JPCC Online Service (7 Maret 2021)
Hai, JPCC! Salam damai sejahtera dan Selamat hari Minggu! Salam damai sejahtera juga untuk Anda semua yang bergabung bersama dengan kami hari ini, di hari Minggu pertama di bulan Maret 2021. Terakhir kita berkumpul bersama adalah di hari Minggu pertama bulan Maret, tahun yang lalu. Jadi, genap sudah setahun kita tidak berkumpul bersama.
Semoga kalian semua dalam keadaan baik-baik saja, sehat dan tetap bersemangat. Percayalah bahwa musim ini akan segera berlalu. Di bulan Maret ini, kita akan membahas tema tentang “Iman“.
Hari ini saya mau membahas cerita klasik yang sudah sangat terkenal dan bahkan sampai sudah menjadi istilah yang biasa dipakai di dunia ini, Terutama apabila mereka melihat “yang kecil berhadapan dengan yang besar”, mereka akan katakan: “Seperti Daud melawan Goliat,” dan semua mengerti apa yang dimaksudkan. Mari kita lihat latar belakang ceritanya terlebih dahulu.
Opening Verse – Pada suatu ketika orang Filistin mengerahkan tentaranya untuk maju berperang. Mereka mengatur barisannya di kota Sokho, dalam wilayah Yehuda dan memasang perkemahannya di antara Sokho dan Azeka, dekat Efes-Damim. Saul dan orang-orang Israel berkumpul juga dan berkemah di Lembah Ela; mereka bersiap-siap untuk menghadapi serangan orang Filistin. Demikianlah barisan orang Filistin berdiri di sebuah bukit dan barisan orang Israel di bukit yang lain, dan di antaranya ada sebuah lembah. Maka seorang jago berkelahi yang bernama Goliat, dari kota Gat, keluar dari perkemahan Filistin untuk menantang orang Israel. Tingginya kira-kira tiga meter, dan ia memakai topi tembaga dan baju perang tembaga yang beratnya kira-kira lima puluh tujuh kilogram. Kakinya dilindungi oleh penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga. Gagang tombaknya sebesar kayu pada alat tenun, dan mata tombaknya kira-kira tujuh kilogram beratnya. Seorang prajurit berjalan di depannya dengan membawa perisainya. Goliat berhenti lalu berseru kepada tentara Israel, “Apa yang sedang kamu lakukan di situ? Hendak berperangkah kamu? Aku seorang Filistin, hai hamba-hamba Saul! Pilihlah seorang di antara kamu yang berani turun untuk bertempur melawan aku. Jika dalam perang tanding itu, aku terbunuh, kami rela menjadi hambamu, tetapi jika aku yang menang dan membunuhnya, kamulah yang akan menjadi hamba kami. Sekarang juga, kutantang tentara Israel; pilihlah seorang untuk bertanding melawan aku!” Ketika Saul dan orang-orangnya mendengar tantangan itu, terkejutlah mereka dan menjadi sangat ketakutan. 1 Samuel 17:1-11 BIS
Ini sebenarnya merupakan kejadian yang tidak biasa. Pertama, ada perubahan taktik oleh bangsa Filistin ketika berhadapan dengan bangsa Israel, dengan mendorong Goliat maju untuk menantang siapa saja dari pasukan tentara Israel untuk duel dengan Goliat, satu lawan satu.
Kedua, mendengar tantangan Goliat ini, Saul dan para prajuritnya menjadi sangat ketakutan. Ini tidak biasa, mengingat Raja Saul dan para prajuritnya adalah pasukan yang sangat hebat. Track record atau rekam jejak perang mereka sangat mengagumkan. Mereka selalu menang perang dan menakutkan bagi musuh-musuh mereka. Seperti tercatat dalam :
Supporting Verse – Setelah Saul mendapat jabatan raja atas Israel, maka berperanglah ia ke segala penjuru melawan segala musuhnya: melawan Moab, bani Amon, Edom, raja-raja negeri Zoba dan orang Filistin. Dan ke mana pun ia pergi, ia selalu mendapat kemenangan. Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa, memukul kalah orang Amalek, dan melepaskan Israel dari tangan orang-orang yang merampasi mereka. 1 Samuel 14:47-48 TB
Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang. 1 Samuel 15:7-8 TB
Jadi, Saul dan tentaranya punya pengalaman perang yang cukup dan selalu menang dalam menghadapi musuhnya. Namun kali ini, orang-orang Filistin yang menjadi lawan mereka memakai taktik yang berbeda, yang mengejutkan, dan tidak bisa diantisipasi oleh tentara Israel.
