Reset By Ps. Jeffrey Rachmat (Sesi 1 JPCC Men’s Pre-Camp 2019)

Saya berterima kasih diberi kesempatan untuk share dalam JPCC Men’s Camp, Saya juga ingin mengingatkan bahwa jangan sampai penampilan atau display kita justru menghalangi orang lain untuk bergabung dengan kita disini. Tanpa mengecilkan peran wanita tentunya, Acara ini begitu penting karena Jika seorang ayah bisa diubah menjadi lebih baik, maka efeknya akan menjadi luar biasa.

Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua panitia yang sudah menyiapkan acara ini karena saya tahu bahwa dimana-mana lebih mudah sepertinya untuk memuridkan wanita daripada pria. Hal ini mungkin bisa dilihat dengan lebih mudahnya mengajak peserta wanita untuk mengikuti Treasures Women Conference dibanding mengajak peserta pria untuk mengikuti JPCC Men’s Camp, oleh karena itu ini adalah sebuah prestasi tersendiri dengan acara kali ini yang bisa penuh semua.

Saya pernah berbicara di JPCC Men’s Hangout beberapa waktu lalu, dan saya ingin sekali agar melalui pelayanan ini, ada orang-orang yang bisa keluar dan membapai generasi, menjadi contoh dan Bapa untuk generasi berikutnya. Karena kita tidak perlu menjadi tua untuk bisa menjadi Bapa. Bapa berbicara mengenai Sumber, semua dari kita punya Bapa, tetapi tidak semua dari Bapa menjadi sumber. Ada banyak Bapa yang tidak menjalankan fungsinya menjadi sumber, baik sebagai sumber anak-anaknya untuk bertanya, mendapatkan kekuatan, doa, bantuan dan berlindung. Itulah yang saya harapkan dari pelayanan ini.

Opening Verse – Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah Roma 3:23 TB,

For everyone has sinned; we all fall short of God’s glorious standard Rome 3:23 NLT

Ada yang pernah tidak berbuat dosa disini? Semua orang yang berbuat dosa telah kehilangan kemuliaan Allah. Karena dosa, kita tidak bisa mencapai KualitasNya, MutuNya dan StandardNya Tuhan. Dapatkah dibayangkan hebatnya Manusia jika kita tidak jatuh di dalam dosa? Kita tidak akan kehilangan kemuliaaan Tuhan. Saya membayangkan Adam sebelum dia jatuh dalam dosa, betapa hebatnya dia sebelum dia jatuh di dalam dosa.

Ada riset yang mengatakan bahwa kita sebagai manusia hanya emnggunakan 20% dari kemampuan yang ada di otak kita. Bayangkan jika manusia bisa memulihkan semua kemampuan otaknya dan menggunakan seluruh kapasitasnya tanpa diganggu oleh dosa.

Tuhan tahu kualitas Adam, Dia adalah orang pertama yang merasakan kekuatan penuh dari Tuhan, dan dipercayakan untuk membangun sebuah Taman Eden yang pastinya begitu luar biasa bagusnya. Ibaratnya kita pergi ke beberapa tempat keindahan alam yang begitu bagusnya dan belum tersentuh oleh manusia, momen yang membuat kita berkata “Tuhan itu luar biasa”. Tuhan berkata kepada Adam untuk “cultivate” atau mengusahakan Taman Eden ini.

Cultivate atau mengusahakan ini artinya membuat dan menjadikan lebih baik daripada sekarang. Belum lagi dianjuga disuruh menamai semua binatang yang ada disana, baik di air, udara dan daratan. Saat itu juga Adam tentu belum unya point of repference dan komputer, dan Tuhan tidak ikut campur akan otoritas adam karena semua yang dia namakan dari semua binatang ada. Dosa menurunkan standard dan kualitas manusia.

Supporting Verse – Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh 1 . Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Lukas 15:11-25 TB

Terkadang kita membaca sesuatu ayat yang sudah begitu kita hafal dan dengar, dan membuat kita untuk tidak lagi memperhatikannya dengan seksama. Saya juga mengalami itu, sampai saya harus secara sengaja mengahapus semua yang saya tahu dan mulai mencoba menggali ayat tersebut agar saya bisa mendapatkan sesuatu. Yesus memberika perumpamaan anak yang hilang dengan begitu jelas, anak ini bisa dibilang “hilang” karena dia menjauh dari sumber.

