Perspektif By Ps. Jeffrey Rachmat

JPCC Online Service (1 January 2023)

Shalom! Selamat datang di tahun baru, tahun 2023, Suatu sukacita besar, dimana kita dapat memulai hari pertama di tahun ini dengan pujian dan penyembahan kepada Tuhan dan mendengarkan keberadaan firman Tuhan tentunya sebagai bekal kita untuk sepanjang tahun.

Salam damai sejahtera untuk kalian semua para DATE member yang dikasihi Tuhan dan juga semua saudara yang menyaksikan JPCC online service hari pertama di tahun baru ini. Kiranya kasih karunia Tuhan kita, Yesus Kristus menyertai kalian semua di sepanjang tahun ini.

Demikian juga dengan kesehatan, kehidupan, kesetiaan, hikmat, perkenanan, dan berkat Tuhan menjadi bagian kalian di tahun 2023 ini. Meskipun banyak berita-berita yang memprediksi akan adanya keadaan yang kurang baik atau Resesi di tahun ini, tetapi mari kita percaya dan beriman bahwa di dalam Kristus kita akan selalu dibawa di jalan kemenanganNya.

Opening Verse –  Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. 2 Korintus 2:14 TB

Dan di dalam dia kita dapat menanggung segala perkara seperti yang tertulis di Filipi 4 ayat yang ke 13.

Supporting Verse –  Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Filipi 4:13 TB

Itulah janji yang selalu dapat kita pegang selama kita berada di dalam Kristus, bukan di luar, tetapi di dalam Dia. In Christ we shall overcome. Di awal tahun baru, seperti di tahun-tahun baru sebelumnya biasanya banyak orang membuat yang namanya resolusi tahun baru, atau New Year resolution.

Mungkin juga ada diantara kalian yang sudah menentukan apa yang menjadi target pribadi yang ingin kalian capai di tahun ini,  baik itu di area relationship, atau keuangan, atau pekerjaan dan bisnis dan juga kesehatan.

Ada mungkin yang ingin mengurangi berat badan, ada yang mau hidup lebih sehat lagi dan lain sebagainya. Apapun itu, saya hanya ingin mengingatkan bahwa berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh University of Scranton di Pennsylvania, Amerika Serikat menyatakan bahwa hanya sekitar 8% orang yang berhasil untuk memenuhi resolusi tahunan mereka.

Berarti 92% gagal memenuhi target mereka, meskipun mereka sudah berusaha. Saya bukan ingin mengecilkan semangat kalian tetapi justru ingin menolong kalian agar kalian dapat memenuhi New Year resolution kalian.

Pertanyaannya, Mengapa hanya 8% yang memenuhi target?

Seorang penulis buku “Atomic Habits” bernama James Clear mengatakan : You don’t rise to the level of your goals. You fall to the level of Your systems.

Saya ulangi sekali lagi, You don’t rise to the level of your goals. You fall to the level of your systems. Anda tidak naik ke tingkat sasaran anda tetapi anda akan tetap tinggal di tingkat dimana sistem anda berada.

Sasaran tidak menentukan sukses, tetapi sistem yang menentukan keberhasilan.

Berarti tidak cukup hanya mempunyai Goal atau mempunyai target atau mempunyai visi saja, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan apakah kita mempunyai sistem atau dalam hal ini gaya hidup yang memang menunjang dalam usaha kita untuk mencapai target kita.

Sebab kalau kita tidak mempunyai gaya hidup yang menunjang apa yang kita mau capai, maka bisa dipastikan kita akan gagal dalam memenuhi resolusi tahunan.

Supporting Verse – Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Efesus 5:15‭-‬16 TB

Perhatikanlah gaya hidup kita selama ini, sebab gaya hidup itulah yang menyebabkan Kalian ada sebagaimana kalian ada sekarang. Artinya, tanpa perubahan gaya hidup maka hasil akhirnya pun tidak akan berubah banyak nantinya.

Akibatnya kita tidak akan mencapai apa yang kita mau dan resolusi tahunan kita pasti akan gagal lagi. Gaya hidup ditentukan oleh bagaimana seseorang menyusun prioritas, dan prioritas disusun berdasarkan urutan apa yang kita anggap lebih penting atau yang disebut dengan nilai atau value.

Jadi kita perlu menyusun ulang prioritas kehidupan kita berdasarkan apa yang lebih penting dan lakukan dengan disiplin maka perubahan gaya hidup pasti akan terjadi, yang menyebabkan peluang kita untuk memenuhi resolusi tahunan akan menjadi lebih besar.

Nah, bicara apa yang lebih penting, di tahun ini, di JPCC kita mengambil tema besar “Closer”, karena kami di tim penggembalaan merasa pentingnya untuk terus membantu kalian untuk menjadi lebih dekat kepada Tuhan.