Selama ini, Saul dan tentaranya selalu memenangkan pertempuran secara berkelompok, namun kali ini, mereka ditantang satu lawan satu. Penampilan Goliat yang tinggi besar dan reputasinya sebagai seorang yang jago berkelahi begitu mengintimidasi mereka, sehingga tidak ada di antara mereka yang berani duel dengan Goliat.
Termasuk juga Raja Saul, yang paling tinggi perawakannya di antara kaum sebangsanya. Sampai kemudian, ada figur lain yang muncul di medan pertempuran, seorang anak yang masih muda yang tidak pernah ikut berperang bernama Daud.
Ayah Daud, yang bernama Isai, mempunyai delapan orang anak laki-laki. Tiga anak-anaknya yang besar menjadi prajurit dan bergabung dalam pasukan raja Saul. Hari itu Daud disuruh oleh ayahnya, Isai, untuk mengantarkan makanan kepada tiga orang kakaknya, sekalian untuk mencari tahu apakah mereka masih hidup atau tidak.
Dan pada saat Daud sampai ke perkemahan tentara Israel, Daud menyaksikan kejadian yang tidak biasa ini.
Supporting Verse – Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju pendekar itu. Namanya Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin. Ia mengucapkan kata-kata yang tadi juga, dan Daud mendengarnya. Ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan. 1 Samuel 17:23-24 TB
Saya bisa bayangkan, betapa bingungnya Daud pada saat itu. Para prajurit yang menjadi kebanggaannya “karena tiga orang kakaknya tergabung di sana,—dan juga menjadi kebanggaan bangsanya, berlarian dengan sangat ketakutan pada saat Goliat muncul dan menantang mereka. Mungkin Daud berpikir, “Mengapa semua jadi begini?”
Supporting Verse – Berkatalah orang-orang Israel itu: ”Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel.” Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: ”Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?” 1 Samuel 17:25-26 TB
Kita lihat ada perbedaan besar dari cara pandang tentara Israel dan Daud. Para tentara itu mengatakan, “Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu?” Mata mereka tertuju pada besarnya Goliat, besarnya masalah yang menghadang. Dan semakin diperhatikan, masalah itu semakin kelihatan lebih besar dari sebelumnya, sedemikian rupa sampai mereka lupa jati diri mereka sendiri.
Mereka lupa rekam jejak yang mereka miliki. Mereka lupa bukti penyertaan Tuhan atas mereka selama ini. Dan besarnya hadiah yang disediakan Raja Saul untuk siapa saja yang sanggup menghadapi Goliat, tidak mengubah keadaan.
Sedangkan ini yang dikatakan Daud, “Siapakah orang Filistin yang tidak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?”
Kita lihat Daud memiliki lensa atau cara pandang yang berbeda; matanya tidak tertuju kepada Goliat, tetapi matanya tertuju kepada Allah yang hidup. Dan itulah yang memampukan Daud untuk kemudian melihat Goliat sebagaimana dia adanya, tidak lebih besar dari pada kenyataannya.
Singkat cerita, karena tidak ada yang mau maju, maka Daud kemudian menawarkan diri untuk menghadapi Goliat. Saya senang melihat bagaimana Daud, dari sejak masa mudanya, sudah mempunyai mindset untuk menjadi seorang problem solver.
Seseorang yang menyelesaikan masalah, bukan orang yang suka membesar-besarkan masalah. Daud tidak ciut hatinya ketika menghadapi masalah atau krisis, tetapi justru tekadnya muncul. Dan Daud mengerti bahwa di balik persoalan yang besar ini, ada juga hadiah besar yang menanti. Dan tentunya hal ini ditentang oleh kakak-kakaknya.
Mereka yang sudah sering perang saja tidak berani, kok, ini adiknya yang tidak pernah bertempur, malah mau maju melawan Goliat Bagaimana pertanggungjawaban mereka nanti kepada Isai, ayah mereka, kalau Daud mati? Bahkan Raja Saul pun mengatakan hal yang serupa.
Supporting Verse – Berkatalah Daud kepada Saul: ”Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.” Tetapi Saul berkata kepada Daud: ”Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.” 1 Samuel 17:32-33 TB
Kita lihat, orang yang tawar hati tidak bisa melihat adanya kemungkinan. Itu sebabnya, Raja Saul mengatakan, “Tidak mungkin!” kepada Daud. Daud memang masih sangat muda, penuh dengan semangat, dan dia diragukan kemampuannya oleh pemimpinnya sendiri.
Namun, semuanya ini tidak membuat Daud kemudian menjadi putus asa. Imannya tidak tergoyahkan, meskipun banyak yang menentang, termasuk kakak-kakaknya. Daud begitu yakin akan penyertaan Tuhan dalam hidupnya, sampai-sampai perkataan Raja Saul pun tidak dapat menghalangi keinginannya untuk pergi melawan Goliat. inilah yang saya sebut dengan true faith, atau iman yang sesungguhnya, adalah iman yang kokoh.
Tidak menjadi masalah meskipun harus berjalan sendirian dan tidak ada yang mendukung, dia tetap akan melakukannya. Bicara iman adalah bicara mengenai dasar, fondasi di mana kita membangun seluruh kehidupan kita, terutama sebagai orang percaya.
Faith is the basic ingredient to begin a relationship with God. Iman adalah bahan dasar untuk memulai sebuah hubungan dengan Tuhan.
Supporting Verse – Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ibrani 11:1 TB
Kata “dasar” di sini diambil dari kata hupostasis, gabungan antara dua kata: hupo, yang artinya by (oleh), dan stasis yang berasal dari kata histimi, yang artinya to stand.
Jadi kata “dasar” di sini berarti, to stand by something. Mempunyai iman berarti tetap berdiri teguh, berpegang pada apa yang diharapkan dan tidak tergoyahkan.
True faith makes you stand firm, immovable. Iman yang sesungguhnya membuat kita berdiri teguh dan tidak tergoyahkan.
Sharing Ps. Jeffrey – Beberapa hari yang lalu, saya melihat seseorang posting di Instagram, bagaimana anjing peliharaannya menggigit mainan, dan tidak mau melepaskan mainan tersebut sama sekali.
Saya melihat dia mencoba untuk tawari mainan lain kepada anjingnya, namun anjing itu tidak tertarik. Kemudian dia mencoba cara lain. Dia mencoba mengambil langsung mainan tersebut dari mulutnya, sampai anjing itu ikut terseret, juga tidak dilepaskan.
Seolah-olah anjing itu memberikan pesan kepada majikannya, bahwa, “Mainan ini punyaku! 33:08 Tidak peduli apa yang kamu lakukan, aku tidak akan melepaskan punyaku ini.”
Nah, kira-kira begitulah gambaran dari iman yang teguh. Tidak mudah lepas, hanya karena ada tawaran yang lain. Iman merupakan sebuah kepastian, bahwa apa yang dinyatakan dan yang dijanjikan firman Tuhan adalah benar adanya.
Meskipun belum bisa dilihat, namun memberikan keyakinan bahwa apa yang diharapkan akan menjadi kenyataan. Besarnya iman kita kepada Tuhan dan kepada janji-janji-Nya, tergantung kepada seberapa dalam pengenalan kita akan pribadi-Nya.
Bicara iman adalah bicara kepercayaan, dan kepercayaan dibangun di atas karakter seseorang. Kenali pribadinya, supaya kita tahu apakah janjinya bisa dipegang atau tidak.
Ini berlaku untuk semua relationship. Banyak orang yang mundur dari janji Tuhan, karena mereka tidak kenal atau belum kenal pribadi Tuhan dengan sungguh. Bahkan banyak yang belum kenal, sudah berani minta-minta. Bahkan marah kalau tidak diberi.
Coba bayangkan, bagaimana perasaan kalian jika kalian diperlakukan demikian. Mari kita kembali kepada cerita Daud. Pertanyaannya, apakah Daud ngawur? Apakah Daud terlalu naif? Apakah Daud tidak punya kalkulasi?
Supporting Verse – Tetapi Daud berkata kepada Saul: ”Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.” Pula kata Daud: ” Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: ”Pergilah! Tuhan menyertai engkau.” 1 Samuel 17:34-37 TB
Menurut saya, Daud penuh dengan kalkulasi. Imannya bukan iman ngawur. Kalkulasinya didasari oleh pengenalannya tentang siapa Tuhan. Dua kali kita baca, Daud menyebut “Allah yang hidup”. Daud tidak mengandalkan kekuatannya sendiri.
Namun pengalaman-pengalamannya berjalan bersama dengan Tuhan, yang menjadi dasar dari keputusannya untuk pergi melawan Goliat. Dia terbiasa bertarung satu lawan satu dengan binatang buas,
seperti singa dan beruang, yang datang hendak memangsa domba peliharaannya, dan di mata Daud, Goliat tidak berbeda dengan singa dan beruang.
Bayangkan, setiap kali Daud harus berhadapan dengan singa atau beruang, tidak ada yang bisa menolong Daud selain daripada Tuhan sendiri. Dan setiap kali Tuhan melepaskannya dari cakar singa dan dari beruang, yang datang untuk memangsa kambing dombanya.
Ingat, Daud tidak cari gara-gara dengan singa dan beruang. Tetapi dia bertarung dengan mereka karena rasa tanggung jawabnya untuk mempertahankan, apa yang dipercayakan ayahnya kepada dia.
Dan pengalamannya menyelamatkan binatang peliharaannya, yang membuat Daud sangat yakin bahwa Tuhan yang sama, Allah yang hidup, akan menolong dia mengalahkan Goliat.
Perhatikan, iman Daud datang dari pengalaman dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari, yaitu menggembalakan kambing domba.
Daud adalah contoh dari seseorang yang melibatkan Tuhan dalam pekerjaannya sehari-hari. Dan hal yang sama perlu kalian lakukan. Temukan Tuhan dalam keseharian kalian. Libatkan Dia dalam urusan rumah tangga, dalam urusan sekolah, dalam urusan pekerjaan, dalam urusan bisnis, dan jangan selalu bersandar pada pengertianmu sendiri, supaya iman kalian dapat bertumbuh, dan suatu saat apabila kalian berhadapan dengan masalah besar, yang kalian harus hadapi sendirian, kalian mempunyai iman sebagai dasar yang kuat untuk menang dan mendapatkan promosi.
Daud kenal siapa Tuhannya. Dan meskipun masih sangat muda, Daud sudah mempunyai iman yang sangat luar biasa. Dan saya sebut ini dengan “iman personal“. Ini yang membedakan Daud dengan Saul. Saul selalu bertempur dalam kelompok, sehingga begitu menerima tantangan untuk bertarung satu lawan satu, Saul tidak mempunyai keberanian, dan tentara-tentaranya juga tidak mempunyai keberanian.
Imannya, atau iman mereka, adalah “iman kerumunan“. Mengenal seseorang di dalam kerumunan akan sangat berbeda dengan mengenal seseorang secara pribadi. Kalau kita diundang bertemu dengan seorang presiden atau seorang raja bersama-sama dengan segerombolan orang yang lain, tentu berbeda pengalamannya ketika kita diundang sendirian bertemu dengan mereka.
Supporting Verse – Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: ”Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: ”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Matius 16:13-16 TB
Kita lihat disini, bahwa orang-orang yang berkerumun, yang sering mengikuti Yesus, mempunyai gambar yang berbeda-beda tentang siapa Yesus. Meskipun mereka mengerti bahwa Yesus bukan orang biasa, mereka meletakkan Yesus dalam deretan para nabi, tetapi kesimpulan mereka tentang siapa Yesus, tidak tepat.
Ini terjadi karena mereka tidak mempunyai hubungan yang personal. Lain halnya dengan murid-murid-Nya. Memang kita tidak dapat bertumbuh sendirian. Kita harus bertumbuh di dalam komunitas. Itu juga yang sering kita katakan, dan itu sebabnya, mengapa kita mendorong jemaat JPCC untuk bergabung ke dalam DATE atau komunitas sel.
Tetapi komunitas yang sehat, di mana kita menjadi bagian di dalamnya, seharusnya justru mendorong kita untuk membangun iman personal dengan Tuhan sendiri, dan bukannya menjadi tempat kita bersandar dan menggantungkan kekuatan.
Karena kekuatan komunitas, terbatas. Sedangkan kekuatan Tuhan, tidak ada batasnya. Mengapa ini semua penting? Karena dalam hidup ini, adakalanya kita harus berhadapan dengan persoalan kita, sendiri.
Seperti kejadian Daud melawan Goliat ini. Si jahat menantang kita duel satu lawan satu. Pada saat itu, kita tidak dapat mengandalkan komunitas, atau orang-orang yang ada di sekitar kita untuk bertarung dengan kita. Kita tidak dapat mengandalkan pendeta kita, atau ketua DATE kita, atau ketua komunitas sel kita.
Sama seperti seorang anak yang sudah dewasa, harus belajar untuk mandiri dan tidak lagi bergantung kepada orang tuanya. Seorang olahragawan, pada saat latihan, mereka selalu bersama-sama dengan olahragawan yang lain. Mereka didampingi oleh pelatih fisik, ada pelatih teknik, ada sparring partner yang membantu.
Tetapi pada saat tiba waktunya mereka harus bertanding, mereka harus masuk ring, atau mereka harus masuk gelanggang, sendirian, menghadapi lawan mereka.
Selama pandemi ini, contohnya, ketika seseorang terpapar virus korona, dan harus diisolasi mandiri, dia terpisahkan dari komunitasnya. Terpisahkan dari keluarganya, dan dia harus berjuang sendirian menghadapi virus, dan terutama berjuang menghadapi pikiran-pikiran negatif yang menyerang dan menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan.
Pada saat seperti inilah, yang namanya “iman personal” dibutuhkan untuk dapat melawan pemikiran-pemikiran negatif tersebut dengan kebenaran firman Tuhan.
Supporting Verse – Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Lukas 22:31-32 TB
Di sini Yesus memberitahukan Simon bahwa dia sedang menjadi target dari iblis. Dan yang diinginkan iblis adalah iman Simon. Iblis senang sekali menyerang iman. Sebab iman adalah fondasi kehidupan, sebagai orang percaya.
Kalau iman kita hilang, maka semua bangunan yang ada di atasnya, akan runtuh. Tetapi Yesus mengatakan di sini, Dia membela dengan berkata, “Aku sudah berdoa untuk kamu supaya imanmu tidak gugur. Apabila kamu sudah selesai, apabila kamu kembali kepada-Ku…” berarti Yesus beriman bahwa Simon, menang atas persoalannya.
Pada saat kita tidak bisa berkerumun untuk sementara waktu, inilah saat yang tepat untuk kita belajar mengembangkan iman personal. Ambil waktu untuk saat teduh setiap hari, sendiri, dengan membaca firman Tuhan.
Membina hubungan dengan Roh Kudus melalui doa. Undanglah Tuhan dalam keseharian kita, sehingga kita mempunyai pengalaman pribadi yang akan membentuk dasar yang kuat, sehingga pada saat iman kita coba digoyahkan, kita tetap dapat tegak berdiri.
Mari kita lihat suatu kejadian yang menyakitkan Daud, ketika dia sudah menjadi raja.
Supporting Verse – Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis. Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh seorang pun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian meneruskan perjalanannya. Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis. Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan , Allahnya. Lalu Daud memberi perintah kepada imam Abyatar bin Ahimelekh: ”Bawalah efod itu kepadaku.” Maka Abyatar membawa efod itu kepada Daud. Kemudian bertanyalah Daud kepada Tuhan , katanya: ”Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?” Dan Ia berfirman kepadanya: ”Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan.” 1 Samuel 30:1-8 TB
Di sini kita lihat bagaimana Daud harus kembali menghadapi persoalannya, sendirian. Bukan hanya dia yang kehilangan istri, tetapi juga para tentaranya kehilangan istri dan anak-anak mereka.
Bahkan sekarang para tentaranya sendiri mulai melampiaskan kekesalan mereka kepada Daud. Dan hendak melempari dia dengan batu. Tidak ada orang lagi yang berpihak kepada Daud. Tetapi Daud, dalam keadaan kesendiriannya, justru menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.
Hal ini tidak mungkin terjadi kalau Daud hanya bermodalkan iman kerumunan saja ketika dia menjadi raja. Lalu kita baca ayat yang ke 7 dan 8.
Kita lihat, bagaimana Daud mempunyai hubungan dengan Tuhan secara pribadi. Dan pada saat kelompoknya, atau komunitasnya, atau para tentaranya, tidak lagi dia bisa andalkan, Daud tidak berkecil hati. Dikatakan dia malah semakin menguatkan percayanya, atau imannya kepada Tuhan.
Pada akhirnya, apa yang bisa kita pelajari hari ini dari seorang Daud?
Pertama, kita perlu melihat masalah dengan memakai lensa Allah yang hidup.
Kedua, kita perlu menjadi seorang pemecah masalah. Dan bukan hanya menjadi seorang penemu masalah, apalagi membesar-besarkan masalah tanpa mempunyai solusi.
Ketiga, kita perlu membangun iman personal yang kuat, dan itu dimulai dari mengundang Tuhan dalam keseharian kita.
Keempat, iman yang sesungguhnya, tidak tergoyahkan meskipun harus berjuang seorang diri.
Kiranya sharing saya hari ini memberkati dan menolong kalian semua, serta menjadi sebuah awal yang baik di bulan Maret ini, pada saat kita membahas tentang ‘Iman’. Tuhan Yesus memberkati kalian semua.
P.S : Hi Friends! I need a favor, please do let me know if any of you know a freelance opportunity for a copywriter (content, social media, press release, company profile, etc). Sharing is caring so any support is very much appreciated. Thanks much and God Bless!