Sumbernya adalah Bapanya, dimana selama dia dekat dengan sumbernya, dia tidak akan kekurangan apa-apa. Tetapi dia memutuskan untuk menjauh dari sumbernya dan mulai melakukan hal-hal yang tidak dia bisa lakukan dulu disaat dia dekat oleh sumbernya.

Itulah juga yang dilakukan oleh orang yang berbuat dosa, dimana saat dia keluar dalam sebuah gerombolan dan tidak ada yang memperhatikan dan menjaga hidupnya. Side notes saja, Bagusnya kalau kita mencatat, kita tidak akan bisa ketiduran.

Penting untuk kita mengerti bahwa Bapa atau Rumah Bapa adalah Sumber. Jika kita menjauh dari ini, apapun bisa terjadi seperti dosa yang membuat kita kehilangan gambar diri yang benar. Hal ini bisa terjadi sedemikian rupa kepada anak dalam kisah diatas, dimana dia bisa sampai dalam satu titik dimana dia bisa menerima kenyataan dan gambar diri yang palsu sebagai sebuah kebenaran. Karena Dia keluar rumah sebagai anak, dan pulang kembali ke rumah sebagai orang upahan.

Betul bahwa anak ini sudha bertobat, tetapi identitas dirinya sudah rusak, dan dia bahkan menerima kenyataan dan identitas yang salah ini sebagai kebenaran. BapaNya padahal menunggu dirinya setiap hari, dan ketika akhirnya Sang Bapa memeluk sang anak, anak ini bahkan sampai merasa tidak layak dan mendiskualifikasikan dirinya.

Mengapa ini bisa terjadi? karena si anak sudah terbiasa menjadi orang upahan. Sebagai anak, dia punya hak dan juga ahli waris, dan terbiasa untuk menyuruh orang tetapi sebagai orang upahan, dia menjadi terbiasa untuk disuruh-suruh. Karena identitas yang rusak, dia menjadi menargetkan sesuatu yang rendah dalam hidupnya. Identitas dan cara pandang kita akan diri kita penting karena hal ini akan menentukan target yang ingin kita capai. Hal ini menentukan masa depan kita.

Sharing Ps. Jeffrey – Saya sendiri juga pernah mengalami hal yang sama karena pengalaman dan kegagalan masa lalu, saya bukan seorang insinyur seperti Ps. Jose atau Jhony Herjawan. Saya tidak selesai sekolah dulu, tentu saya share ini bukan karena bangga, alasan saya drop out karena kesulitan biaya pada saat itu. Sewaktu saya pulang, saya paling malas untuk bertemu dengan keluarga besar saya karena semua sepupu saya “jadi” dan punya gelar. Saya ingat bahwa saat itu saya merasa begitu rendah, saya ingat saat dulu ada di luar negeri, saya suka mengantar tamu jalan-jalan untuk menambah pemasukan saya.

Karena inilah, Saya berpikir bahwa paling tidak saat pulang nanti saya bisa menjadi agen travel. Saya juga berpikir karena saya jago menyetir mobil, seapesnya saya saat mencari pekerjaan disini tetapi setidaknya saya bisa menjadi supir taksi. Saat itu saya ada dalam posisi bertahan atau survival mode, jauh sekali dalam pikiran untuk mendirikan JPCC. Saya paling malas saat itu ketika ditanya banyak orang akan kondisi dan keadaan yang saya punya,. Jadi, saya tahu persis apa artinya gagal dan dipandang rendah sama orang lain.

Sewaktu saya diterima bekerja di Bank BCA, inilah tempat dimana Tuhan mulai mengajarkan saya akan siapa diri saya sebenarnya. Tuhan tidak bisa memakai kita jika kita tidak punya pandangan yang benar akan diri kita sendiri. Pelan-pelan dari pengalaman saya di BCA, saya mulai-mulai bisa melatih confidence saya dan bisa mulai berani memandang orang lain. Itu sebabnya kita perlu bertobat dan berbalik.

Yang penting untuk kemudian mulai merangkul identitas kita yang sesungguhnya. Salah satu hal yang saya suka dari kisah diatas adalah saat Sang Bapa berkata “Lekaslah“, disaat sang anak merasa tidak layak untuk datang dan dipeluk olehnya. Sang Bapa tidak merespon sama sekali akan permintaan anaknya ini yang merasa tidak layak, Dia melihat bahwa anaknya ini sudah hancur dan kehilangan identitas dirinya yang sebenarnya, dan kata “Lekaslah” dari Sang Bapa ini penting karena Dia tidak mau agar anaknya berlarut-larut di dalam identitas yang keliru.