Mendekat kepada FirmanNya, mendekat kepada RencanaNya, mendekat kepada HadiratNya, dan bukan semata-mata untuk mendapatkan BerkatNya saja, namun supaya kita bisa mengenal pribadi Tuhan kita dan menemukan rencananya dalam hidup kita, supaya kita dapat menjadi saksi buat dunia di sekitar kita sehingga melalui kita dunia dapat Mengenal Yesus Kristus Tuhan.

Selain menjadi lebih dekat dengan Tuhan, kita juga sudah seharusnya menjadi lebih dekat dengan saudara-saudara seiman dalam komunitas melalui proses yang namanya “pemuridan”.

Supporting Verse – Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: ”Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: ”Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: ”Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Lukas 10:25‭-‬28 TB

Sering kita perhatikan, ketika Yesus ditanya, Dia tidak menjawab apa yang ditanyakan, tetapi Dia balik bertanya, dan kejadian ini adalah salah satu di antaranya. Ketika seorang ahli Taurat bertanya, “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Yesus balik bertanya, “Apa yang kau baca di sana?”Dalam terjemahan bahasa Inggris dikatakan, “How do you read it?” “Bagaimana kamu membacanya?”

Yesus tahu bahwa tidak semua orang membaca Hukum Taurat dari sudut pandang yang sama atau dari sudut pandang yang benar, karena pengertian seseorang tergantung dari lensa yang dia pakai ketika membaca.

Lensa yang berbeda memberi sudut pandang atau perspektif yang berbeda pula. Kalau lensanya negatif, maka dia memandang segala sesuatunya dari sudut pandang yang negatif. Kalau lensa yang dipakai positif, maka yang dia lihat adalah hal yang positif juga.

Kalau dia memakai lensa yang gelap, maka dia akan memandang segala sesuatunya gelap. Demikian juga sebaliknya. Kalau lensa yang dipakai terang, maka yang dilihat semuanya terang.

Pertanyaannya sekarang, “Lensa mana yang akan kalian pakai menghadapi tahun 2023 ini?”

Dari sanalah sudut pandang atau perspektif akan terbentuk. Nah, perspektif sangat penting, karena menentukan apa dan bagaimana tindakan kita selanjutnya. Saya beri contoh.

Beberapa waktu yang lalu saya melihat di media sosial, seorang ibu membawa anaknya yang masih berumur satu tahun ke dokter untuk disuntik dengan vaksin. Dari sejak masuk ke ruangan dokter, raut muka anak ini sudah menunjukkan bahwa dia tidak senang berada di situ, seolah-olah dia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi pada dia di situ.

Dalam gendongan ibunya, dia terus melihat ke belakang, tidak mau melihat ke arah dokter. Kemudian, ketika dia diletakkan oleh ibunya di tempat periksa, langsung dia menangis dan meronta, seolah-olah tahu apa yang akan segera terjadi pada dirinya.

Ibunya terpaksa memegangi anaknya dan menahan dia dengan kuat agar dokter dapat dengan leluasa menyuntikkan vaksin ke tubuh anaknya. Nah, di mata sang anak, mungkin dia bingung melihat kelakuan ibunya.

Mengapa ibuku yang setiap hari menyayangi aku, yang menggendong, yang memberi makan, yang melindungi, sekarang tiba-tiba berubah menjadi seorang ibu yang kejam?

Bukannya menyelamatkan aku dari dokter yang jahat ini tetapi malah membawa aku ke sana dan menahan ketika aku mencoba untuk meronta dan membiarkan aku disakiti dan disuntik. Ibuku bukannya marah kepada dokter, dia malah bilang, “Terima kasih,” dan kemudian membayar dokter sejumlah uang padahal dokter itu baru saja menyuntik dan menyakiti aku. Bahkan, ibuku membuat janji untuk kembali lagi beberapa bulan ke depan.

Namun, kalau kita lihat dari sudut pandang sang ibu, tentu dia memiliki sudut pandang yang berbeda. Semua yang ia lakukan adalah tindakan yang baik karena dia mengerti bahwa anaknya perlu diberi vaksin supaya mempunyai daya tahan tubuh yang kuat sehingga di kemudian hari nantinya anak ini tidak mudah menjadi sakit.

Bisa dibayangkan bagaimana kalau si ibu tidak tega. Akibatnya, anaknya tidak pernah divaksin. Dan di kemudian hari menjadi sering sakit-sakitan. Bayangkan, apa perasaan si anak kalau setelah besar ia tahu bahwa semua ini terjadi karena ibunya tidak pernah tega membawa dia ke dokter untuk divaksin.

Sekali lagi, perspektif penting. Cara pandang kita sangat menentukan tindakan kita. Saya sering katakan bahwa cara kita memandang sebuah masalah sering merupakan masalah yang sesungguhnya.

