Hello church, apa kabar? Waktu berjalan dengan sangat cepatnya dan kita sudah berada di akhir bulan Maret dan juga di akhir tema bulanan kita yaitu tentang “Iman“.
Sebelumnya, saya ingin mengucapkan terima kasih. untuk semua ucapan selamat ulang tahun yang saya terima kemarin. Terima kasih sebesar-besarnya. Di tahun ke-48 kehidupan saya ini, saya sangat merasakan kebaikan dan anugerah Tuhan dalam hidup saya.
Dia sungguh baik dalam hidup saya. Mari kita lanjutkan pembahasan tentang iman. Saya akan mulai dengan mengatakan bahwa iman itu sulit. Saya tahu persis dari perjalanan hidup saya bersama dengan Tuhan selama puluhan tahun ini, bahwa untuk menjadi orang yang memiliki iman kepada Tuhan dalam segala musim kehidupan, adalah sebuah tantangan.
Saya tahu bahwa Iman bukanlah sebuah perasaan atau emosi. Mudah untuk beriman, saat keadaan kita lagi di puncak gunung. Namun sangat sulit, saat kita sedang berjalan dalam lembah yang gelap.
Iman adalah pilihan dan komitmen untuk percaya pada Allah, untuk percaya kepada Tuhan sepenuhnya, meskipun jalanan di depan kita tidak terlihat dengan jelas.
Satu hal yang pasti dan yang sangat jelas, adalah kasih Tuhan kepada kita itu, tidak pernah berubah. Tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan. Itu adalah pegangan kita yang pasti.
Keindahan Injil adalah ini, bahwa, kita orang-orang yang lebih berdosa, dan yang lebih bernoda dari yang berani kita akui. Namun pada saat yang bersamaan, kita adalah orang-orang yang lebih dicintai dan diterima di dalam Kristus Yesus, dari yang berani kita harapkan.
Ini adalah kepastian dan keyakinan yang harus kita tanamkan setiap hari dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Bahwa kita, Saudara dan saya, adalah orang-orang yang berdosa yang menerima anugerah keselamatan Tuhan melalui Anak-Nya, Yesus Kristus, yang mati di kayu salib dan bangkit kembali, supaya kita dapat memiliki hubungan bersama dengan-Nya, baik di bumi maupun sampai ke surga. Itulah iman kita.
Opening Verse – Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ibrani 11:1 TB
Iman mengubah harapan kita menjadi kenyataan, dan merupakan bukti dari semua yang tidak kita lihat; Bukti dan kepastian dari yang tidak bisa kita lihat oleh mata jasmani kita.
Supporting Verse – Maksudku, kamu diselamatkan oleh anugerah. Dan kamu menerima anugerah itu oleh iman. Kamu tidak dapat menyelamatkan dirimu sendiri. Itu adalah pemberian dari Allah. Kamu tidak diselamatkan oleh yang kamu lakukan, jadi tidak ada seorang pun yang dapat bangga atas dirinya. Efesus 2:8-9 AMD
Kita diselamatkan oleh kasih karunia. Bukan oleh perbuatan baik kita, tetapi anugerah dari Tuhan, dan dasar yang membuat kita bisa menerima anugerah tersebut adalah iman.
Iman adalah intinya; keyakinan tersebut, kita tidak mungkin menyukakan hati Bapa tanpa iman,
tanpa bergantung kepada-Nya. Barang siapa ingin datang kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah itu ada, dan bahwa Ia memberkati orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
Dan pengharapan yang dimaksud di sini, adalah pengharapan dalam menikmati persekutuan dengan Tuhan dalam hidup kita di dunia ini, dan juga dalam kekekalan nanti, bersama dengan Yesus.
Itulah yang dimaksud dengan “segala sesuatu yang kita harapkan”. Pengharapan di sini bukanlah sekedar angan-angan, atau untuk mendapatkan sesuatu dalam hidup kita. Namun pengharapan akan kehadiran Tuhan dan hubungan bersama dengan Dia, baik di dunia dan juga di surga.
Mungkin ada dari kita yang bertanya, jadi boleh enggak kita beriman minta kesembuhan, atau minta hutang kita dilunasi, Pastor? Masa tidak boleh beriman untuk Tuhan menolong bisnis saya, atau beriman untuk memberikan jodoh kepada saya? Tentu saja boleh.