Itulah yang Tuhan ingin lakukan untuk kita semua, karena percuma jika kita diberitahu rencana Tuhan jika identitas kita belum benar. Bangsa Israel yang mati di padang gurun dan tidak bisa masuk ke tanah perjanjian juga adalah masalah identitas. Mereka merasa seperti belalang, dan bagaimana mereka bisa menikmati Janji Tuhan dengan pandangan seperti ini karena ada begitu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan di Tanah Perjanjian karena mereka tidak punya kualitas untuk menikmati apa yang ada di Tanah Perjanjian.

Do you have the quality? Apakah kita punya kualitas untuk menikmati Janji Tuhan?

Inilah yang saya mau dari pertemuan para pria di JPCC, mari kita naikkan kualitas kita sebagai Anak Tuhan (Godly Men).

Sang Bapa juga memberikan anaknya Jubah, Cincin dan sepatu. Saat itu orang-orang yang memakai jubah adalah orang-orang yang bermartabat seperti Pejabat dan Imam. Cincin adalah tanda otoritas yang menandakan bahwa otoritas sang anak telah kembali. Dosa menyebabkan anak muda ini kehilangan gambar dirinya. Kalau kita lihat, tidak diceritakan bagaimana anak ini menyikapi kebaikan Sang Bapa. Saya rasa Tuhan ingin agar kita bisa menyikapi bahwa kalau kita sebagai anak bungsu di kisah ini, bisa mengucap syukur, apakah kita bisa berterima kasih dan mulai habis-habisan hidup untuk membanggakan Tuhan kita? atau sebaliknya take it for granted.

Yesus sendiri yang merupakan Anak Allah tidak mengenal dosa dan tidak kehilangan kemuliaan Tuhan. Yesus-lah yang harusnya menjadi patokan kita. Patokan tentu tidak boleh berubah, dan jitalah yang berubah ke arahNya. Itulah tema daripada “Reset”, yang saya sampaikan hari ini.

Supporting Verse – Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. 2 Korintus 3:18 TB

Kita bertobat bukan hanya agar kita bisa didekati dan masuk surga, tetapi karena kita perlu untuk kembali ke Rumah Bapa dan tidak akan kekurangan sesuatu apapun. Dari doa kita, kita bisa melihat diri kita sendiri apakah sebagai anak atau seorang upahan. Sebagai anak, kita tidak perlu meminta-minta karena apapun sudah disediakan di dalam rumah, sebaliknya jika orang upahan, kita akan selalu bertanya-tanya apakah hal ini boleh dimakan atau tidak.

Supporting Verse – Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. 1 Timotius 6:7-12 TB

But you, Timothy, are a man of God; so run from all these evil things. Pursue righteousness and a godly life, along with faith, love, perseverance, and gentleness. 1 Timothy 6:11 NLT

Dari ayat diatas ini, Kenapa dia ingin kaya? karena dia tidak tahu bahwa dia sudah kaya sebelumnya. Bagian daripada anak raja adalah kita tahu bahwa kita sudah kaya sebelumnya, oleh karena itu mengapa ingin menjadi kaya lagi? Ayat 11 menjelaskan bahwa kita adalah Manusia yang mempunyai standard Ilahi, itulah yang harusnya terjadi di JPCC Men’s. Godly life, and Righteousness harus kita kejar, dan bukan uang.

Ayat 12 menjelaskan bahwa kita harus memakai iman dengan benar, jika kita tahu siapa diri kita di dalam kristus, maka kita tidak akan memakai iman kita untuk menggapai hal-hal materialistis seperti uang dan jabatan saja, tetapi kita bisa memakai iman kita untuk mengejar righteousness and a godly life. Karena jika kita mengejar uang dan jabatan, kita mungkin tidak tahu dengan jelas apakah itu pemberian Tuhan atau tidak, tetapi disaat kita tidak mengejarnya tetapi sebaliknya dipercayakan uang dan jabatan, kita tahu bahwa itu datang dari Tuhan. Disaat kita mengejar righteousness and a godly life, kita akan bertumbuh ke arah yang benar dan bisa menjadi berkat bagi orang di sekeliling kita.