The way we see a problem is the real problem.

Pengetahuan anak kecil ini sangat terbatas, sehingga apa yang dia rasakan dan bagaimana dia memproses atau menganalisa keadaan hanya berdasarkan apa yang dia lihat pada saat itu saja.

Sedangkan ibunya, melihat bukan hanya “saat itu”,tetapi juga melihat apa yang akan terjadi atau kemungkinan akan terjadi di hari depan. Yang membedakan antara anak ini dengan ibunya adalah tingkat kedewasaan.

Itu sebabnya, penting untuk kita bertumbuh menjadi dewasa, bukan bertambah tua saja. Bertambah tua itu otomatis. Bertambah dewasa merupakan sebuah keputusan. Tahun berubah, dan yang pasti kita bertambah tua, tetapi apakah dengan bertambahnya tahun, kita juga menjadi dewasa? Belum tentu.

Supporting Verse – Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. 1 Korintus 13:11 TB

Ada yang harus kita tinggalkan kalau kita mau bertambah dewasa, bertumbuh menjadi dewasa, yaitu sifat dan cara berpikir kekanak-kanakan.

Kalau tidak, maka sudut pandang kita akan kehidupan akan sangat terbatas dan selalu berpusat pada diri sendiri, atau egois seperti seorang anak kecil yang hanya bisa memikirkan keuntungan sesaat saja, atau hanya berpikir tentang “saat itu” semata dan tidak memandang jauh ke depan.

Nah, kalau ibu ini saja sebagai orang tua mengerti, memikirkan dan tega bertindak untuk kebaikan masa depan anaknya, apalagi Bapa kita di surga. Dia adalah Alpha dan Omega. Dia Yang Awal dan Yang Akhir. Dia bisa melihat akhir dari awal, dan Dia bisa melihat awal dari akhir.

Supporting Verse – Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. Yesaya 55:8‭-‬9 TB

Sebagai orang percaya, kita harus mengerti bahwa kita tidak dipanggil ke dalam kehidupan tanpa penderitaan. Banyak orang Kristen terbuai dengan pemberitaan-pemberitaan soal berkat soal hidup yang berkelimpahan sehingga mereka kebingungan kalau bertemu dengan penderitaan dan kesukaran.

Mereka berpikir dengan menerima Yesus dan menjadi anak Tuhan, hidup mereka bebas dari penderitaan dan kesukaran. Kalau mereka berhadapan dengan penderitaan dan kesukaran mereka kemudian mempertanyakan atau meragukan kasih Tuhan.

Saya mau kalian yang di JPCC punya pemahaman yang lebih baik. Kita mengenal peribahasa yang mengatakan, Berakit-rakit dahulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Ini adalah realita kehidupan yang mengandung kebenaran.

Menjadi anak-anak Tuhan tidak membebaskan kita dari realita ini. Pendeta Tim Keller, menuliskan dalam bukunya, Walking with God through Pain and Suffering, bahwa penderitaan adalah inti dari iman Kristen.

Ini bukan hanya cara Kristus dalam menebus kita, umat manusia, yaitu melalui penderitaan, tapi merupakan cara utama kita untuk menjadi seperti Dia dan mengalami penebusan-Nya. Ini juga berarti bahwa penderitaan kita meskipun menyakitkan, penderitaan itu penuh dengan tujuan dan kegunaan, demikian dikatakan oleh Tim Keller.

Supporting Verse – Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Lukas 22:31‭-‬32 TB

Yesus memperingatkan Simon dan semua murid yang lain, akan apa yang akan terjadi kepada mereka, bahwa Iblis menuntut untuk menampi mereka. Mungkin banyak di antara kita yang bertanya, saya juga sempat bertanya pada saat saya membaca firman Tuhan ini.

Mengapa Yesus tidak melarang saja Iblis? Mengapa Iblis tidak diusir saja? Bukankah jauh lebih baik daripada iblis dibiarkan untuk menampi murid-murid? Apakah kalian pernah melihat orang menampi gandum atau beras?

Gandum atau beras yang ada di penampian dilempar ke atas jatuh ke penampian, lalu diayak, dan kemudian dilempar lagi ke atas dan kejadian ini dilakukan berkali-kali. Tiap kali beras jatuh ke penampian, jumlahnya berkurang karena yang kotor atau yang jelek terlempar ke luar.

Hanya beras yang baik yang akan tetap ada di penampian. Itulah tujuan utama dari sebuah penampian. Tujuannya baik, karena setelah penampian selesai, setelah proses penampian itu selesai, beras akan layak dipakai karena sudah dipisahkan dari yang kotor. Selain itu, beras atau gandum tersebut juga menjadi lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan sebelumnya.

Jadi, pertanyaan saya tentang penampian sudah terjawab dengan sendirinya, mengapa Yesus membiarkan ini terjadi kepada murid-murid-Nya.