Seperti Ibrani 11 tadi katakan, Tuhan sangat mau memberkati orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Namun, pertanyaan yang penting adalah ini:
Jika kita tidak mendapatkan apa yang kita minta, apakah reaksi kita?
Renungkanlah. Karena jawaban Saudara akan menunjukkan, apakah imanmu bertumpu pada pribadi Tuhan, atau kepada apa yang Tuhan bisa berikan atau lakukan untuk Saudara.
Jika anak saya berhenti menyayangi saya, karena saya tidak memberikan hadiah yang mereka minta, hati saya akan hancur. Karena kita sebagai orang tua, kita rela memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita.
Namun berapa banyak dari kita yang tahu bahwa tidak semua hal yang terbaik yang kita persiapkan untuk anak-anak kita, itu sama dengan apa yang mereka minta.
Jadi respon kita saat doa kita belum dijawab, atau saat Tuhan memberikan jawaban yang lain dari yang kita minta, akan menunjukkan apakah kita sekadar mencari tangan Tuhan, atau (kita ingin) mencari wajah-Nya.
Di zaman ini, banyak orang Kristen berpikir bahwa, kita butuh iman sekadar untuk mendapatkan apa yang kita mau, yang kita minta dan yang (kita) doakan kepada Tuhan.
Saya rasa inilah alasan, dalam musim dan keadaan dunia yang sedang dalam ketidakpastian ini, banyak orang bergumul dalam iman mereka. Karena alasan kenapa banyak orang bergumul dengan iman mereka, adalah kekecewaan.
Saya mendengar begitu banyak cerita, tentang pergumulan yang terjadi dalam musim ini. Banyak penderitaan yang terjadi dan banyak orang-orang yang kehilangan, dari kekecewaan menjadi keraguan.
Karena mereka, apa yang mereka harapkan, tidak terjadi seperti yang mereka bayangkan. Mereka bertanya, mengapa Tuhan izinkan ini terjadi? Mengapa Tuhan tidak menyembuhkan? Dan, mengapa Tuhan tidak menolong?
Ini semua pertanyaan yang wajar untuk ditanyakan kepada Tuhan.
Semua kita pasti pernah punya pertanyaan dan keraguan seperti ini. Merasa ragu itu manusiawi. Tapi beriman bukan berarti tidak merasa ragu sama sekali.
Faith is not the Complete absence of Doubts. Faith is Trusting even in the presence of Doubts.
Kecewa dan ragu itu tidak salah, hal yang alami. Tapi doa saya, tidak ada satu pun dari kita yang kehilangan imannya kepada Tuhan.
Karena kita harus berhati-hati dalam berpikir, bahwa kita memiliki sebuah kesepakatan khusus dengan Tuhan; bahwa jika ikut Tuhan, hidup kita pasti akan baik-baik saja. Bahwa jika kita berdoa, berusaha menjadi orang baik, memberikan persembahan kita dan lain sebagainya, maka kita tidak akan mengalami kesusahan dalam hidup kita, setelah mengikuti Yesus.
Tapi saya sudah cek Alkitab saya, dan tidak pernah ada kesepakatan atau perjanjian seperti itu. Tidak ada janji Tuhan yang mengatakan, bahwa hidup kita akan bebas dari kesusahan jika kita mengikuti Dia.
Namun kesepakatan dan janji yang ada, adalah bahwa Tuhan akan senantiasa berjalan bersama dengan kita, ke mana pun kita pergi. Bahkan, dia turut menanggung penderitaan kita, dalam kesesakan. Dan Dia menjanjikan hubungan yang lebih dalam lagi dengan kita dalam kekekalan yang akan datang. Itulah janji-Nya.
Sampai detik ini pun, saya tetap harus melatih iman saya. Saat telinga kiri dan syaraf otak kiri saya, terus memburuk tahun demi tahun, dan tidak ada tanda-tanda kesembuhan, iman saya tetap teguh.
Saya tetap fokuskan pandangan saya kepada Tuhan, kepada kekekalan, bukan sekadar kepada saat ini, atau kepada kedagingan. Karena saya percaya cerita hidup kita masih panjang. Lebih dari sekadar apa yang terjadi di dunia ini, dan dalam daging ini.
Mempunyai iman, bukan berarti saya tidak perlu minum obat, atau tidak harus terus mencari terapi yang bisa membantu meringankan vertigo dan gejala penyakit saya. Iman harus tetap disertai dengan tindakan juga.
Dengan iman saya sangat yakin bahwa Tuhan sanggup menolong, Tuhan sanggup menyembuhkan saya; sudah pasti. Dia mampu, Dia Allah. Tapi iman saya tidak boleh berhenti di situ.
Saya pun harus yakin akan yang tidak kelihatan. Bahwa apa pun yang terjadi, meskipun kesembuhan belum datang, Dia tetaplah Tuhan yang baik dan yang berkuasa.
Dan Dia tetap memegang kendali. Dia sanggup menolong dalam kesusahan Saudara dan saya. Namun meskipun belum, tatapan kita akan selalu menuju ke depan, yaitu kepada Yesus,
Raja dan Pahlawan iman yang terutama bagi kita, dan yang sudah menyelesaikan pertandingan yang diberikan kepada-Nya, dengan sempurna.
Karena fokus iman kita, haruslah selalu kepada pribadi Yesus Kristus. Pada hubungan dengan-Nya, dan pengenalan akan pribadi-Nya, dan bukan kepada imbalannya.
Jadi, jika Anda bergumul hari ini, jika Saudara merasa terhimpit oleh keadaan dalam hidup Saudara dan Saudara hampir kehilangan imanmu hari ini, kami ada untuk mengingatkan Saudara kembali, dan satu keyakinan yang tidak bisa tergoyahkan, bahwa Bapamu di surga sangat amat mengasihimu, dan Dia tidak pernah tertidur atau melupakanmu. Saya berdoa Roh Kudus menunjukkan kepada Saudara hari ini, akan kebenaran ini.
Supporting Verse – Apakah Iman itu? Iman ialah kepastian, bahwa yang kita harapkan sudah menantikan kita, walaupun hal itu belum dapat kita lihat sekarang. Ibrani 11:1 FAYH
It’s the evidence of things unseen. Dari yang tidak kelihatan oleh mata jasmani kita. Dalam apa yang saya pelajari tentang iman, saya menemukan bahwa Firman Tuhan sering mengaitkan tentang iman dengan cara kita melihat, atau cara kita memandang.
Supporting Verse – Karena hidup ini kita jalani hanya oleh karena percaya penuh kepada semua janji Allah— bukan hanya kepada hal-hal yang kelihatan! 2 Korintus 5:7 TSI
Kita hidup oleh iman bukan oleh apa yang kelihatan. Bukan oleh apa yang terlihat oleh mata kita. Karena ini realitanya yang seringkali menghambat, menggoncangkan dan bahkan menghancurkan iman orang percaya, adalah dari apa yang kita lihat oleh mata jasmani kita.
Dari mata jasmani kita. Cobalah renungkan.. Berapa banyak dari kita yang khawatir, kecewa atau bahkan marah kepada Tuhan, karena mata jasmani kita hanya bisa melihat apa yang sedang terjadi di sekeliling kita.
Zaman ini, kita hidup oleh penglihatan, dan bukan oleh iman kita. Namun Firman Tuhan dengan jelas mengatakan, hidup ini kita jalani oleh karena percaya penuh kepada semua janji Allah— iman—dan bukan hanya kepada hal-hal yang kelihatan.
Tuhan terus bekerja; walau kita tidak melihat. Inilah pelajaran tentang iman untuk hari ini. Berhentilah mengandalkan apa yang kelihatan oleh mata jasmani kita, dan mulailah melihat dengan penglihatan iman, dengan mata rohani kita.
Train to see our world through our spiritual eyes. Latihlah untuk melihat dunia kita dengan penglihatan rohani kita.
Supporting Verse – Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, Efesus 1:15-19 TB
Bahasa Inggrisnya begini: I pray that the eyes of your heart maybe enlightened so that you will know what is the hope of His calling. Open the eyes of my heart.
Tuhan, terangilah mata rohani kami, mata iman kami hari ini. Kebenarannya sesederhana ini:
cara kita memandang dunia di sekeliling kita dengan mata rohani kita, akan sangat menentukan pertumbuhan iman kita.
When we see our problems and sufferings with the perspective of our natural eyes, our fear and doubt grow, but when we through the perspective of our Spiritual eyes, our faith grows.
Kita bisa menyebut ini “spiritual literacy” atau keinsafan rohani. Dan, waktu saya masukkan kata ini di Google Translate diterjemahkan sebagai “melek rohani.” Mata yang melek itu, mata yang terbuka, tercelikkan, dan tersadarkan. Saya suka definisinya. Kita harus melatih diri kita untuk “melek rohani” dalam memandang dunia kita. Melek rohani adalah kemampuan dan kesadaran,
awareness untuk bisa melihat bahwa dunia ini sebenarnya penuh dengan keagungan dan kehadiran Tuhan.
Allah bersama dengan kita di mana pun kita berada dan kapan pun. Sebuah kesadaran dan keyakinan bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidup kita, ada dalam kehendak dan kendali Tuhan; inilah kesadaran rohani.
Sharing Ps. Sidney – Saya menulis lagu “Tiada Seperti-Mu” kira-kira 20 tahun yang lalu, waktu saya sedang nyetir di Tol Lingkar Luar Jakarta yang baru saja dibuka, pada waktu itu dekat daerah rumah saya, di Bintaro Sektor 9.
Pada waktu itu tolnya masih sepi, tidak ada mobil lain selain mobil saya yang saya kendarai. Dan di sore itu saya bisa melihat pemandangan yang indah, yang saya enggak pernah lihat sebelumnya!
Ini 20 tahun yang lalu, ya. Saya bisa melihat bukit yang masih hijau, bahkan saya bisa melihat sawah-sawah, di tengah-tengah indahnya langit sore yang keemasan, itu sebuah “momen Ilahi” buat saya.
Dan di mobil itu, saya mulai menyanyikan refrainnya: “Segala puji, segala hormat, seg’nap hatiku menyembah-Mu…” Itulah titik mula saya menulis lagu “Tiada Seperti-Mu”.
Cerita yang selalu saya bagikan, setiap kali saya mengajar kelas menulis lagu. Dan suatu hari, teman saya menyeletuk setelah saya menceritakan cerita tersebut.
Dia bilang gini: “Gile lu yah! Kalau kita yang di situ, pasti kita cuman lihat jalan tol dan bukit doang. Tapi waktu lu yang nyetir di situ, malah lu bisa melihat hadirat Tuhan.”
Semuanya ketawa! Tetapi sejak hari itu saya belajar mengenai spiritual literacy, melek rohani. Bahwa kita bisa melatih pandangan kita, untuk melihat hadirat dan kemuliaan Tuhan
dalam segala hal dan dalam segala musim hidup kita.
Saya belajar, kemampuan untuk melihat dunia kita dengan mata yang berbeda dari sekadar mata jasmani kita, adalah kemampuan yang bisa membantu kita untuk hidup oleh iman, bukan oleh penglihatan.
Tantangan utama kita hari-hari ini adalah kita tidak dapat melihat realita kita yang sebenarnya. Mata jasmani kita, our natural eyes, berfungsi dengan baik, namun mata rohani kita tidak berfungsi dengan baik karena kita lalai melatihnya. Kita semua bisa melatih mata rohani kita, agar kita bisa melihat kehadiran Tuhan dalam dunia yang kita hidupi.
Supporting Verse – – sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat – 2 Korintus 5:7 TB
Alkitab berkata bahwa kita harus berjalan dengan iman dan bukan dengan apa yang kita lihat. Namun kebanyakan dari kita malah terbalik, kita berjalan dengan apa yang kelihatan, dan bukan dengan iman.
Faith is seeing Light with the eyes of our Heart when all our physical eyes see is Darkness.
Ketika kita khawatir akan sesuatu, kita memberikan tekanan pada mental dan tubuh jasmani kita; kita jadi berjalan oleh penglihatan. Namun jika kita berjalan dengan iman yang benar kepada Tuhan, kita akan mengijinkan Tuhan menangani situasi tersebut, dan tekanan itu akan hilang.
Masalahnya adalah ketika kita gagal, untuk melihat situasi kita dari perspektifnya Tuhan, fokus kita akan selalu tertuju pada masalahnya dan bukan pada solusinya.
Paulus berdoa tadi, supaya Tuhan memberikan kepada kita Roh hikmat dan pewahyuan, untuk mengenal Tuhan dengan benar. Dan supaya Tuhan menjadikan mata hati kita, the spiritual eyes, menjadi terang agar kita mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya.
Jadi pertanyaan, yang harus kita jawab dengan sejujurnya: How do you see your world today? Bagaimana pandanganmu terhadap semua yang terjadi dalam hidupmu? Apakah engkau melihat sekadar dengan mata jasmanimu, atau apakah engkau bisa mengubah perspektifmu, dan melihat Tuhan dalam segala situasi? Walk by Faith and not by sight.
Bukan berarti kita menjadi orang-orang yang super agamawi dan nge-roh dengan kaki yang tidak menginjak bumi, dan bahkan hidup dalam penyangkalan akan dunia. Namun kita menjadi orang-orang yang penuh dengan iman pengharapan, yang bisa berkata seperti Daud:
Supporting Verse – Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. Mazmur 73:25-26 TB
Yesus adalah teladan terbaik yang kita miliki, tentang apa artinya menjalani hidup yang melek rohani. Mata jasmani kita melihat orang yang sakit, namun Yesus, melihat dengan mata rohani, dan melihat kesempurnaan manusia dalam kekekalan, dan Dia menyembuhkan yang sakit.
Yesus melampaui semua batasan jasmani manusia, dan semua yang diajarkan dan dihidupi oleh Tuhan Yesus, tidak terbatas dengan apa yang bisa kita lihat oleh mata jasmani kita.
Kita harus hidup oleh iman dan bukan oleh penglihatan. Atau saya bisa bilang: LET MY FAITH BE MY EYES.
Karena kita hidup dalam dunia yang penuh dengan Visual. Dari pagi sampai malam kita dikondisikan dengan begitu banyak hal yang harus kita pandang setiap hari. Mata kita tidak berhenti melihat email, berita, TV, media sosial, dari Instagram, ke Tiktok, yang membuat kita scrolling non-stop, YouTube, dan banyak lainnya.
Kita hidup di zaman: “Apa yang aku lihat menentukan apa yang aku percayai.” Apa yang kita percayai dan keyakinan kita, sangat dibentuk oleh semua yang kita lihat dan dengar. Tapi Kerajaan Allah bekerja dengan prinsip yang berbeda, Our faith and Our belief will determine what we see. Biarlah imanku menjadi mataku.
Ada sebuah kisah dalam 2 Raja-raja 6, tentang seorang nabi bernama Elisa. Pada waktu itu bangsa Israel sedang berperang dengan negeri Aram yang sekarang bernama Siria. Dan setiap kali raja negeri Siria ingin menyerang bangsa Israel di sebuah daerah, nabi Elisa, melalui penglihatannya dari Tuhan, selalu memperingati Raja Israel untuk tidak melewati tempat tersebut.
Dan nabi Elisa memperingati Raja Israel berkali-kali, dan karena rencananya menyerang bangsa Israel selalu gagal maka raja negeri Siria sangat marah kepada nabi Elisa, dan memerintahkan tentaranya untuk menangkap dia. Suatu hari, raja negeri Siria diberikan kabar bahwa nabi Elisa sedang berada di kota Dotan bersama dengan pelayannya, bujangnya. Dan ini yang terjadi dalam 2 Raja-raja 6:
Supporting Verse – Maka dikirimnyalah ke sana kuda serta kereta dan tentara yang besar. Sampailah mereka pada waktu malam, lalu mengepung kota itu. Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: ”Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?” 2 Raja-raja 6:14-15 TB
Sebuah respon yang normal dan manusiawi. Saat mata jasmani kita melihat sekeliling kita mengepung untuk mencelakakan kita, wajar kalau respon kita takut dan khawatir seperti pelayan nabi Elisa.
Mungkin, sebagian dari Saudara, berpikir hari ini, “Habis sudah, aku tak tahu lagi harus berbuat apa, Pastor!” Namun saat nabi Elisa yang melihat, dia bisa melihat dengan mata rohaninya, dan dia berkata begini, dan saya berdoa kata-kata ini pun bisa berbicara kepada kita semua hari ini.
Supporting Verse – “Tidak usah takut” jawab Elisa. “Yang ada di pihak kita lebih banyak daripada di pihak mereka.”Jangan takut, yang mengelilingimu saat ini, lebih banyak dan lebih berkuasa daripada di pihak mereka yang ingin mencelakaimu. Jangan takut. Lalu Elisa berdoa, ”Tuhan, semoga Engkau membuka mata pelayanku supaya ia melihat!” Tuhan mengabulkan doa Elisa sehingga ketika pelayannya itu menengok,— perhatikan—dilihatnya gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi mengelilingi Elisa. 2 Raja-raja 6:16-17 BIS
Kisah yang luar biasa, kayak di film-film. Tapi ini nyata! Seharusnya, inilah cara kita memandang dunia kita! Melihat melampaui masalah kita, melampaui situasi kita, melampaui rasa sakit dan penderitaan kita.
Seperti nabi Elisa berdoa agar Tuhan membuka mata kita semua, agar bisa melihat dengan pandangan iman. Bantu kami melihat melampaui keadaan sekarang kepada hal-hal yang diharapkan, dan untuk bisa melihat melampaui yang kelihatan kepada hal-hal yang tidak kelihatan.
Supporting Verse – “Tidak ada orang yang menyalakan lampu lalu menyembunyikannya, atau menutupnya dengan tempayan. Tetapi lampu selalu ditaruh di tempat yang tinggi, untuk menerangi semua orang yang masuk ke dalam rumah itu. Matamu adalah seperti jendela yang melaluinya terang masuk ke dalam rumah— yaitu tubuhmu. Kalau matamu berfungsi dengan baik, maka setiap bagian hidupmu pun akan diteranginya. Tetapi kalau matamu rusak, maka setiap bagian dalam hidupmu tidak akan diteranginya dan akan menjadi sangat gelap. Oleh karena itu, waspadalah! Jangan sampai terang yang ada di dalam dirimu menjadi gelap. Jadi, kalau mata hatimu tidak buta, seluruh hidupmu pun akan menjadi sangat terang dan tidak ada lagi kegelapan. Berarti hidupmu terang seperti cahaya lampu yang sangat terang.”
Lukas 11:33-36 TSI
Perhatikan, jika mata rohani kita— the eyes of our heart—itu sehat, maka seluruh tubuh kita terang dan tidak ada kegelapan. Memiliki mata rohani yang baik adalah dengan selalu mengijinkan terang masuk, dan salah satu cara untuk kita mendiagnosa, apakah kita melihat dengan mata rohani atau dengan mata jasmani dalam hidup kita, adalah dengan bertanya ini kepada diri sendiri: Apakah cara saya memandang segala sesuatu membawa terang masuk ke dalam hidup saya, atau membawa kegelapan?
Memandang di sini bukan sekadar melihat seperti mata melihat, namun memandang juga adalah cara berpikir kita, imajinasi kita, cara kita melihat ke masa lalu kita, perspektif kita, memandang masalah yang menghimpit kita, dan lain sebagainya.
Apakah kita melek rohani, memandang masalah yang menghimpit kita, dan lain sebagainya.
Apakah kita melek rohani, sadar bahwa di mana pun kita berada, dan dalam kondisi kehidupan apa pun, Tuhan tetap ada bersama dengan kita dan tidak meninggalkan kita? Apakah mata rohani kita dapat melihat, meskipun situasi di sekeliling kita tidak baik dan belum baik, namun kita yakin bahwa Tuhan kita tetap baik dan Dia tetap memegang kendali?
“Tidak usah takut… yang berada di pihak kita lebih banyak daripada di pihak mereka.”
Dapatkah kita melihatnya? Pakailah mata rohanimu, pakailah mata imanmu hari ini.
Supporting Verse – Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Efesus 6:13-18 TB
Perhatikan, perhatikan. (Kenakahlah) perlengkapan senjata Allah, dikatakan, dalam segala keadaan. Pergunakanlah perisai iman. Take up the shield of faith. Bukan ketapel atau pedang iman, tetapi perisai iman. Perisai adalah senjata untuk bertahan. Dan jangan Saudara bayangkan perisainya Captain America yang kecil, yang bisa dilempar dan dia kembali ke tangannya.
Itu hanya terjadi di film-film. Perisai yang dikatakan oleh Rasul Paulus itu namanya thureon, perisai di zaman Romawi yang besar, the scutum shield, namanya, yang diberi julukan “The Door” karena ukurannya yang besar, bisa 75 cm x 1 m 30 cm. Dan bentuknya melengkung untuk menangkis panah.
Ukurannya besar dan berat, dan melindungi seluruh tubuh. Dan waktu saya belajar bagaimana tentara Romawi menggunakan perisai itu dalam peperangan, saya belajar bahwa pada saat mereka berlindung dari panah api musuh mereka, mereka enggak bisa melihat apa-apa.
Mereka tidak bisa menggunakan mata mereka karena kalau mereka mencoba untuk melihat, mereka akan mati tertusuk panah api. Dan itulah cara kerja iman.
Dalam segala keadaan, pergunakanlah perisai iman. Biarkan perisaiku, imanku, menjadi mataku.
Sebab aku hidup oleh iman, bukan oleh penglihatan. Saya suka sekali firman Tuhan. Apakah Saudara belajar sesuatu hari ini?
Jadi, tanpa berlama-lama, inilah tiga hal yang bisa kita lakukan setiap hari untuk melihat dengan mata iman.
1. Ask atau Mintalah.
Minta Tuhan untuk membuka mata Anda setiap hari untuk melihat kenyataan-Nya, bukan kenyataan kita. Di mana pun Saudara berada, dalam segala musim dan situasi, mintalah agar Tuhan mencelikkan mata rohani Saudara.
Daripada minta Tuhan untuk mengubah situasi kita, bagaimana kalau kita minta Tuhan untuk mengubah cara pandang kita.
2. Choose wisely what you Believe.
Pilihlah dengan bijak apa yang mau kita yakini. Kita, kita selalu punya pilihan atas apa yang kita yakini. Kita bisa memilih untuk melihat atau mempercayai ketakutanmu, memilih untuk melayani emosi dan perasaanmu, atau memilih untuk mempercayai janji-janji Tuhan.
Semua dimulai dari kebiasaan kita memilih dengan bijaksana, apa yang bisa masuk ke dalam pikiran kita setiap hari. Peperangan kita dimulai di pikiran kita setiap hari
Closing Verse – Kami berperang dengan senjata-senjata yang berbeda dengan senjata dunia. Kami mempunyai kekuatan senjata dari Allah yang dapat membinasakan tempat-tempat musuh yang kuat. Kami mengalahkan perdebatan musuh. Dan kami mengalahkan semua kesombongan yang melawan pengetahuan tentang Allah. Kami menawan setiap pikiran dan membuatnya menyerah dan taat kepada Kristus. 2 Korintus 10:4-5 AMD
3. Fill your life with His presence, and with Godly content.
Untuk bisa memilih dengan baik kita harus tahu apa yang bisa dan harus kita pilih. Artinya, isilah hidup kita dengan hadirat Tuhan dan hal-hal yang ilahi.
Saat kita sedang penuh dengan kekhawatiran, sedang bergumul dalam imanmu, penuhi hidupmu dengan hal-hal yang ilahi. Karena jika badan kita sakit, kita mengisi tubuh kita dengan vitamin dan suplemen, dan makanan yang bergizi, bukan?
Mengapa kita tidak melakukan hal yang sama jika rohani kita sedang tidak sehat? Kalau kita mau melihat dengan cara yang Tuhan mau, kita harus menemukan peta berpikir yang baik di dalam firman Tuhan.
Karena iman timbul dari pendengaran dan pendengaran akan firman Tuhan. Jadi isilah hidupmu dengan penyembahan, karena persepsi kita akan berubah ketika kita memandang Yesus dalam pengagungan dan dalam penyembahan.
Kotbah Saya sudah selesai. So, here’s the simple truth, saya akan merangkumnya. Jika kita ingin melihat dengan mata iman, the eyes of our heart, maka, jangan izinkan diri kita dibutakan oleh hal-hal yang ingin menutupnya.
Bergereja itu pasti penting, tetapi tidak ada gereja atau kesibukan rohani, yang dapat menggantikan diri kita sendiri untuk melatih melek rohani dalam keseharian kita.
Setiap hari, bertanyalah kepada diri sendiri, di mana pun Anda berada: Dimanakah Tuhan saat ini? Saat ini, di tempat ini, di manakah Tuhan? And simply connect, dan sembah Dia, di tempat dan momen tersebut.
Jika kita melatih diri kita setiap hari untuk melihat dunia melalui mata rohani kita, dengan mata yang selalu tertuju kepada Yesus, yang membangkitkan iman kita dan memeliharanya dari permulaan sampai akhir, saya sangat yakin, iman kita akan bertumbuh semakin kuat, dalam setiap musim kehidupan kita. Amen. God loves you, Church.
P.S : Hi Friends! I need a favor, please do let me know if any of you know a freelance opportunity for a copywriter (content, social media, press release, company profile, etc). Sharing is caring so any support is very much appreciated. Thanks much and God Bless!