Supporting Verse – Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Roma 8:28 TB

Sebenarnya yang dituntut Iblis di sini bukan hanya Simon saja tetapi semua murid. Karena dalam bahasa aslinya, kata “kamu” di ayat 31 itu jamak. Sedangkan pada waktu Yesus katakan, “Apabila engkau sudah insaf, …”di sini yang dimaksud hanya Simon, karena yang dipakai adalah bentuk tunggal.

Supporting Verse – “Simon, Simon, dengarkan! Iblis sudah diberi izin untuk menguji kalian; seperti gandum dipisahkan dari kulit sehingga yang baik dipisahkan dari yang buruk. Tetapi Aku sudah berdoa untuk engkau, Simon, supaya imanmu jangan luntur. Dan kalau engkau sudah kembali kepada-Ku, engkau harus menguatkan saudara-saudaramu.” Lukas 22:31-32 BIS

Yesus seolah-olah membiarkan masa penampian ini karena Dia yakin dan percaya bahwa Simon akan melewati masa penampian ini. Itu sebabnya Dia katakan, “Apabila engkau sudah insaf …”Dia tidak bilang, “Mudah-mudahan engkau insaf,” Tetapi Dia dengan yakin berkata, “Apabila engkau sudah insaf, …

Mengapa Yesus begitu yakin Simon dapat melewati masa penampian ini? Bukan karena Simon hebat, bukan karena kekuatannya yang luar biasa. Perhatikan yang Yesus katakan, “Aku telah berdoa untuk kamu, supaya imanmu jangan gugur.”

Puji Tuhan, kita punya Juruselamat. Kita punya Tuhan yang mau berdoa senantiasa untuk kita. Yesus tidak tinggal diam. Dia sudah berdoa supaya iman murid-murid-Nya tidak kandas, dan doa Yesus, pastilah didengar dan dijawab oleh Bapa-Nya.

Simon sudah diperlengkapi untuk menang. Mata Yesus bahkan sudah bisa melihat Simon melewati masa penampian tersebut dan keluar sebagai pemenang. Dan Yesus mau, setelah Simon menang, Simon kemudian menguatkan murid-murid yang lain. Jadi, kita juga boleh yakin, kalau Yesus juga bersyafaat untuk kita agar kita dapat melewati tahun 2023 ini dengan kemenangan.

Karena Alkitab katakan, “Dia adalah pengantara kita.”

Supporting Verse – Tetapi Yesus hidup selamanya, sehingga jabatan-Nya sebagai Imam Agung tidak perlu digantikan oleh siapa pun. Karena itulah Yesus bisa menyelamatkan dengan sempurna setiap orang yang datang kepada Allah melalui Dia, sebab Dia hidup selamanya sehingga bisa terus-menerus memohonkan pengampunan bagi kita kepada Allah. Ibrani 7:24‭-‬25 TSI

Berikutnya, selain lensa, posisi di mana kita berdiri juga penting untuk mendapatkan perspektif atau sudut pandang yang tepat. Kita mengenal istilah “backlight“. [cahaya latar]. Artinya kalau kita mau mengambil foto, sebuah objek, gambarnya tidak akan terlihat jelas kalau posisi kita berhadapan dengan cahaya.

Namun kalau kita pindah posisi dan sekarang cahaya ada di belakang kita maka objek yang akan kita ambil akan menjadi sangat jelas. Demikian juga kita perlu memposisikan diri kita dengan benar.

Yang menjadi “backing” atau penyokong kita bukan kekuatan manusia, bukan harta kekayaan, bukan kekuasaan. Yang menjadi penyokong kita adalah terang firman Tuhan dalam menghadapi tahun 2023.

Meskipun banyak orang memprediksikan hal-hal yang kurang baik, memprediksikan terjadinya resesi ekonomi, terjadinya gejolak tahun politik, dan lain sebagainya, tetapi kalau kita mempunyai lensa yang positif, lensa yang terang, dan kita menempatkan diri di posisi yang benar, maka kita dapat melihat dengan terang apa yang ada di depan kita, sehingga kita dapat mengambil keputusan-keputusan dengan tepat yang memimpin kita kepada kemenangan di dalam nama Yesus.

Closing Verse – Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.” Lukas 11:34‭-‬36 TB

Kiranya Roh Kudus menolong kita, memimpin, memberikan kekuatan, menghibur dan mengajarkan kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan dalam perjalanan iman kita menuju kedewasaan yang penuh dalam Kristus.

Kiranya tahun 2023 ini menjadikan kita semakin dekat dengan Tuhan, semakin dekat dengan rencana Tuhan, menggenapinya dalam kehidupan kita dan semakin dekat juga dengan yang Tuhan cintai. Tuhan Yesus memberkati kalian semua.

P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes